maapin yeeee...






















Maapin Ve yahhh...
Yang kemarin... Jadi yang kemarin dehhh..
Kita buka lembaran baru yang putih dan bersih..
Menggoreskan segala kebaikan dan kasih sayang..
...di bulan suci yang penuh ampunan ini...
RAMADHAN..

29 Agustus 2008
23:47 wita
'met puasaaaaaa...

untitled 10

Last... You promise me..
Promise... Just promise...
Untill now still promise...
and... That is really suck!!

















28 Agustus 2008
23:10 wita
hhfffhhh... udah lama nieyyy gak cengeng kayak gini...

miskin, menghukum & marah???

Alhamdulillah.. Subuh ini aku terbangun, seperti biasa aku melaksanakan shalat subuhku.. Meski sempat kecewa dengan tiga buah pesan yang masuk di inbox handphoneku... Isinya berbeda namun dari pengirim yang sama.. Pesan itu mungkin masuk saat saya sudah terlelap, letih.. Maka setelah aktivitas subuhku selesai, kusempatkan menulis sedikit... menanggapi tiga pesan itu...

"hei.. kamu... apa maksud kata-kata itu?

miskin??? sekalipun saya tidak pernah mengatakan kata nahas itu kepadamu, dan itu sudah cukup menamparku.. mengapa harus?? karena pabila kau miskin, maka begitupun saya. kita berdua tak ayal hanya pencari sesuap nasi dan pengemis cinta dari mereka yang kita harapkan... itu kita lakukan untuk merasakan kecap lain yang lebih berwarna dari setumpuk tanggung jawab kita di luar sana...

menghukum??? saya tidak pernah coba menghukum mu.. saya justru menghukum diri dan perasaanku... saya yang punya harapan besar... dan saya tau itu perhitungan yang salah... ibarat ini judi, saya sudah nyaris kalah... kini saya tinggal mempersiapkan diri menghadapi kekalahan itu.. mengulang rasa yang sempat singgah dan menebarkan luka...

marah??? iya saya marah, saya marah pada diriku!! saya marah karena begitu berani membuka pintu untuk yang datang tanpa suatu kepastian, tanpa penghargaan, tanpa kasih sayang... dan sekali lagi saya tidak pernah marah padamu, saya kecewa... kenapa? wajar kan.. kau tidak pernah rasa apa yang sempat membuatku jatuh tersungkur, dan meratapinya tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap hari, hanya hidup tanpa asa... meskipun kau pernah rasa yang jauh lebih menyakitkan dari itu, tapi saat itu kau siap... sementara saya... tembok untuk bersandar pun kujadikan musuh abadiku..

hummm... memutuskan untuk sendiri itu tidak mudah, dan saya yakin kau masih menjadi pengecut untuk itu..! saat ini... kau mungkin sedang bersiap-siap melangkah lagi... sebenarnya kau harus lebih dari sekedar melangkah, hargailah semua yang sudah menjadikanmu layak mengecap rasa bahagia yang dibagikan kepadamu"

Hahhh... saya cukup letih beberapa hari ini, bukan karena aktivitas pekerjaan.. dua hari kemarin yang berat bagiku... sampai kau adalah satu dari beberapa sahabat yang memintaku untuk istirahat, karena kalian tau bahwa yang kualami lebih dari bekerja... Jangan ucapkan salam, karena kita masih punya utang....

26 Agustus 2008
06:57 wita
...dan apabila sebelum pergantian tahun, utang itu kau hapuskan lebih dini, tolong sampaikan padaku...

..dan keduanya pergi selamanya

...dua hari kemarin terasa berat, dua sosok yang menarik dalam hidupku, dua karakter yang nyaris sama meskipun perbedaan usia yang cukup besar antara keduanya, tapi.. mereka berdua menyayangiku dengan caranya masing-masing... tak ada yang mengecewakan.. dua-duanya sangat perhatian...

...yang satu adalah sosok seorang ayah bagiku, kasih sayangnya, dekapannya... bijaksana dan humoris membuatnya menjadi yang disenangi, yang dinanti, yang dihormati... dia sering bertanya mengenai pekerjaanku, cita-citaku, pasangan hidupku, serta masa depanku yang sedang kurajut dengan hati-hati... dia sering tertawa dan meledekku, bahwa diriku yang masih sendiri, masih memilih, masih ragu dengan yang ada dan yang dekat... Acap kali aku tertunduk senyum dan berdoa pada Allah SWT kala melihat senyum hangat, rayuan, serta dekapannya, lambang cinta kasihnya kepada sang istri, begitu bersahaja.. Saya berharap memiliki yang seperti dia, yang selalu setia dan tak pernah lupa mengingatkan kami pada Sang Pencipta.. Meminta kami terus melafadzkan doa pada Allah SWT, serta nyanyian bacaan Al-Qur'an...

...sementara yang satunya lagi adalah dia yang memberikan tiga tahun saat yang benar-benar baik bagiku.. perhatian dan kasih sayang, lelucon yang garing tapi mampu membuatku terhibur bahkan ledak tawa kami masih bisa kuingat dengan baik... saat itu.. kami bangga berjalan di samping kami masing-masing, kami saling berbagi, mencari solusi dari beberapa masalah hidup, saling mengerti, dan moment romantis itu dia hadirkan dengan nyaris sempurna di beberapa suasana.. kami pernah berseteru, bertengkar hebat, dan kami pun yang mencari solusi untuk berdamai, kami belajar dalam hubungan itu.. meskipun sampai pada titik dimana saya tidak sanggup lagi berdamai dengan keadaan yang dia inginkan.. kecewa, perih, serta airmata itu ada.. menjadi warnanya selain gelak tawa, yang pada akhirnya harus berakhir beberapa tahun lalu..

... dan dua hari ini, dengan begitu cepat dan sigap, mereka berdua meninggalkanku.. meninggalkan kenangan indah tapi juga kepedihan yang amat dalam.. keduanya pergi untuk selamanya.. bukan hanya diriku, tapi semua yang menyayangi mereka.. Ahh... kenapa harus dua hari ini, kenapa tak kalian biarkan saya bertemu kalian dulu? kenapa tak kalian tunggu senyumku buat kalian, meskipun itu yang terkahir...

...saya tau...Tuhan sudah punya rencana yang indah bagi kalian, dalam sujudku kulafadzkan doa bagi kalian, semoga bisa mengantar dan menerangi jalan kalian menuju firdaus yang diidamkan semua umat-Nya.. Hei paman dan sahabatku.. seperti apakah tempatnya??? indahkah?? kalian tak perlu menjawab, tersenyum saja, maka saya akan tau bahwa kalian telah di tempat yang paling damai bagi kalian... Amin..

