i miss ya galz..

Hummm... Waktu menunjukkan pukul 01:00 wita.. Entahlah... Mata ini tidak bisa tertutup dan membayangkan hal-hal indah untuk kubawa dalam mimpi... Saya memutuskan buat ngemil dikit, untuk menghilangkan suara yang berasal dari perutku *hehehehe... Laparrr*, ini akibatnya kalo makan malam malah di-sisakan.. Umm... Tapi itu karena gak lapar tadi...

Setelah sejumlah cerita karena insomnia ku ini *masih belum akut sih*, malam ini kembali pengen nulis sesuatu.. Minimal yang kurasa saat ini.. Well... Lagi kesengsem dengan lagunya Sandy –Be my lady, kata Ayu sahabatku, “Lagu itu udah jadul banget Ve, gak up to date ahhh kamu, mana mellow pula” Hehehe.. Secara yah Ayu itu penggemar lagu R&B, mo jadul atau nggak kalo bukan jenis musik favoritnya, ya diledekin juga deh....

Kadang saya berpikir, tidak adakah yang dapat kulakukan selain merenung sendiri di kamarku ini??? Hufff... Hingga saat ini gak ada.. Ve jadi kangen banget ngobrol bareng sama sahabat-sahabatku di kamar tidur.. Biasanya dimulai dengan ngemil, dengar lagu-lagu di winamp, terus mulai deh curhat-curhatan.. Wahhh mulai dari yang lucu, gila, sedih, dan senanglahh...

Biasa sampe ngakak gak karuan dan saling ejek... Biasa juga sampe ada yang nangis karena gak mampu nahan rasa sedih akibat kekecewaan yang dipelihara selama beberapa hari, akhirnya tumpah semua dehh... Biasa juga muka sampe jutek abis sambil ceritain orang yang paling dibenci dan buat bete seharian...

Tapi tidak selalu seperti itu saya mnghabiskan malam bersama sahabat-sahabatku.. Saya juga pernah memutuskan berbaring lebiah awal bersama sahabatku, matiin lampu, kemudian mulai dehhh curhat-curhatnya... Banyakan sih mengenai “seseorang” yang buat kita uring-uringan.. Yang ini biasanya lebih cepat ngantuknya, ampuhhh bangettt dehhh.. Hehehe...

Lalu setengah tahun terakhir ini, saya kehilangan semua itu... Rutinitas yang hampir sama setiap hari... Pergi pagi... Pulang malam... Meskipun pekerjaanku ini cukup menyenangkan, tapi jadi merindukan saat-saat seperti itu, saat ngumpul dan cerita-cerita di kamar tidur, begadang sampe subuh... Sekarang hanya bisa lewat dunia maya saja, lewat kecanggihan teknologi yang luar biasa tapi tidak mampu mengembalikan hiruk pikuk tawa kami...

Apalagi jelang akhir tahun seperti ini, rasanya pengen ngumpul bersama keluarga dan sahabat. Seharusnya akan banyak hal yang dapat kami lakukan... Tapi... Entahlah akhir tahun ini... Dapatkah saya menikmatinya? Dapatkah saya lewati dengan sesuatu yang menyenangkan? Ah.. Saya rindu sahabatku... Dimanapun kalian saat ini.. Saya merindukan kalian...

29 November 2008
1:30 wita
...duhhhhh kamarku... rasanya sepi sekali...

bias masa lalu?

Seperti biasa setelah makan siang, kalo gak ada liputan, saya menghabiskan waktu di teras.. Langit mendung seakan mengundangku untuk menikmati suasana siang menjelang sore kali ini…. Lagu D’Cinnamons – Would you let me be, berulang kali mengalun di telingaku lewat MP4 kesayanganku… Hummm.. Saya pikir suatu saat akan bosan dengan lagu itu karena kebiasaanku memutar lagu berulang-ulang, tapi ternyata hingga hari ini, saya masih menikmatinya..

Oh ya.. Jadi teringat buku berisikan tumpukan cerpen karya seseorang…. Sebelum dia mengutukku jadi batu tawas, ataukah jadi Sarimin pemeran utama topeng monyet yang mengitari lorong demi lorong dan berusaha menampilkan yang terbaik demi mengisi perut tuannya, mending saya lanjutkan bacaanku. Saya teringat kalimatnya yang seolah-olah mendiskriminasikan saya yang lebih tertarik dengan jenis bacaan yang berbeda dengannya. Hihihi, sirik aja..

Setelah membaca tiga cerpen, saya lalu menutup buku itu.. Uhmm.. Kuistirahatkan perasaanku yang entahlah… Seperti dipermainkan bersama sejumlah cerita yang kubaca, dasar penulis ini.. Rencananya ingin kualihkan pikiranku ke hal-hal yang menghibur, yang bisa membuatku tersenyum dan kembali menetralkan perasaanku… Eh malah nyasar..

Saya kembali menelusuri cerita hidupku selama beberapa bulan terakhir ini… Ini disebabkan rasa penasaran dan bingung yang bersarang di kepalaku. Ummm… Jadi teringat saat-saat saya menjatuhkan pilihan dan membuat sebuah keputusan yang menurutku berani, karena saya tidak biasanya seperti itu.. Entah apa yang membuat nyaliku begitu besar untuk menjatuhkan pilihan…

Saya merasa bukan diriku saat ini, meski saya selalu berusaha menjadi siapa saya. Saya bersembunyi dalam ketakutanku… Takut yang amat sangat… Hal itu membuatku menjadi sosok yang setengah, yang tidak mampu memastikan apa yang kulakukan saat ini. Namun saya tetap berusaha konsisten dengan pilihan ini..

Yapp setiap pilihan yang kita jalani, pasti ada resikonya… Dan itu yang sedang membuat pikiranku berputar-putar hingga akhirnya berkumpul seperti benang kusut karena merasa gak ada solusi yang tepat untuk saat ini… Hufff… Lalu saya mulai membuka sebuah ruang baru dalam pikiranku *bisa gak yah?* dan mulai menghakimi diriku sendiri.. “Mengapa kau menanyakan dan meragukan keadaanmu sekarang? Mungkinkah itu bias dari masa lalu?”