...hingga seorang sahabat berpesan saat mendapati diriku dalam keadaan rapuh dan pilu..
"bahwa saya dan keluarga mencintai keduanya, namun Tuhan jauh lebih mencintai keduanya, maka ikhlaskan apa yang menjadi milik-Nya"

26 Agustus 2008
00:10 wita

pagi yang meresahkan

Hahhhhh… Pukul 9:43 wita… Pagi ini meresahkanku… Setelah sebelumnya, bangun agak telat, saya kemudian bersiap-siap ke kantor seperti hari-hari kemarin…. Sambil sarapan, terdengar dialog mama dan adikku Debi mengenai papa, mereka membahas mengenai kondisi papa yang alhamdulillah sudah cukup membaik pasca sakit kemarin, dan mereka membahas beberapa hal menyangkut pembayaran. Debi pun menuju ke ruangan kantor papa sembari saya menyelesaikan sarapanku… Selang beberapa menit adikku Debi keluar ruangan dan datang ke mama, “Ma… Papa panggilki… Kayaknya dia marah-marah lagi”, kata adikku.

Sekejap pula sarapanku terasa hambar, tenggorokanku seperti tercekat, seperti ada yang menyumbat, lama kelamaan semakin berat saja santapanku itu kutelan.. Jantung ini berdegup lebih kencang dan perutku terasa mules, kalo yang ini gejala yang sering saya alami saat saya mendapati papa seperti itu. Ingin sekali saya berpura-pura tidak ingin tahu dengan kemurkaannya akan beberapa hal, tapi saya tidak bisa… tidak bisa..

Padahal saya sempat iba dengan kondisinya kemarin.. Dia lemah tak berdaya seharian di pembaringannya, hanya mama yang dia inginkan berada di sampingnya, namun kami anak-anaknya tak henti menanyakan keadaannya. Sesekali aku mengeluh pada sahabat-sahabatku mengenai kondisi papa kemarin, sedih… namun saya berusaha menyimpan rapat-rapat agar tidak menjelma menjadi wajah yang murung ataupun air mata. Lebih baik menampakkan diriku yang kuat agar semua hawa negatif itu pergi seketika... Agar saya tidak perlu menjadi yang 'bukan diriku'...

Saya menuju kantor bersama adikku Debi, kami bercerita tentang papa… Tentang sikapnya yang meresahkan.... Tentang apa yang sedang dia bicarakan dengan mama dengan keningnya yang berkerut melengkapi kusut wajahnya ditambah suara yang menggelegar, kami melihat itu saat pamit. Tentang masih atau tidaknya dia memikirkan masa depan adikku Debi… Bahwa bagaimana saya harus bersikap sebagai anak sulung dalam keluarga, teman cerita terdekat mama dan adik-adikku, seorang yang harus mampu mengambil keputusan dan bersikap… Ahhh… Saya hanya berharap cepat tiba di kantor kemudian melaksanakan tugasku, dan berpura-pura dalam keadaan sangat baik….

Pagi ini… Papa kembali berulah, mengajak kami “berhitung” (itu adalah istilahku, special buat papa), apa yang harus kami lakukan untuk mengatasi kemurkaannya? Kira-kira ada apa dengan dia pagi ini? Kalo kami bersikap begini dan begitu, dia masih marah gak yah? Ini? Itu? Sekarang? Besok? Senyum? Murung? Ahhhhh… Benar-benar “berhitung”… Berhitung dengan perasaannya dan kami yang harus menyesuaikan diri.. Parahnya... dia tidak tau itu... Dia tidak tau kalo kami melakukan semua itu karena kami sangat menyayanginya... Hummm...Dia adalah ayah bagi kami, kepala keluarga yang memimpin kami, yang mencari nafkah bagi kami… Namun…. Dia juga yang menjadi ujian bagi kami sekeluarga…

20 Agustus 2008
10:47 wita

Maaf Pa.. Hingga hari ini, saya belum mampu berdamai denganmu.. Ini lebih sulit dari 100 nomor perhitungan yang selalu kau ajarkan dulu... Tapi aku selalu menyayangimu...

moment kemerdekaan bagi persahabatan kami

Salam merdeka!!! Hehehe... Kayaknya itu kalimat yang tepat untuk mengawali tulisanku, mengingat kejadian yang akan ku-ulas ini jatuh tepat pada tanggal 17 Agustus 2008, dan merupakan Perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63, yang kian hari kian sirna maknanya... Oh ya... kebetulan perayaan besar bagi bangsa kita itu bersamaan dengan hari Minggu dimana semua orang akan menikmati libur dan akhir pekannya. Namun kali ini hari libur tersebut jadi berbeda... Mengingat bahwa pemerintah kota dan provinsi, para pegawai negeri serta beberapa karyawan swasta mengikuti upacara bendera di pelataran tiap instansi mereka.

Meski makna kemerdekaan sendiri mulai luruh, namun beberapa warga begitu antusias mewarnai ulang tahun kemerdekaan ini dengan berbagai perayaan lomba yang unik-unik, antara lain , turnamen futsal tunanetra, lomba balap becak, lomba panjat pinang di laut, dan masih banyak lagi perlombaan unik lainnya. Bisa dikatakan perlombaan itu sekaligus refreshing dan mempererat silaturahmi.

Hummm... Di tengah krisis yang semakin menjadi-jadi, Ve salut dengan jiwa nasionalis warga yang masih juga mengibarkan bendera merah putih di depan pagar rumah mereka, entah karena himbauan pak RT, ataukah memang keinginan sendiri. Gak percaya??? Pak Takbir kepala biroku adalah salah satu dari sebagian warga Indonesia yang begitu bersemangat memasang bendera merah putih di depan kantor biroku, dan itu berlangsung sejak pertengahan bulan Juli kemarin.

Bukti lain bahwa dia tidak sedang berada dalam tekanan, nada dering ponselnya pun menggunakan lagu kebangasaan kita, “Indonesia Raya”. Lagu karya almarhum W.R. Supratman itu sering sekali terdengar di kantor, dan uniknya lagi, tiap kali ponselnya berdering, Ka Takbir selalu bergaya seolah-olah memberi hormat pada sang merah putih, bendera kebangsaan kita... Hahahaha... Saya sering tertawa sendiri melihatnya...

Oke... oke... Sekarang beralih ke Ve sendiri.... Sepertinya tanggal 17 Agustus kemarin, peruntunganku lagi bagus...

First,
kantor biro Makassar gak mewajibkan untuk mengikuti upacara bendera di pelataran halaman kantor, mungkin karena ukurannya yang gak mampu menampung kapasitas kami, dan moment seperti ini dimanfaatkan para kontributor buat ngeliput.

Second, karena jatuh tepat pada hari Minggu, maka Ve gak ngantor karena that’s my off day... Oh ya, kalo gak salah Ka Takbir juga off, kalau dia gak off... mmm... mungkinnn... hiiii takut deh bayanginnya... Bukan apa... bisa aja kan dia nyuruh kita upacara pake seragam lengkap, dan dia sebagai pemimpin upacaranya... Duhhhh... Hampir saja...

Third, temanku Gita datang dari Gorontalo, dia dalam misinya memasang kawat gigi, berhubung di Gorontalo gak ada dokter gigi yang capable menurutnya. Sebenarnya sihhh dia sudah dari hari Jumat, tapi hanya sampai hari Minggu soalnya Senin dia balik. Selain Gita, si Ayu juga ngacir ke Makassar, karena kantornya juga libur...

Fourth, We made decision to celebrate that, yahhh jalan bareng gituuu... Gileee enam cewek cantik, gokil, dengan sejuta problem tentang mereka dan masa depannya.. Hehehe... Narsis bo’..

Hummm... Dah lama banget... Sudah sekitar enam bulan kami gak pernah ngumpul bareng, ber-enam kayak gini. Sejak Januari lalu, Gita temanku itu sudah balik ke Gorontalo karena diterima di salah satu instansi di sana. Well.. Menurutnya, balik ke kampung halaman adalah solusi terbaik mengingat dia hanya dua bersaudara, dan kedua orang tuanya sangat merindukan berkumpul bersama setelah sekitar lima tahun ditinggal kedua putri mereka, merantu ke Makassar demi proses menggapai masa depan.

Sejak Sabtu malam, kami sudah komunikasi via sms mengenai jadwal jalan rame-rame buat hari Minggu.... Mulai dari foto bareng, makan bareng, dan karaoke bareng.... Huhhhh... Gak sabar banget pengen ketemu, aku udah bisa bayangin kalo ngumpul dan ngobrol sama mereka ber-lima, seolah-olah ada 18 orang yang lagi rebutan cowok cakep kayak Fauzi Baadilah dan Christian Sugiono, atau bisa juga seperti ibu-ibu yang jumlahnya kurang lebih puluhan di sebuah acara arisan yang sekalian obral barang.. Pokoknya rameee bangetttt...Hahahaha..

Aku turun dari mobil yang terparkir di depan kios jualan lumpia, dan pamit sama adikku Debi. Uppss... ada Rolita, Immi, dann... Heiii! There she is! Gita.. Hummm dia kelihatan lebih subur deh dibandingkan terakhir ketemu dengannya... Aku memeluk dan mencium pipinya, kangennn... Dan itupun kulakukan ke Immi dan Rolita, yaappp... hal-hal seperti itu yang membuat kami selalu percaya bahwa inilah persahabatan kami, meskipun kami sering reseh satu sama lain atau mengganggu satu sama lain. Sambil menyantap lumpia, kami pun mengobrol seputar aktivitas terakhir kami kemarin, dan mengomentari penampilan serta hal-hal yang dipaksa aneh supaya ada alasan buat saling menghina, tapi dalam konteks candaan donk..

Kawat gigi itu sudah terpasang rapi di gigi bagian atas dan bawah, dan membuat Gita seperti anak kecil yang kesakitan dan kerjanya ngeluuuhhh mulu.. Capeee dehhh dengarnya... Padahal aku udah jelasin sama dia kalau rasa sakit itu cuma berumur 2 – 3 minggu, secara aku kan dulu pernah rasa... Ya ampuuunn pegalll plus sariawan yang jumlahnya tiba-tiba membludak.. Sampe-sampe "bubur hambar" jadi menu favorit tiap hari, makanya gak heran tuh kalo orang yang baru pasang kawat gigi, berat badannya bisa turun beberapa kilogram. Kalau bukan untuk bertahan hidup, mending gak makan dehh..

Kemudian kami melanjutkan menuju mushollah yang letaknya pas di depan kios lumpia tempat kami nongkrong. Sambil nunggu Gita dan Rolita shalat, saya dan temanku Immi ngobrol membahas beberapa hal. Immi tiba-tiba bercerita tentang hubungannya dengan si ‘dia’ yang akhir-akhir ini menjadi pikiran.. Saya begitu antusias mendengar dan memberikan masukan buatnya sambil memandangi dirinya yang kelihatan jelas sedang dibebani masalah. Dia termasuk seseorang yang introvert, bahkan kepada sahabatnya, kami sekalipun.

Namun hari ini dia sepertinya gak mampu memikul itu semua sendirian, tapi dari segi fisik dia baik-baik saja, tetap kurus dan kecil, saya kadang mutar otak mikir gimana caranya supaya tubuhnya sedikit lebih berisi dan lebih tinggi, sama halnya dengan Gita. Fisik mereka berdua seperti anak kecil, untung mereka tertolong dengan benda yang bernama high heels shoes. Immi tetap memaksa senyumnya itu mengembang, meskipun saya tahu itu senyum yang penuh dengan beban. Humm.. Saya selalu mendoakan yang terbaik buat kau dan 'dia', sist... Mungkin perasaan kalian lagi tersesat di suatu tempat. Insya Allah, masih ada kehendak-Nya untuk menyatukan kalian dalam suatu ikatan sakral yang menjadi impian semua orang. Amin..

Setelah Gita dan Rolita shalat, temanku Nuni pun masuk ke dalam mushollah setelah sebelumnya sempat berkoordinasi dengan kami. Nuni seperti biasa datang sendiri, wajahnya yang sabar gak pernah berubah, dia selalu kelihatan sangat polos, dan satu lagi! selalu membahas mengenai lowongan kerja... Huuhhhh... Sangat berbeda dengan si Ayu, si centil yang gak bisa diam, tapi lucunya minta ampun. Dari mushollah, kami menyempatkan diri untuk singgah di sebuah toko, dan meramaikan toko itu dengan suara-suara cempreng serta ketawa yang ngakak abis, hehehe.. maklum lama sudah gak ketemuan, so... yang garing pun jadi lucu banget..

Sebenarnya kami sekedar mengisi sedikit waktu karena menunggu si Ayu yang konon kabarnya beberapa waktu lalu sudah lepas landas dari rumahnya menuju ke lokasi tempat kami berkumpul, studio foto, tapiiiii sampe sekarang gak ada kabarnya.. Hahhhh dasar si Ayu, kerjanya itu kerjain orang... Hahahaha.. Dia udah sempat buat Immi, Gita, apalagi Rolita panik, sabtu malam lalu, karena dia gak menanggapi satupun sms, kesannya mau bilang dia bete karena telat dikabari mengenai acara jalan bareng.. Saya juga sempat mengabari dia dan mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu gak membalas smsku. Tapi saya pikir pulsanya lagi habis kali, atau lagi sibuk bergosip sama teman kantor, bisa juga telpon-telponan sama “replika Yoga”-nya..