Bias masa lalu?? Iyakah…?? Mengapa? Lantas.. Kemana akan saya tanyakan kebenaran itu? Ataukah saya memang layak merasa seperti ini? Dan inikah salah satu sekolah kehidupan bagiku? Sebuah kelas dimana mengajarku menghadapi kemelut dalam rasaku sendiri… Akankah kutemukan jawabnya? Akankah kondisi ini tetap membuatku bersyukur kepadaNya?

“Hmmm.. entahlahhh…”

25 November 2008
19:40 wita




yang Ve gak suka

Ada beberapa hal yang tidak Ve suka, baik itu dari diri Ve sendiri, dari pergaulan Ve dengan teman-teman, ataupun Ve dan keluarga. Dibohongi misalnya, lumrah banget kan kalo Ve gak suka… Saat kita mengetahui kenyataan yang berbeda, sementara orang lain tau yang sebenarnya, dan parahnya itu mempengaruhi hidup kita.

Selain itu, Ve juga tidak suka dengan Ve yang kadang manjaaaa banget… Duhhh apalagi jaman sekarang, dimana orang harus lebih tough dan berdiri di atas kaki sendiri.. Menjalani hidup dengan lebih mandiri, tanpa harus mengandalkan bantuan orang lain *kalo ada sih, alhamdulillah banget, hehehe, dasarrr*

Ve juga gak terlalu nyaman dengan Ve yang gak percaya diri.. Gak percaya pada kemampuan sendiri.. Meskipun beberapa orang sudah melihat sesuatu yang maksimal dari hasil kerja Ve, Ve teteeeeppp aja ngotot kalo kerjaan Ve itu payah banget.. Sifat seperti itu justru semakin membuat Ve gelisah, stress, dan prestasi bisa jadi merosot kan…

Hal lain yang Ve gak suka dari orang disekitar Ve… Mereka cenderung "jaim" alias jaga image, pada beberapa kesempatan, sementara Ve pengen jadi diri sendiri aja.. Apaan sih.. Masa ngomong harus pelannnn banget, katanya gak enak sama orang sekitar.. Emangnya ini perpustakaan apa, yang gak bisa berisik.. Malah di perpustakaan pun masih bisa nge-gosip… *Hihihihi*

Kalo kalian lagi bete… Tolong dong…. Jangan imbasnya ke Ve… Jangan tiba-tiba nyolot, atau marah-marah gak jelas dan tuduh Ve yang aneh-aneh… Ve ngerti, kalo lagi bete pasti butuh teman yang cantik dan keren kayak Ve *gila Ve.. akut banget narsis loe*, Ve juga akan berusaha selalu ada koq sebagai teman atau apapun namanya, tapi kan bisa dengan sharing dan ngomong dari hati ke hati…

Tidak setia… Beda tipis dengan bohong kan.. Ini diperuntukkan buat sahabat, pacar, dan keluarga.. Huffff.. Jangan gitu dehh.. Relation yang kita udah bangun berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, jangan sampe deh dirusak dengan penghianatan karena gak bisa setia pada ikrar yang tersirat dalam hubungan….

Dan… Kemarin… Ve baru menemukan satu hal yang gak Ve sukai… Okey.. Ve setuju.. Saran dan kritik adalah dua hal yang bisa menjadi support bagi kita untuk lebih maju. Tapi Ve rasa, cara penyampaiannya pun harus baik adanya, mengingat itu adalah hal yang cukup sensitive bagi yang dikritik. Taulahh manusia memiliki sisi egois dan gak ingin dibantah, apalagi yang merasa dirinya udah hebat..

Tapi kalo penyampaiannya baik, Ve yakin bagi mereka yang ingin maju, pasti berterima kasih banget diberikan masukan…. Gak perlu dengan nada ketus atau terkesan mendiskriminasikan seseorang, kecuali kalo memang ada dendam, itu bukan saran dan kritik lagi, itu namanya ngajakin adu mulut alias berantem!

Lagian… Kritik dan masukan itu tidak serta-merta diterima begitu saja kan, yang dikritik pasti menyaring atau men-sensor apa yang baik bagi dia dan yang tidak… Semua juga dikembalikan lagi ke dirinya.. Apa yang saat ini membuatnya merasa nyaman, namun tetap bisa membawa dirinya lebih baik ke depan…

Ve senang dengan beberapa teman di kantor ataupun teman di blog yang memberikan masukan atau kritik dengan baik.. Menurut Ve itu gak susah koq, cukup kembalikan ke diri kita dulu sebelum mengkritik orang lain… Bagaimana cara yang tidak kita sukai, dan bagaimana cara yang kita sukai…

Intinya sihhh… Ve yakin koq… Apapun nantinya pilihan orang yang dikritik, itu pasti yang terbaik bagi dia *ini khusus bagi yang otaknya masih normal yahhh*.. Kalo dia lebih memilih dunia fashion dibanding jurnalis, kalo dia lebih milih warna coklat daripada warna pink, kalo dia lebih milih jadi penyanyi ketimbang jadi penulis.. Itu haknya… dan Ve yakin pasti ada nilai positif dalam setiap pilihan positif..


Apabila mereka gagal dengan pilihannya, maka tugas kita untuk mendekapnya kembali.. Apalagi kalau mereka adalah orang terdekat bagi kita... Bukankah hidup adalah bagaimana kita menyentuh kehidupan orang lain...

See ya...

24 November 2008
13:01 wita


liputanku nyebrang pulau euy..

Saya rasa cerita liputanku kali ini layak ku-posting.. Hehehe... *apa sih yang tidak loe posting, narsissss* Entah setan darimana yang me-nyambetku hari Kamis kemarin... Saya nekat pergi liputan bersama kontributorku Mimin, sementara langit sudah gelap banget, mendung bo’.. It’s going rain.. Tapi kasusnya menarik, mengenai penemuan mayat.. Secara yah.. Saya sempat mengurungkan niatku jadi dokter karena takut liat mayat, ughhh... something smell horror too, really hate that.. Tapi hari ini saya menantang semua itu... *cieee... jadi jago mako itu?*

Baru juga seperempat jalan, rintik hujan se-gede biji jagung pun turun perlahan dan kian deras.. Alhasil saya dan Mimin inisiatif pake jas hujan... Berdasarkan informasi yang kami terima *duhhh udah kayak melaporkan di lapangan*.. Lokasi penemuan mayat di sekitar Tanjung Bunga.. Namun, baru juga menuju ke sana dan melintas di Pantai Losari, ada aparat kepolisian yang sedang berjaga. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah dan mencari info lanjutan dimana lokasi TKP-nya...

“Mayatnya di pulau Ve..” kata kontributorku Mimin... Hummm.. Sounds great!.. “Jadi kita nyebrang pulau mi saja, supaya bisa dapat gambar TKP-nya” jawabku semangat... “Ihhh tanya dulu korlip deh, ntar ditegurki” sanggah Mimin.. Setelah lama bernegosiasi tanpa hasil, saya pun mutusin buat nyebrang pulau karena kami sempat bertemu keluarga korban yang akan menuju pulau tersebut. “Ka.. Kami nyebrang pulau nah, mayatnya ada di pulau, bagus kalo ada gambar TKP-nya, saya di perahu motor mi” kataku pada ka Budi yang saat itu bertugas sebagai korlip. “Hahhhh...! Jadi kalian udah menuju ke sana, ya udah, kabari saja secepatnya”

Kalian pasti pasti sudah membayangkan pulau itu letaknya jauh dan betapa kesatria-nya saya dan mimin yang nekat nyebrang hanya untuk mendapatkan gambar lokasi TKP nya.. Hehehehehe.. Tenang aja... Pulaunya gak jauh koq, hanya sekitar 400 m - 500 m. Naik perahu motor 10 menit juga nyampe... Tapi tetap aja bagi Ve itu excited banget.. Soalnya sempat ngiler waktu liputan eksklusif kontributorku, Fajar, pengen banget liputan sampe nyebrang ke pulau gitu.. Akhirnya nyebrang juga deh.. Meskipun ini hanya penemuan mayat...

Ah.. Sampe juga... Namanya pulau Gusung.. Hummm.. Gak terawat.. Dan jumlah rumah pun dikittttttt bangett... Pikirku rumah yang ada di hadapan mata kami adalah lokasi mayat ditemukan.. Ternyata tidak... “Agak jauhki tempatnya, jalan lagi lewati itu rawa-rawa kecil dek” kata salah seorang penduduk di pulau itu. “Jangan mako ikut Ve, saya mi saja yang pergi nah, nanti kenapa-napa ko” larang Mimin.. Duhhhh udah capek-capek nyebrang, mana hujan-hujanan pula *emang kamu yang kendarain perahu motornya? Kamu kan tinggal duduk Ve* Hehehe.. Tapi tetap aja saya merasa sia-sia kalo sampe gak liat mayatnya. “Nda mauka! Mauka ikut!”

Setelah menggulung celana panjang jeansku dan mengganti sepatuku dengan sendal yang kupinjam dari penduduk, saya pun menuju ke rumah korban bersama Mimin dan beberapa wartawan. Sepanjang jalan hanya dipenuhi rumput-rumput liar dan sejumlah genangan air dan rawa kecil... Oh ya ada juga lubang tempat kepiting keluar dan masuk.. Huaaaahhh gawat kalo tiba-tiba si kepiting dengan capitnya muncul dan me-ngepitku.. *me-ngepit?? Bahasa apa itu Ve?* Saya cukup hati-hati melewati sepanjang jalan tersebut. Sesekali sendalku tertancap di lumpur dan susah banget melangkah, jalan jadi berat banget... Belum lumpur-lumpur yang nempel di jaketku.. Asli dehh.. Saya sepertinya kembali ke masa-masa praktek lapang di pertanian dulu...

Sejumlah warga telah berkumpul dan memberi keterangan kepada aparat kepolisian yang telah berada di TKP sekitar setengah jam lalu... Mimin pun mulai mengambil gambar lokasi TKP serta gambar mayat korban yang masih tergeletak kaku di dalam rumah.. Saya juga mulai mengumpulkan info mengenai penyebab kematian korban. Ternyata korban berumur 70 tahun dan merupakan kepala keluarga dari dua istri serta 11 anak.. Banyak yahh... Pekerjaannya hanya sebagai pengemis... Tapi sempat terbersit rasa salut juga, dari 11 anaknya, hanya 5 orang anak kandung, sementara 6 lainnya adalah anak yang dia pungut di jalanan karena mereka gak punya tempat tinggal.

Anggota keluarga meduga korban meninggal karena dibunuh, karena kondisi tubuh korban pada saat ditemukan tidak wajar. Terdapat beberapa luka di sekujur tubuhnya yang menurut keluarga korban, adalah hasil penganiayaan seorang rekan korban yang merupakan tetangga di pulau tersebut yang juga bermukim di Makassar. Namun aparat kepolisian saat itu, belum mampu mengetahui secara pasti penyebab kematian korban dan belum dapat memastikan apakah korban meninggal karena dibunuh, atau karena memang sudah ajal. Sementara menurut pihak kepolisian, luka di tubuh korban, bisa jadi disebabkan karena hasil gigitan hewan semacam anjing atau sejenisnya yang berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya.

Ihhh sempat bete juga waktu meliput.. Soalnya prajurit berbaju seragam atau akrab kita sapa ‘polisi’ itu, gak berhenti menggoda saya yang udah hancur banget dengan penampilanku, celana tergulung, kaki kotor karena lumpur, plus jaket yang bermotif totol-totol karena lumpur.. Apaan sih.. Bukannya mereka lagi tugas, ini masalah serius kan... Kalo pengen becanda, gak perlu kali dengan mengganggu ketenangan orang lain. Heran juga orang tua sekarang yang ngotot banget anaknya married sama polisi, hanya karena terhipnotis dengan kegagahan mereka di balik seragam, serta mimpi orang tua bahwa anaknya akan terlihat cantik jalan bersanding dalam pesta pedang pora pada pernikahannya... Huuffff....