Ponselku berdering, “Wee... Ssstt.. Diam ko semua, Ayu nelpon..” kataku.. Dan teman-temanku dengan kompaknya mengecilkan volume suara mereka...
V : “Assalamualaikum Yu.. Dimanaki say?”
A : “Wee dimana mako semua? Dekatma ine studio foto”
V : “(sambil kode anak-anak keluar dari toko) Lagi menuju situ”
A : “Dimana sede? Boteko to...
Dekat sekolah Rajawali mako?”
V : “(mempercepat langkah) Iyo! Lagi lewat ini
depan Rajawali”
A : “Mana? Sa nda liatko, m
aumi sede ine napatolo-toloika..!”
V : “(Gubrakk.. Ketahuan bo’...)
Tunggumi di situ, cerewet!"
A : “Okey nah.. Cepatko, nanti banyak cowok cakep naksir saya”
V : “Hahahaha... Puihhhhh...!! Justru kau harus waspada,
karena yang paling cantik sudah mendekat... Sudahmi nah say... Assalamualaikum”

Hahhh... Dengan mengandalkan kendaraan yang paling sederhana, “kaki”, kami berjalan secepatnya menuju lokasi yang jaraknya kira-kira 300 meter... Hiiii... Aku dan Gita ngotot pengen naik taxi, tapi mereka sepakat jalan kaki, Ughhhh... Entah makhluk mana yang mersuki mereka sampai mutusin jalan kaki dengan dandanan rapi jali kayak gini... Belum lagi disuit-suitin sama perjaka ataupun om-om yang lewat, bahkan tukang becak yang lagi bawa penumpang.... Ya ampunnn... Harusnya kan mereka sudah terlampau letih karena mengayuh becaknya... Eeeehhh... ini masih sempetin buat godain cewek-cewek cantik nan rupawan kayak kita-kita innniiiiiieee... Maaf narsis lagi... Hihihi...

Fiuhhh.. sampe juga di studio foto, bak putri keraton yang turun dari kereta kuda, si Ayu pun langsung melangkahkan kaki keluar dari mobilnya sambil pamit ke mama dan papa nya. Kami yang sudah seperti anak-anak bagi mama dan papanya Ayu, ikutan pamit seperti anak pamit kepada orang tuanya. Mereka pasangan yang serasi, ayah yang sabar tapi tegas, serta ibu yang cerewet tapi penyayang... Kami pun memasuki studio foto tersebut, namanya “mirror”, kenapa? Karena hasil potret fotografer mereka akan diedit dan penampakan objek seperti lagi bercermin, two side... Ruangan dengan konsep minimalis, indah, hening, dan ada beberapa koleksi busana serta sepatu yang terpajang rapi, katanya sih itu kostum buat yang pengen gonta-ganti busana saat dipotret. Dasar kami pengen yang praktis, jadinya kami pake kostum sendiri aja, udah cakep koq kelihatan.. Hihihihi..

Setelah registrasi, kami naik ke atas.. Bertemu dengan sang fotografer yang awalnya siieeehhhh kelihatahn ramah banget... Tapi entah karena kami yang ribut dan banyak gerak, membuat dia jadi temperamen, ataukah karena jadwal janjian sama pacar gelapnya udah terlambat 10 menit, mmm.. mungkin tiba-tiba kebelet pengen BAB... Oh ya... Bisa jadi dia juga pengen kasih liat ke kita-kita kalau dia itu oke dan professional, sampe-sampe jadinya nyebelin banget... Ihhhhh!!! Gemes dehhh pengen nimpukin pake Kamus Besar Bahasa Indonesia 3 biji...!

Kami mutusin ambil empat background... Akhirnya selesai juga foto-fotonya... Gilaaa... Meskipun wajah fotografernya udah bengkok, kami ber-enam tettteeeepppp aja becanda kayak orang gila... Ambil angle yang aneh bin ajaib, terus saling ganggu satu sama lain... Belum lagi ide-ide gila yang kami tawarin ke fotografernya, lima belas menit lalu, rambut si fotogafer itu kayaknya lurus dan rapi banget, tapi sekarang koq jadi keriting gak karuan yahh... Hahahaha... Akhirnya selesai juga, dan kami menyelesaikan administrasi di bawah sambil memilih angle yang kami anggap layak buat dipamerin ke kalian, fans-fans kami... Hihihi..

“Aduhhh.. Laparku kawe... Rolita traktir to... Ke Mall Pankkukang dule, makan di sana meq..” ajakku yang udah lapar banget.... Ternyata berpose untuk pemotretan itu capek juga yah... Gimana para model kayak Luna Maya, Catherine Wilson, dan sekawanannya yahhh.... Sambil senyum-senyum Rolita meng-iyakan, kebetulan memang tanggal 19 Juli kemarin dia berulang tahun, dan saatnya melunasi traktiran... Hehehe... Maaf yah Lita... Itu sudah hukum rimbanya..

Kami pun menuju Mall Panakkukang (MP) dengan menggunakan taxi. Di taxi saja ributnya minta ampun, membahas kelakuan teman-teman kantor kami yang anehnya luar biasa... Belum candaan-candaan kecil hasil obrolan kami, sampe-sampe pak supir taxi-nya ikut ketawa... Belum posisi duduk kami yang.. umm... huuhhh... sesak bo’.. Kalian bisa bayangkan kan.. Enam orang perempuan dewasa di atas taxi... Sempiiittttt... Mana banyak gerak pula... Tapi tetep aja kayak pasar cakar...

Sesampainya di MP, saya dan Nuni sempat antri di toilet... Duhhh dimana-mana antri... Bahkan dari toilet di lantai satu, eh... saya dan Nuni malah dirujuk ke toilet lantai dua... Kenapa yah sebagian pengunjung mall pasti gak pernah melewatkan kunjungan khusus ke toilet.. Hehehehe... Untungnya kami masih sangat menghargai yang namanya tulisan “antri. Dari toilet kami menuju salah satu tempat makan di mall, tempatnya cukup nyaman, makanannya sihhh hampir sama dengan semua tempat makan yang menyajikan fastfood. Tapi... seperti kata beberapa orang yang kukenal, bahwa “bukan masalah makan dimana, melainkan makan sama siapa”.. Yapp.. Pelan-pelan saya mulai menyadarinya...

Beda dengan keributan yang kami ciptakan di toko, studi foto, dan di taksi... Saat makan justru kelihatan lebih tenang, kami hanya membahas mengenai beberapa teman angkatan yang sudah hampir mengakhiri masa lajang mereka, sampai pada bahasan mengenai rencana menginap di rumahku malam itu... Menginap?? Wahhh asiiikkkk... Saya sangat setuju...