Setelah selesai pemeriksaan, mayat korban langsung dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Makassar, untuk diotopsi lebih lanjut. Saya, Mimin, dan sejumlah wartawan pun balik ke Makassar.. Wahhh yang ini perlu dicerita.. Suasana di atas perahu motor asik banget... meski berisiknya minta ampun, tapi angin pantainya asikkk... Hujan pun masih turun tintik demi rintik tapi gak deras, langit masih dengan warna biru muda yang indah... Huaaa.. Senangnya liputan hari ini... Everything is fun, include the rain...

23 November 2008
23:28 wita
...tapi balik ke kantor basah kuyup..

si pengemis cinta

“Apabila sejatinya mausia diciptakan berpasang-pasangan, lalu ada apa dengan pengemis cinta?”

Hehehehe.. Pertanyaan tersebut terbersit di benakku saat senja kian jingganya.. *sejak kapan loe puitis gitu, jangan maksa dehh*… Saya teringat cerita mengenai pengalaman sahabatku, Rina (nama samaran) kemarin malam, saat kami menyempatkan ngobrol lewat telepon seluler. Dia bercerita mengenai lelaki yang begitu antusias menyapanya dengan intens tiap hari.. Bahkan sehari bisa tiga kali, kayak minum obat.. Maklumlah lagi PDKT *ingat tulisanku mengenai PDKT vs pacaran?*

“Duh.. Ve… Bingungka juga.. Padahal sudah saya tegaskan sama dia bahwa saya tidak tertarik menjalani hubungan pacaran dengan dia. Saya hanya menganggap dia sebagai teman” dalih Rina saat saya menuduh dia memberi harapan sama si lelaki. “Waduuhhh.. Pangeran Diponegoro *sebutan bagi pejuang tangguh* juga dia” kataku.. Sambil tertawa, Rina melanjutkan, “Bahkan.. Tau tidak Ve, beberapa hari ini, dia sampe nangis-nangis segala ma saya!”.. “Hahhh..! Nangis???!!!”

Saya bingung dengan tingkah lelaki itu… Lelaki itu layaknya seorang “pengemis cinta”.. Yang berharap pada sesuatu yang tidak pasti yang dia klaim sebagai ‘cinta’ nya. Bahkan sebenarnya sudah pasti, namun dia tetap ngotot. Mengapa dia sampai nangis segala di Rina, sementara keputusan semua ada di tangannya untuk menyelamatkan diri dari kondisi tersebut, mengingat Rina sudah menegaskan gak berniat menjalani hubungan pacaran.

Rina kembali melanjutkan ceritanya, bahwa tidak jarang lelaki itu menawarkan berbagai bantuan dan fasilitas kepadanya. Kadang malah yang paling ekstrim, menawarkan bantuan mencuci seluruh pakaian si Rina.. *isn’t it weird?* Kata seseorang padaku, “itu gak elegant, say” Si lelaki juga sering menghubungi Rina berjam-jam lamanya, umm.. dari pukul 00:00 wita sampai pukul 04:00 wita, lama gak yah? *ya iyyalah.. dikit lagi azan subuh tuhh*.

Heran.. Mengapa dia memilih bertahan dengan semua itu? Tidakkah dia sadari bahwa Rina bukan satu-satunya perempuan di dunia ini??? *maaf Rin… tapi kamu tetap cantik koq, hehehe* Toh… Lelaki itu kan sudah berusaha dan berjuang sampai titik darah penghabisan, eh salah.. sampai airmata berurai.. Hehehe.. *bukan menertawai si lelaki lho* Selebihnya kita kembali berserah kepada Pemilik Kehidupan ini, apakah lelaki layak mendapatkan Rina? Ataukah justru Rina bukan yang terbaik bagi dia?

Well… Bukannya saya gak prihatin dengan nasib Rina yang bingung dengan kondisinya yang diuber-uber sama si lelaki.. Tapi saat ini saya tersesat dengan pikiranku mengenai lelaki “pengemis cinta” itu. Sampai kapankah dia bertahan dalam kondisi yang sejatinya perempuan dan laki-laki diciptakan berpasang-pasangan selama mereka berusaha.. sementara dia memilih mengemis cinta??

Hahhh.. Semoga hal tersebut tidak pernah terjadi dalam hidupku, dan semoga dengan kisah ini, saya belajar untuk menghargai apa yang telah saya miliki, dan siapa yang hingga saat ini menghormati dan menghargaiku…

Wassalam...

21 November 2008
19:31 wita

hikss.. sakit lagi nihh..

Nomor urut 18.. Whattt??!!... Meski sudah ada 9 orang yang masuk sebelumnya, tapi tetap saja masih ada 9 orang, dan bagiku... Itu banyaaaaakkkk... Hufff... Apa boleh buat, harus antri kann.. Intinya harus sembuh! Merdeka!!

Ini karena sakit yang mendekam di perutku dalam 2 hari terakhir, dan bahkan sudah berminggu-minggu lamanya.. Namun tidak intens, ada beberapa gejala yang bagiku sudah cukup membuatku merinding khawatir.. Saya sempat membayangkan hal-hal aneh.. Duhhh.. Jangan sampai deh..

Tahun lalu pernah mengalami rasa serupa dan berakhir dengan terkapar pucat dengan suhu tubuh tinggi, dan akhirnya harus ke dokter.. Terbaring berhari-hari dan hanya makan bubur.. Ughhh.. Pekerjaanku terbengkalai, merepotkan teman kantor yang harus menutupi jadwal siaranku.. Satu lagi.. Absen berhari-hari dari waktu mandi, hanya bersih-bersih..

Dan dua hari terakhir ini.. Saya kembali merasakan sakit itu.. Ada rasa kembung dan sakit bangett. Sekujur tubuh demam, bawaannya lemassss aja, wajah pucat.. *sekali lagi Ve, kamu itu emang udah pucat!* Dan saya tidak ingin menunggu sampai akut.. Saya masih sangat mencintai pekerjaanku meski kadang hanya duduk-duduk di teras menghabiskan waktu menikmati pandanganku..

Malam ini harus rela antri demi menemukan solusi yang tepat untuk sakitku ini.. Yang penting saya mau berusaha, sisanya saya serahkan kepada Pemilik nafas ini.. Agak deg-degan juga mengetahui hasil diagnosa dokter, tapi kucoba tepiskan rasa khawatir itu.. Perut yang tadinya sakit, jadi mules.. Angin malam juga kian menusuk, untung pake jaket..

Pesan pendek dari Ayu dan Gita nongkrong di hape-ku menanyakan keadaanku dan menemaniku mengantri.. Thanks sisters.. Gak tau deh apa jadinya kalo saya antri kayak orang bego tanpa melakukan apapun.. Apalagi saya yang senantiasa memelihara sifat manjaku, yapp.. mungkin karena saya anak sulung yang dituntut mandiri dalam keluarga, jadinya sifat manja ini dialihkan ke sahabat dan orang terdekatku.. Tapi kadang nyebelin yah?? (T_T)

Setelah antri dengan sabar dan tawakkal.. Hallahhh.. Akhirnya saya bertemu juga sama dokternya, Prof. Akil.. Begitulah saya memanggilnya.. Orangnya sangat tenang.. Tanpa keraguan, dan ramah banget.. Apakah memang semua dokter kayak gitu yah, selalu tenang, seolah-olah mengerti apa yang pasiennya rasakan..

Wahhh seandainya ada dokter cinta yang mengerti segala perasaan pasiennya sampe ke dalam-dalamnya, pasti pasiennya udah padat merayap kayak acara nonton konser Ungu, ataukah satu jam bersama Veronica Moniaga, ya ampuunnn… *plok.. plok.. tepuk-tepuk pipi, sadar non.. siapa sihh loe..!*

Setelah mendengar keluhanku yang udah kayak pidato kenegaraan… Dokter itu dengan tenangnya menyuruhku menuju ke pembaringan.. Hahhhh.. Gawat..!! Ada adegan baring segala pula…. Tapi tenaaaangggg… Scene yang ini Ve gak usah jelasin, yang pasti Ve baik-baik aja…

Gak ada yang terjadi, selain satu pertanyaan todongan kepadaku, “Suka makan sambel yah??” Gubbrrraaakk *imajinasi jatuh dari tempat pembaringan..* “Iya dokter”.. Dokter itu dengan tenangnya menuju ke meja prakteknya.. Kayaknya dia masternya yoga dehhh… Dia seperti tenang tapi mantap dengan bahasa tubuhnya..

“Dek.. boleh pindah ke meja praktek dokter” seorang suster menyadarkanku dari lamunan tiga detikku karena shock dan panik takut dilarang makan sambel… Huaaaa bumbu-bumbu kehidupanku… “Oh ii.. iya suster”.. Dokter akhinya menulis resep buatku dan ada beberapa pantangan yang harus saya turuti.. Hikssss… Antara lain :

PERTAMA, jangan makan sambel/lombok, pokoknya semua yang pedas-pedas.. Hufff.. Cobaan terberat dalam hidupku.. Betapa hambarnya sajian sarapan, makan siang, dan makan malamku untuk beberapa bulan terakhir.. Mengingat komunitas sambel/lombok di piring makanku hampir menyaingi lauk pauk yang ada, dan tidak ada yang bisa menghentikanku.. kecuali.. hiksss.. Prof. Akil.. Itupun karena sakitku yang luar biasa efeknya dalam kehidupanku..

KEDUA, perbanyak makan sayur... Duhhhh sudah dilarang makan sambel/lombok, ehhh.. malah disuruh makan sayur.. Ini namanya penyiksaan secara halus... Sayur adalah menu yang paling kuhindari.. Liat warna hijaunya saja sudah geli setengah mati, apalagi harus ditelan.. Belum rasanya yang.. emmm.. err... uhmmm.. Gimana gituuwww...

KETIGA, konsumsi buah-buahan secara rutin.. Supaya banyak serat, kata dokter.. Okelah.. Kalo yang ini, adalah penawarku di tengah pahit dan pedihku *berlebihan*, menelan sayur, tanpa sambel/lombok.. hiksss.. Saya paling suka buah apel manis, jeruk manis, mangga manis, anggur manis, pisang manis, semua yang manis.. Heran yahhh.. Padahal kan Ve udah manis.. *uppss.. narcis.*.

KEEMPAT, perbanyak minum air putih.. Ve sebenarnya suka minum air putih, tapiii.. Lebih enak juice Markisa, juice Melon, juice Mangga, Ice lemon tea, Milkshake, Ice chocolate... Slurrrpp... Hiksss.. Forget it Ve! Artinya hanya satu minuman yang paling top saat ini, satu botol air mineral...

KELIMA, jangan suka nahan pi*** nya..! Usahakan selalu dibuang.. Ya iyyalahhh... Tapi biasanya harus standby di meja siaran kurang lebih sejam, tempat liputan gak ada toiletnya, lagi seru nonton DVD, lagi asik ngobrol sama yayang.. Waduuuhhh udah mulai ngawur nieyy...

Alhasil, gara-gara sakit ini.. Ve harus jadi anak baik-baik dulu... Karena kalo mau dipikir, LIMA titah dokter tadi simpel aja, anak kecil kayak ponakanku yang ceriwis, Nabila, udah tau itu.. Pasti si kecil yang sok tau dan selalu mau tau itu, udah bosan banget dengan semua aturan itu... Hehehe...