Setelah makan, mereka pun menunaikan ibadah ashar... Rolita sahabatku yang tidak pernah lupa mengingatkan kami untuk shalat lima waktu... Hahhh... Dia masih saja seperti itu, wajahnya masih sangat teduh dibalik jilbabnya, masih sering salah tingkah dan salah langkah yang membuat kami tertawa.. Setelah shalat.. acara karaokean gak bisa ditunaikan... Pertama, karena Nuni sudah harus balik.. Biassalah dia, sepertinya jadwal keluar dan jadwal tidurnya gak pernah berubah deh... Kedua, Immi dan Gita ingin keluar bersama sang kekasih mereka masing-masing, deuuhhh bahagianya... Ketiga, saya dan Ayu sudah cukup lelah setelah sebelumnya berbelanja peralatan toilet di carrefour... Hehehehe...

Setibanya di rumahku, saya dan Ayu menuju kamar setelah sempat menyapa mama.. Kelihatannya sihhh mama, papa, dan adik-adikku akan keluar menikmati malam mereka... Sambil menunggu Immi dan Gita datang, saya dan Ayu ngobrol banyak tentang diri kami masing-masing. Mulai dari sosok masa lalu yang nyaris tidak teracuhkan lagi, sampai pada masa depan yang masih kabur... Belum lagi tingkah laku orang-orang sekitar yang baik, lucu, aneh, dan segala macam sifat pada manusia.. Untung gak ada yang hobi mutilasi kayak “Ryan” Hiiii... Takkuuttt... Kami menertawai diri kami yang berada dalam kesesatan namun kami menikmatinya... Kami bersedih untuk beberapa hal yang memang tak sanggup kami tutupi.

Malam itu semakin sempurna, saat Gita dan Immi datang. Yappp... Cukup menyayangkan juga sih karena gak ada Rolita dan Nuni. Kami bercerita tentang apa yang meresahkan, tentang penawar rasa saat racun asmara ini mulai menggerogoti otak yang merupakan sumber logika, tentang 'dia' yang kadang menyebalkan tapi kami gak bisa bohong kalau 'dia' menyenangkan.. kalau 'dia' adalah essens dalam hidup di tengah kesibukan dan kepenatan... Gelak tawa kami, tidak tertahankan dan meramaikan suasana rumahku yang kian sepi..

..... dan bahwa persahabatan ini tidak akan pernah menjadi sesuatu yang kusesali, melainkan suatu anugerah yang kusyukuri, yang menjadikanku tetap dan akan selalu seperti ini, menyayangi sekaligus menghardikmu saat kau berada di jalan yang salah, dan memelukmu saat kau tak mampu menahan rasa itu.....

18 Agustus 2008
23:56 wita
Bagiku... inilah makna kemerdekaan... saat dimana semua yang sulit menjadi begitu mudah...

selamat pagi dunia!!

-by Glenn Fredly

Dan aku terjaga
Dari tidurku yang terlelap
Separuh nyawaku masih bersama dengan mimpiku

Dan aku tersenyum
Dan sambil berkata
Selamat pagi dunia
Namun gilanya langsung teringat tentang dirimu

Pagi... ini yang membawa ingatanku padamu
Dia... hanya dia yang membangunkan aku bersama sang fajar
Dia... hanya dia yang membangunkan aku bersama sang fajar

Dan biarkan dirimu hari ini
Menemani jejak langkahku

14 Agustus 2008
08:15 wita
Pagiiii semuanya..... (",)

happy b'day Pa...

Langit biru boleh mendung karena menunggu hujan...
Udara sejuk boleh menghilang seketika karena gerahnya hangat matahari...
Mata boleh sembab karena deraian air mata...
Senyum ini boleh merekah, kemudian berganti dengan wajah yang risau...
Bunga boleh bermekaran, kemudian kuncup karena usia...

Tapi cinta serta kasih sayang kami, anak-anak Papa..
Tidak pernah luntur diterpa badai manapun...
Atau goyah diterjang gelombang besar...
Kami sayang Papa...
Dengan segala yang Papa miliki..
dan yang tidak Papa miliki...

Selamat Ulang Tahun Pa...
Semoga Tuhan selalu memberkati Papa setiap melangkah...

Amin....

my best regard...
-Your 1st daughter-
... and always try to be the 1st for you....

13 Agustus 2008
22:50 wita
from fifty years ago... untill now... and forever...

hutan itu..

Pagi itu sama seperti biasanya, tidak ada yang berbeda dengan suasana taman tempatku bermain, menyenangkan, kadang membosankan, tapi tetap nyaman untukku.. Sembari menyusuri taman, aku penasaran dengan sebuah hutan di seberang taman itu.. Aneh ya??? Konon kabarnya, menurut orang-orang terdekat, hutan itu tak kalah menyenangkan dengan tamanku, bahkan banyak hal yang menggelitik dan menghibur di dalam sana. Langkahku semakin dekat, kuamati terlebih dahulu tempatku berpijak saat ini, dimana tinggal selangkah lagi saya akan memasuki hutan itu. Kukumpulkan keberanianku, mengingat aku sendirian bermodalkan lima panca indraku...

Humm... Kurasakan udara yang berbeda, sejuk... Kelihatannya hutan itu tidak angker sama sekali, malah bersahabat.. Sinar matahari terlihat menembus dedaunan pohon-pohon yang lebat, membentuk guratan halus, hingga teriknya tak terasa.. Uhmmm... Nyaman... Aku semakin yakin melangkah, karena waktuku masih panjang, masih cukup pagi.. Beberapa langkah kuhabiskan dengan menyapukan pandanganku ke sekeliling hutan itu, terdengar kicauan burung yang entah menyanyikan lagu apa, namun sangat merdu kedengarannya...

Lalu... Setelah melewati beberapa pohon besar yang kelihatannya sudah cukup tua dan kokoh, kutemukan pepohonan yang memiliki buah-buahan dengan warna yang aneh.. Entah mengapa muncul niatku untuk mengecap buah tersebut, hehehe… jadi seperti cerita ‘adam dan hawa’ di sebuah taman Eden.. But… Back to the story… Kuambil satu buah yang tergeletak di tanah bersama sekumpulan buah yang lain. Dan.. setelah mencoba membersihkannya… Hmm… Manis.. Segar.. Akumulasi dari beberapa rasa buah, tapi bukan rujak ya…

Kulanjutkan perjalananku menelusuri hutan itu, rasa penasaran yang begitu besar memberikan energi baru untukku… Setelah setengah jam berjalan, langkahkku terhenti dan aku berdecak kagum dalam hati.. Sebuah taman bunga di tengah hutan??? Indahnya... Bunganya berwarna-warni, tanpa kucium satu per satu bunga-bunga itu, semerbak wanginya telah sampai ke sukma.. Ahhhh... kebetulan!!! Ada sebuah kursi taman ber-cat putih dengan desain yang indah, sepesial sekali hutan ini. Baru semenit aku duduk, tiba-tiba ada seekor kelinci.. dua ekor… tiga ekor… empat ekor… dan… Wow!!!… ada sepuluh ekor… Mereka terlihat begitu rahmah, mencoba mempersembahkan sebuah tarian untukku.. Hahahaha.. Mereka lucu.. Aku sangat menikmatinya… Tarian selesai, dan terdengar suara tepuk tanganku diiringi sorakan kelinci-kelinci tersebut… Seolah pamit dengan gerakan yang unik, mereka meninggalkanku…

Aku beranjak dan berjalan lagi... Sepertinya hutan ini mengerti dengan kondisiku, aku letih dan mendapati sebuah rumah kecil yang sangat sederhana, tapi begitu bersih… Ahh… Mungkin berbaring sejenak bisa melepaskan letihku.. Tapi heii... Ada sebuah poci dan beberapa gelas kecil yang terbuat dari kayu, tertata rapi di atas meja dalam rumah kecil ini, desainnya bak peralatan minum teh warga tiong hoa di zamannya dulu. Aku hauss, aku mencoba memastikan apakah poci itu berisi air, akupun mencoba menuang sesuatu ke dalam gelas.. Ada cairan berwarna ungu kemerah-merahan... Humm.. Aku pun tak gentar untuk meneguk segelas kecil.. Enak... Rasanya manis namun agak pahit sedikit, sepertinya memberikan efek mabuk.. Tiba-tiba merasa punya sayap dan akan terbang setinggi mungkin setelah aku meneguk minuman itu untuk kedua kalinya.. Hahhhh perasaan senang yang tak terkira.. Sepertinya langit tak begitu jauh untuk kugapai.. Lebih baik aku cepat berbaring di ranjang kecil itu, sebelum aku memutuskan melanjutkan perjalanan dalam kondisi aneh begini, dan aku hanyut dalam tidur yang pulas dengan desiran angin sepoi-sepoi.. di tengah hutan???? That’s what I feel…

Astaga… Hujan!! Aku terbangun dari tidur pulasku namun dengan kepala yang agak berat, suara hujan yang cukup deras terus menderu.. Sepertinya sudah sore menjelang senja.. Hujan justru semakin deras… Mudah-mudahan aku baik-baik saja, karena aku berada di dalam hutan yang aku percaya akan menjagaku.. Senja pun nyaris menghilang langit semakin gelap, ahhh.. dimana rasa nyaman tadi?? Bahkan aku tidak diijinkan melihat senja… Tiba-tiba aku merasakan sunyi dan sepi… Tidak ada kicauan burung merdu, yang ada hanya suara deras hujan… Kemana guratan sinar matahari?? Kemana kawanan kelinci itu? Harum semerbak taman bunga itu sudah tak tercium lagi.. Tiba-tiba… Aku lapar.. Aku kepingin makan buah-buahan yang manis dan segar itu… Hikksss… Anehhh… Dan kepalaku pun semakin pening, mungkin karena minuman yang awalnya membuatku terbang dengan perasaan bahagia...

Hujan pun berhenti, malam bersambut… Aku ingin keluar dari hutan ini… Seketika aku rindu rumahku, terlebih taman tempatku biasa bermain.. Aku rindu belaian cahaya matahari, meskipun terik, aku sudah terbiasa… Aku suka cahayanya setelah hujan, membiaskan tujuh warna yang indah… Tapi saat ini aku tertutupi oleh dedaunan yang lebat, padahal cakrawala malam tak kalah menariknya menampilkan cahaya bintang ataupun kemilau biru tua yang tak tertandingi indahnya..

Haiiiii hutan yang menyapaku dengan ramah, mengapa kau tiba-tiba berubah kelam??? Ahhh… Kau bertindak sesuai perasaanmu, tanpa memikirkan diriku yang terjebak di tengah-tengah suasana yang kau tawarkan… Aku tersesat… Tak mampu keluar… Tapi tidak juga merasakan apa yang telah kau sajikan di awal pertemuan… Aahhh… itu menggoreskan luka kecil bagiku, tolong ijinkan aku keluar sebentar… Aku ingin memastikan apakah di sini, di hutan ini… Ataukah di taman tua yang terik itu, tempatku layaknya merebahkan semua rasa ini..

Bukan! Bukan salahmu, hujan itu adalah ujian, dan ternyata saat semua itu datang, mungkin kau tak mampu melindungiku dan membiarkanku menggeliat dalam kegelapan, hingga aku terhempas dalam pilu.. Aku rindu saat-saat ramah itu, tapi aku juga tidak memaksa… Kau bukan milikku, aku tidak berhak untukmu… Semua itu tergambar lewat suasana malam ini…

Menurutmu aku lemah? Menurutmu aku tidak setangguh mereka yang pernah singgah dan melewati malam bersamamu? Baiklah... Itu berarti aku bukan seorang pemburu yang tangguh.. Tapi aku bangga dengan hidupku, aku memang tidak tercipta sebagai pemburu, karena aku ingin merawatmu.. Semua orang masih ingin merasakan kerindanganmu... Maaf… Aku tidak mampu menyembunyikan rasa kecewa ini, tapi cukup aku, kau dan dewi malam yang mengetahuinya…

Esok hari… Aku akan bangun menikmati nafas baru.. Menyambut guratan sinar matahari itu, dan mencoba mencari jejak yang tertinggal menuju jalan kembali… Sekali lagi… Aku ingin memastikan semuanya.. Bahwa ini yang terbaik… Eummm... Apakah hutan itu masih bersahabat denganku???

13 Agustus 2008
00:31 wita

negeri di awan, ada gak yah?

Kalian pernah mendengar lagu yang didendangkan oleh penyanyi kita yang sepertinya udah nyaris legendaris, karena begitu banyaknya pendatang baru di dunia musik yang berusaha saling menggeser kedudukan dengan kompetitor di tangga lagu sejumlah program musik di televisi maupun radio. Tapi si penyanyi ini selalu menarik lewat tampilan karyanya, Katon Bagaskara.. Lagunya berjudul Negeri di Awan... Hummm.. Sounds nice, but is it true? Adakah sebuah negeri di atas awan? Dalam penggalan liriknya, negeri di awan... dimana kedamaian, menjadi istananya.. Wahhh seandainya ada yah... Mungkin jauh lebih nyaman dari "rumah danau"ku...