Well
.. Udah dulu yah ceritanya.. Intinya sekarang Ve harus cepat sembuh.. Dan kepada seluruh pengunjung "rumah danau" mohon doanya yah.. Thank you... (n_n)

18 November 2008
23:42 wita


sepasang sepatu dan kesendirianku

Seperti biasa.. Spend the night with myself, and that’s what I’ve chosen.. Tapi setidaknya dalam sendiriku, tidak pernah ada kebohongan, kepalsuan, pura-pura… Yang ada hanya kejujuran.. Jujur pada diri sendiri… Jujur pada sekujur tubuh yang melemah, namun tak kunjung letih untuk mengantarku pada lelap.. Jujur dengan bulir yang kian menetes dan membuat pandanganku hampa sesaat…

Karena tidak ada lagi yang mampu kupandangi, tiba-tiba mataku menangkap sepasang sepatu dengan kombinasi warna coklat tua dan coklat muda dengan bahan yang berkilau.. Sepatu kesayanganku, modelnya simple tapi memikat, hak-nya standar, dan tidak sedikit kaum wanita yang memuji tampilannya yang sederhana namun indah dipandang mata..

Melihat sepatu itu, kembali teringat dengan kesendirian yang selalu berusaha kunikmati saat saya memilih kesendirian itu.. Sepatu itu selalu sepasang, bersinergi, dan terlihat indah saat satu dengan yang lain diayunkan bergantian. Saya terpikir, betapa bahagianya sepatu itu.. Meski letih karena terayun di langkahan kaki tiap manusia, namun akan selalu memiliki teman cerita di kala beristirahat, apakah di rak sepatu, di kolong meja, di depan pintu rumah, atau bahkan dalam sebuah dus yang pengab..

Pasti tidak pernah merasa kesepian… Saling berbagi susah dan senang.. Terbiasa dengan kebersamaan, bahkan saling mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan pasangannya.. Mereka tidak peduli berapa lama menunggu majikannya yang berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, karena mereka akan selalu bersama. Saling bercerita dan berbagi sembari membunuh waktu..

Huffff… Jadi iriiii… Inginku juga menemukan pasangan yang pas seperti sepasang sepatu itu.. Berbagi dengannya, bercerita dan menyampaikan keluh kesah yang telah dia mengerti sejak awal lewat garis wajahku, lewat kalimatku yang terbata-bata, lewat bahasa tubuhku yang mulai kacau… Meski malam kian larut, saya tidak perlu khawatir, karena ada dia di sisiku, menjagaku dan tidak akan membiarkanku mengakhiri malam dengan “kesendirian”…

Sampailah diriku pada kesimpulan sesaat.. Mungkin inilah yang dinamakan keadilan.. Bahwa meski sepasang sepatu itu selalu bersama dan bahagia walaupun kuayunkan ribuan kali bersama kakiku dalam kondisi apapun… Mereka tetaplah sepasang sepatu, yang tidak akan pernah merasakan nikmatnya nafas yang kurasakan…

Dan diriku dan kesendirian ini, meski saya sudah muak, namun segala desahan nafas ini menjadi irama yang menghiburku dalam.... sekali lagi kesendirianku…

18 November 2008
01:02 wita
…dan kapankah saya lebih dari sepasang sepatu, memiliki pasangan dan melangkah bersama, diiringi nafasku dan nafasnya…

ini eksklusif Ve!

Deringan handphone kembali membangunkanku... Ughhh.. Sial... Orang iseng, “CUMI” alias “cuma missedcall” doank.. Huffff.. Pukul 10.00 wita.. Dasarrrr Ve.. Seandainya saat itu juga ada penyerahan award bagi warga kota Makassar yang termalas bangun pagi, mungkin saya masuk dalam peringkat 10 besar... Hiksss.. Padahal usai shalat subuh, hanya pengen baring-baring dikit.. Ehhhh... malah keterusan..

Nyawaku belum ngumpul, handphone yang satu malah ikut berdering.. Duhhh.. Mana jauh lagi dari tempat tidur.. Hehehe.. Sebenarnya siiiih cuma butuh tiga langkah, dasar Ve aja yang lagi malas bangettt... Uhhhh ngantukk... Tidak! Wake up, and answer the phone! Uppsss... Telepon yang ini kayaknya serius deh, “Ka Takbir...”, kepala biroku.. Pasti penting... Tarik nafas dalam-dalam.. Usahain jangan sampai suaranya kedengaran baru bangun.. “Ehmm... Eheeeemmmmm..”

“Assalamualaikum... Iya Ka Takbir, ada apa?” Saya menjawab deringan telpon dengan suara yang kedengarannya udah siap menuju kantor.. “Ve!! Buruan ke kantor de’.. Ada liputan.. Penting!!!” Jawabnya.. “Ohh ii.. iya.. iya.. siap ka Takbir, Ve ke kantor”, dan setelah mengucap salam, telepon pun ditutup.. Huaaaaaaa!!! Gawaattt!! Mana belum mandi pula.. Belum jas buat siaran, “Duh bawa jas yang mana?” Bodo ahhh.. Yang penting mandi dulu..

Saya lalu mengguyur tubuhku dan mandi seperti biasa, namun dengan durasi yang lebih singkat.. Semuanya dipersingkat.. Dan gak usah dibahas.. Hihihi... Setelah mandi.. Pakaian.. Pesan taksi karena gak berani minta dijemput mobil kantor, soalnya udah telat bangun... Kemudian melesat ke kantor setelah menyambar roti keju vla yang tinggal se-biji di meja makan.. Hahhh.. Untungnya adik-adikku masih berbelas kasih menyisakan sarapan untuk kakaknya yang cantik, keren, smart, Uppss... Sowry.. Narcisku kambuh...

“Bontomene, Pak.. Buruan.. Saya ada tugas penting” Pintaku sama supir taksi yang akan mengantarku ke kantor.. “Sabar non, ini taksi, bukan mobil F1”.. Wahhh ngajak berantem nih supir.. “Iya Pak, tapi kan bisa diusahain..” jawabku ngotot.. “Boleh.. Ada asuransi kesehatannya gak? Kalo ada, saya nebeng yah..” supirnya malah bercanda.. “Yaelahh Pak.... Justru di sinilah bapak membuktikan kepada saya dan seluruh pengguna jalan, bahwa Bapak adalah supir taksi yang hebat, hehehehe.. Buruan Pak!”.. Sambil geleng-geleng kepala, dia pasrah juga, akhirnya tekan gas tinggi demi kepuasan konsumen.. Hehehehe...

“Makasih yah Pak.. Balapannya tadi keren... Nih duitnya, kembaliannya ambil aja” kataku sambil menyerahkan sejumlah uang pada si supir taksi.. “Hehehehe.. Kembaliannya cuma seribu perak juga.. Makasih yeee” Jawab si supir.. Yeee seribu perak uang juga itu.. Bayangin aja.. Para pengamen, pengemis jalanan, tukang parkir, bahkan penjual koran di sore hari, rela menghabiskan waktu di depan wajah orang lain yang beragam, demi seribu perak.. Ini dikasih cuma-cuma.. Malah gak sukur...

Suasana kantor memang terlihat rame.. Anak-anak terhambur di lantai.. Ka Abo, Ka Takbir, dan Ka Budi juga kelihatan semangatt... Mereka bahkan menyambutku seolah-olah di tangan kananku sedang membawa dua bungkus roti dan di tangan kiriku membawa sekantong minuman kaleng. Ada kasus apa yah.. Sepertinya saya malah dikerjain deh sama anak-anak di kantor. Jangan-jangan mereka ingin memberi efek jera padaku yang hobi telat bangun... Yeee... Kurang kerjaan banget.. Mereka gak liat, saya tadi udah kayak orang kebakaran jenggot, kalo bahasa sini sih, kajili-jili...

“Ve jadi gini... Kita punya liputan keren, kita mau Ve yang turun.. Ternyata di pasar #####.. Daging sapi yang dijual oleh para pedagang, adalah daging babi..” Ka Takbir mulai menyampaikan apa liputan yang membuat dia membangunkanku dari kemalasanku.. “Nah Ve... Tadi saya sudah suruh Chandra pergi beli dagingnya, dan ada di teras. Ve bawa itu ke laboratorium Veteriner, Maros, untuk diteliti lebih lanjut. Usahakan Ve dapat hasilnya hari ini, dan kalo bisa itu positif daging babi” Ka Takbir dan Ka Budi terus nyerocos dan lagi-lagi info eksklusif itu datangnya dari ka Abo, herann deh.. sebesar apa sihh jaringannya.. hebat bangettt.. Jangan-jangan dia mantan anggota Badan Intelijen Negara dehhh..

Kamera siap, Mic siap, Tripot juga udah siap.. Tinggal berangkat.. “Ingat yah Ve, hasil uji nya usahakan sebelum jam tiga siang.." Saya mengangguk dan berpikir bahwa memang akan semudah itu mendapatkan hasil uji sampel daging tersebut.. Saya sangat antusias melaksanakan liputan itu mengingat lokasinya di luar kota Makassar, yaitu di kabupaten Maros.. Hitung-hitung jalan-jalan sambil menghirup udara daerah lain.. Kabupaten Maros sendiri letaknya gak jauh-jauh amat, apalagi kami memilih lewat jalan tol.. Menghabiskan waktu 60 menit, tapi kalo Chandra yang mengemudikan mobil, bisa jadi 45 menit, bahkan bisa 30 menit!

Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Besar Veteriner, Laboratorium Veteriner, Kabupaten Maros.. Humm.. begitulah tulisan yang tertera di papan berwarna hijau-putih tepat di depan bangunan putih tersebut. Saya lalu bertemu dengan pimpinan laboratorium Veteriner, saat itu yang bertanggung jawab adalah Bapak Tangguh.. Hehehehe.. Agak beda sih dengan namanya.. Orangnya sangat ramah dengan logat Jawa-nya (maaf) yang medok banget... Tidak memperlihatkan sosok lelaki yang telah aral-melintang mengarungi samudera Hindia dan Pasifik, ataukah benua Asia dan Australia.. Bayanganku seorang Tangguh adalah mereka yang telah mempertaruhkan hidupnya di belantara alam.. Weizzz... Jauh banget yahh..

Setelah ngobrol panjang-lebar, saya bahkan jadi ikutan medok juga.. Hehehehe... Ternyata hasil uji sampel daging yang kami bawa, baru dapat diketahui esok harinya.. Whattt??? Waduhh.. Gak bisa gini dong.. Nanti gak eksklusif.. Ibaratnya saya pulang tanpa hasil.. Cukup lama juga saya tawar-menawar, akan tetapi alat yang mereka gunakan untuk mendeteksi sampel daging tersebut memang membutuhkan waktu yang cukup lama.. Jadi gak bisa dipercepat ataupun diperlambat..

Setelah koordinasi dengan korlip yang kebetulan adalah ka Budi, saya diarahkan ke Fakultas Peternakan UNHAS, mungkin hasilnya bisa lebih cepat, tapi tetap meminta bantuan laboratorium Veteriner untuk menguji sampel yang daging yang kami bawa, meski hasilnya baru bisa ketahuan besok. Saya sempat masuk dulu ke laboratorium uji organoleptik mereka, dimana untuk mengeatahui apakah daging tersebut layak dikonsumsi atau tidak karena bisa saja sudah menagalami pembusukan awal. Pemeriksaannya simpel, hanya menggunakan pandangan mata dan indera penciuman.. Ngomong-ngomong mengenai indera penciuman, sepuluh menit lagi saya dan ka Tody berada dalam lab tersebut, kami bisa jatuh pingsan.. Duhhh baunya.. Astagfirullah...