Hummm… Tapi bisa jadi… Negeri di awan, tak ayal hanya mimpi yang begitu sulit dijangkau... begitu sulit diraba... Sebuah kehidupan yang kita lukis seindah mungkin dalam alam khayal, tanpa kita sadari bahwa kita sedang berbaring di bumi yang fana, tempat dimana perbedaan antara baik dan buruk kian menipis.. seperti cinta dan benci.. Tempat dimana siklus kematian dan kelahiran hanya berselang detik... Tempat dimana materi kian meraja, sementara nurani semakin terabaikan.. Tempat dimana saudara menjadi lawan, dan lawan harus mati!

Well.. kedengarannya kejam dan naas... Tapi itulah yang terjadi.. Itulah yang terbingkai manis dalam pandangan kita, namun kita tidak acuh dengannya.. Kita mencoba dan terus mencoba membangun negeri di awan kita sendiri, ingin menggapai langit yang kian meninggi, meraih kekuasaan, mengecap nafsu, dengan penuh emosi... Sementara... mereka yang tidak mampu menciptakan khayalan mengenai negeri di atas awan, karena sudah dipenuhi dengan pikiran untuk mencari sesuap nasi esok hari, kita abaikan... Kita biarkan mereka dengan apa yang mereka jalani...

Tau tidak??? Mungkinkah... negeri di atas awan itulah yang dijanjikan bagi kita yang memaknai hidup ini dengan cinta dan kasih sayang.. Bagi kita yang mampu melewati getirnya kecapan hidup... Bagi kita yang kian sujud kepada-Nya dengan tulus yang tak terkira.. Bagi kita yang mensyukuri nikmat-Nya sekecil dan sebesar apapun itu…

Dan... adalah tanggapan seorang teman mengenai lagu tersebut...
"negeri di atas awan" layaknya negeri impian, dimana kata-kata menjadi sunyi, dimana bisikan kalbu muncul dan tak tertabiri.. Humm.. Negeri itu ada di sini, di hati kita masing-masing..."

9 Agustus 2008
01:08 wita
gud nite :)

siraman hati

Ehmmm... Pulang kantor, simpan tas, nyalain komputer, kemudian ganti baju, terussss... makannnnn, soalnya lapar banget nieeyyy karena nunggu dijemput.. Habis makan, minum air putih segelas.. Kurang?? Iyalah... Nambah lagi dua gelas.. Pantesan rutin bolak-balik kamar mandi... Hehehe.. Alhamdulillah kenyangyaaa... Akhirnya berakhir di depan komputer, baca blogku yang keren (suit.. suit.. narsisnya kambuh lagi bo'), plus tanggapin komentar konyol dan lucu dari para teman-teman blogger, tapi ada beberapa teman yang udah gak antusias comment nihh, iya.. iya... ntar Ve banyakin fotonya Ve, biar kalian senang jalan-jalan ke blogku.. Hahaha…

Sempatin buka e-mailku, pasti udah banyak kiriman e-mail teman yang "jamuran" nunggu dibaca… Hehehe.. Maaf yahhh.. Dan… Tiba-tiba mendapati e-mail seorang teman yang sempat berdebat denganku kemarin.. Mmmm… Sambil baca, aku sedikit nelan ludah dan menerawang, menciptakan kisah hidupku yang lalu hingga saat ini lewat alam khayalku… Berikut bunyi e-mail kirimannya…


"Hhhaaahhhh....sudahlah..janganmi ################......tapi cobalah dengar apa yang saya bilang sama Vee...

Jangan selalu mengurung diri dalam kesedihan, karena kesedihan hanya akan menghapus harapan-harapan

Hidup adalah sesuatu yang harus disyukuri, dihargai dan diperjuangkan dengan penuh keyakinan. Masih banyak orang lain yang keadaannya jauh lebih buruk dari kita tapi masih tetap tabah dan berjuang untuk hidup dan cita-cita mereka.....

Kebahagiaan itu tidak ada dimana-mana, jangan pernah mengembara untuk mencari kebahagiaan, karena sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat dengan kita. Dia ada dalam hati dan pikiran kita sendiri.... Maka berdamailah dengan hati dan pikiran kita. Dengarkan kata hati, jangan dengarkan ego, karena ego hanya bisa menghisap kebahagiaan…

Belajarlah untuk saling percaya dengan orang lain..... Karena saat kita tak punya apa-apa lagi, hanya rasa saling percayalah yang bisa membuat kita menjadi berarti bagi orang lain, dan orang lain menjadi berarti bagi kita..... Lebih banyak mendengar jauh lebih baik, karena kita akan banyak mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Kita akan belajar dari kehidupan orang lain....

Naik haji bagi yang maaammmpppppuuuuuuuuuuu................... Berserah diri pada sang pemilik kehidupan...."


Gimana?? Yappp.. Dia sosok yang dewasa lewat tulisan, perkataan, dan beberapa perbuatannya.. Dia benar, secara umum… Namun ada beberapa hal yang dia tidak mengerti dari saya.. Saya pun tidak memaksa dia ataupun orang lain untuk mengerti.. Biarlah saya belajar seiring langkahku.. Cukup kalian menemaniku, sehingga saat aku jatuh, kalianlah yang memapahku… Dan saat aku berhasil, maka kalianlah yang kutemani tertawa bersama…

Well.. E-mail tersebut saya posting, karena saya berharap saat teman-teman berkunjung ke blogku, bukan hanya melihat foto-fotoku di bagian paling bawah, ataukah membaca obrolan konyolku bersama kalian dalam kotak persegi panjang sebelah kanan…

Tapi… lewat blogku yang kutata se-tenang dan se-nyaman mungkin, kalian bisa mengenal dan membaca rangkaian tulisan dari "seseorang" yang memberikan “siraman hati” bagi kehidupan kita yang gersang dengan aktivitas yang monoton, sementara kita selalu menuntut sesuatu yang beda dan berarti dalam setiap harinya… Kalian bisa memahami bagaimana seharusnya kita menapaki hidup yang cukup rumit dengan segenggam harapan masa depan..

Buat pengirim e-mail…
Humm… Makasihhh…
Semuanya tidak mudah..
Tapi Ve akan berusaha….

7 Agustus 2008
22:10 wita

because of "Dutch flag"

“Sebuah bendera kebangsaan Belanda, berkibar di pulau Kodingare Keke perairan Makassar, Sulawesi Selatan”, begitulah sekenanya liputan EKSKLUSIF yang diambil oleh kontributor kami di tvOne biro Makassar, Muhammad Fajar, yang akrab kami panggil dengan sebutan “Aja”, mengingat jarang ada kontributor yang nama panggilannya se-sempurna nama yang telah dianugerahkan oleh Ayah dan Ibu mereka.

Tiba-tiba Ka Takbir mondar-mandir dengan gayanya yang memegang handphone berusaha menghubungi seseorang, sambil mengatakan “Bagus itu Aja! Bikinko cepat naskahmu, keren itu.. Keren!!!” Ka Abo pun yang bertugas sebagai korlip siang tadi, kurang lebih melakukan dan mengatakan hal yang nyaris sama. Aja masuk ke dalam ruang komputer dan mendapati saya dan anak magang yang lagi ngobrol. Lalu tiba-tiba saya mempersilahkan Aja menempati kursiku yang berhadapan dengan komputer, karena saya tahu, dia akan mengetik naskah dari berita eksklusif yang disebut-sebut keren oleh Ka Takbir. Saya pun bertanya, “Liputan apa Aja?”, Aja menjawab, “Anu... Ada bendera Belanda berkibar di pulau”. “Well, silahkan ketik naskahnya, sepertinya beritamu akan dicamcast” jawabku. Sambil duduk dia agak berpikir dan sedikit ngos-ngosan, “Duh... Saya cerita mulai darimana di’.. Bingungka ini buat naskahnya”. “Humm.. Sama meq, saya bantuko, hitung-hitung saya juga mau tau kronologisnya”, berusaha membuat Aja lebih santai. Saya juga cukup iba melihatnya agak letih dari liputan dan memaksa otak untuk membuat naskah liputannya.

Kembali ke liputan eksklusif tersebut, bendera berwarna merah, putih, biru itu dikibarkan oleh salah seorang kebangsaaan Belanda bernama Yan Yakobus. Konon kabarnya, bendera asing itu dikibarkan sejak bulan Mei lalu di pulau Kodingare Keke, sebagai bentuk partisipasi pada negara asalnya (dalam hal ini Belanda) dalam pertandingan Euro Cup 2008, sampai sekarang??? Hellouuwww udah lewat kali... Sementara pulau Kodingare Keke sendiri adalah satu dari dua belas pulau yang berada di kawasan perairan Makassar, atau yang kita kenal dengan "spermonde", dan telah di kontrak selama 20 tahun oleh seorang pengusaha Warga Negara Indonesia, Nurjannah, kepada Pemerintah Kota Makassar. Nurjannah adalah istri dari Yan Yakobus si pelaku pengibaran bendera asing itu, mereka membuka sebuah usaha penginapan di pulau itu. Ternyata sebelumnya, Nurjannah dan Yan telah mendapat peringatan dari pihak Pemkot Makassar terkait pengibaran bendera asing tersebut, akan tetapi mereka tidak menggubrisnya. Alhasil, siang tadi aparat kepolisian Polres pelabuhan Makassar, menurunkan dengan paksa bendera asing itu karena menurut mereka telah melanggar Peraturan Pemerintah (PP) nomor 41 mengenai “Bendera Kebangsaan Asing”.

Naskah pun akhirnya selesai, dan sedikit diedit oleh ka Takbir, dia menambahkan beberapa point sebagai data pelengkap, kemudian dikirim melalui e-mail. Berita tersebut merupakan berita eksklusif, karena hanya Aja satu-satunya kontributor dari media elektronik yang mendapatkan gambarnya. Mulai dari gambar rombongan polisi yang tiba di pulau Kodingare Keke, sampai pada penurunan bendera Belanda tersebut. Dan semakin sempurnalah berita tersebut saat ditayangkan secara eksklusif di program “Kabar Petang”. Kami pun bersorak untuk Aja, dan tentunya untuk biro Makassar. Selama delapan bulan tvOne biro Makassar berdiri, akhirnya lagi-lagi kami melahirkan sebuah liputan yang.. sekali lagi.. ekslusif bo’.

Rencananya usai “Kabar Petang” seperti biasa saya akan balik ke rumah untuk beristirahat, Tapi Ka Takbir mencegah saya dan Ka Budi untuk keluar dari kantor karena ternyata... nih yahhhh... ada acara makan ikan bakar di kantor biro. Memang sih.. gara-gara Belanda yang menjajah bangsa kita selama 350 tahun, nenek moyang kita harus terkungkung dalam penderitaan yang amat dalam.. Tapi... nihhh... (maaf) gara-gara bendera Belanda itu berkibar, uang makan malam kami jadi tersimpan rapi di dompet karena ditraktir sama Aja... Hehehe...

Ka Abo dan beberapa teman kontributor pulang membawa dua ekor ikan bakar yang besar (sepanjang lengan orang dewasa), tapi entah apa nama ikannya dan kurang lebih 15 bungkus nasi putih. Hahahaha... Dasarrr anak-anak di kantor..... Gak bisa liat makanan nganggur ibaratnya semut-semut yang liat gula, kata si Itol, “nunggu ikannya dibakar sih berjam-jam.. tapi.. makannya cuma beberapa menit!”.. Pokoknya suasana malam ini, meriah bersama mereka... Rumah putih itu tidak kelihatan redup dan sepi meskipun malam nyaris membungkusnya, karena terdengar riak tawa teman-teman menuai kesuksesan sebuah liputan eksklusif..

4 Agustus 2008
23:56 wita

untitled 9

Tolong! Pergilah! Jangan kau hancurkan kepingan kebahagiaanku yang telah kususun perlahan seiring langkahku menyongsong hari.....

Carilah duniamu...
Dunia yang bisa memberikan kepuasan bagimu, dunia yang kau katakan mampu mengerti dirimu.. Saya hanya diriku dan sisa-sisa kepercayaanku... Saya tidak berarti apa-apa buatmu...

Kalaupun kau mau saya berjalan searah denganmu, itu tidak mungkin! Selama kau masih di jalan pilihanmu... Jalan dimana semuanya menyakitkan! mengecewakan! bagiku..

Saya ingin setiap nafasku, ada kesejukan, kedamaian, kelapangan...

Saya ingin hidupku! Kebahagiaanku!


3 Agustus 2008
01:22 wita
dan setelah semuanya.. kau mampu pulas dalam hening malam, sementara saya...

untitled 8

Setelah sekian lama.... Saya akhirnya jatuh tersungkur lagi...
Setelah sekian lama.... Bulir air mata membasahi wajahku dan membiarkannya kering begitu saja membentuk jejak di wajahku
Setelah sekian lama.... Rasa pilu itu mengetuk hatiku, padahal telah kubangun benteng yang kokoh...
Setelah sekian lama.... Ruang ini menjadi hampa dan penuh sesak...
Setelah sekian lama.... Bibir ini kaku ditemani tatapan kosong...
Setelah sekian lama.... Saya sadar... Kotak masa lalu itu belum tertutup rapat.... Ahhh... Saya benci hawanya...


1 Agustus 2008
10:39 wita