Pasti kalian udah bete, soalnya tulisanku panjangnya kayak toilet paper, alias tissue roll yang nongkrong di toilet-toilet hotel atau rumah makan.. Hiksss.. Baik.. Singkatnya akhirnya kami menemukan seseorang yang mampu membantu kami menguji sampel daging yang kami bawa, dan itu di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.. Beliau adalah Prof. Dr. Ir. Effendi Abustam, merupakan kepala Laboratorium Teknologi Olah Ternak, Fak. Peternakan-UH.

Orangnya sangat ramah.. Dengan antusias dia bersama dua asistennya, membantu kami menguji sampel daging tersebut.. Dan beruntungnya lagi, dia punya sampel daging sapi yang asli, sebagai bahan pembanding sampel daging yang kami bawa. Saya pun oncam dan mempersilahkan Prof. Effendi menjelaskan hasil pengujiannya. Dia menduga sekitar 70%-80% sampel daging yang kami bawa adalah daging babi, dan untuk mengetahui lebih jelas ke-akuratannya menggunakan mesin dengan teknologi canggih seperti VCR yang digunakan di laboratorium Veteriner.

Iya.. iya.. Sabarrr... Saya tau.. Udah terlalu panjang kan ceritaku.. Singkat cerita.. Akhirnya kami kembali ke kantor sekitar pukul setengah empat sore, dengan membawa liputan yang eksklusif tersebut untuk dikirim lewat camcast ke pusat.. Mas Rojes salah satu produser eksekutif kami, sepanjang jalan kenangan.. hallahh lagu kallliiii... Beberapa kali menghubungi saya untuk mengetahui kelanjutan hasil liputanku. Tapi syukurlah dia kelihatannya puas dengan hasil kerjaku. Dia pun meminta kami untuk meminta kesediaan Prof. Effendi hadir di studio, akan ada dialog terkait hasil uji sampel daging tersebut..

And.. You know what???!!
Mas Rojes dan produser kabar Petang yang lain, memberikan kesempatan kepada saya sepenuhnya untuk berdialog dengan Prof. Effendi.. Oh thanks God, this is a good chance for me.. Thanks Mas Rojes!! Saya yang masih setengah pesimis menyelesaikan seluruh tugas kami sampai usai kabar Petang, gak percaya dengan semuanya yang berjalan dengan sukses dan lancar.. Finally.. I did it again! Ucapan selamat dan hujan pujian dari ka Budi, ka Abo, ka Takbir, dan beberapa teman lainnya terus-menerus dilontarkan kepada kami yang terlibat langsung dalam peliputan.. Duhhh senangnyaaa...

Ini seperti penghargaan tapi seperti beban juga, karena pada akhirnya kami dituntut untuk melakukan yang lebih baik lagi agar bisa menjadi yang terbaik.. Oh ya.. dan hari ini.. berdasarkan wawancara eksklusifku dengan manager Teknis Epidiomiologi Balai Besar Veteriner, kabupaten Maros, hasil uji laboratorium Veteriner memastikan bahwa sampel daging tersebut positif daging babi dan beberapa sampel lainnya adalah oplosan daging babi dan daging.. emmm.. err.. apa yahh?? Gila yah.. Kasian masyarakat, mereka pasti merasa tertipu habis oleh sejumlah penjual daging di pasar tradisional, masyarakat lebih memilih untuk tidak mengkonsumsi daging dulu, jadi paranoid gitu dehh.. Tapi lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali.. Ya kan?

14 November 2008
22:30 wita
..bukan hanya masyarakat, saya pun sepertinya harus say NO!! to bakso dan coto.. hiksss.. hikss..

untitled 13

Tinggal berbaring, namun kusempatkan menyapamu sejenak ..

Berharap malam ini sempurna dengan mendapatimu di sana.. Ingin berdamai dengan segala kerisauanku...

Namun rasaku dan rasamu sedang tak bersahabat rupanya..

Sudahlah.. Apapun yang kurasakan... Saat ini saya hanya ingin duduk sejenak di “rumah danau”... Merenung ditemani gelapku..

Entah sampai kapan... Hanya ingin sendiri menumpahkan semuanya...

Hummm... Akhirnya berakhir dengan pilu yang kubawa dalam lelapku nanti..

11 November 2008
00:57 wita

sepanjang hari ini

Sepanjang hari ini.. Hanya menghabiskan waktu bolak-balik di tempat tidur dengan tubuh terkulai lemas.. Huuufffff... Bobot tubuhku serasa lebih berat dari biasanya.. Sistem yang menggerakkan seluruh anggota tubuhku pun tidak berfungi sebagaimana mestinya.. Hanya jari-jariku yang mampu bermain dengan tombol handphone, meladeni sms yang bermacam-macam jenisnya. Tidak hanya itu, suhu tubuh pun meninggi dan membuatku menggigil tak karuan sejak tadi malam.. Satu lapis.. Dua lapis.. Yapp!!! Tiga lapis baju plus selimut yang ekstra tebal, tidak mampu menyelamatkanku dari kedinginan yang amat sangat..

Ini akibat waktu begadangku yang over load selama tiga hari berturut-turut, dan aktivitas yang tak henti-hentinya memaksaku meninggalkan rumah. Yahhh... Si bungsu itu disibukkan dengan kegiatan kampus serta tugas yang gak penting dan hanya memuaskan para senior yang merasa hebat hanya karena mereka masuk lebih awal dari Ecy dan teman se-angkatannya, di fakultas yang banyak dikagumi calon mahasiswa. Tanpa mereka sadari, tidak semua lulusan fakultas tersebut mampu mengaplikasikan ilmu mereka sesuai dengan deklarasi Hasanuddin serta sumpah Hippokrates yang mereka pegang.. Heiii! Look! I’m getting learn about them! And I found it! Hehehehe..

Meski saya sudah berniat tidak membantu Ecy, agar dia mampu mandiri, tapi selalu saja ada perasaan ‘tidak tega’ saat melihat dia berkutat dengan mesin tik, dengan durasi mengetik yang lebih lama ditambah waktu berpikirnya yang lamban mengingat dia berada di bawah tekanan senior, sehingga menekan kreativitas menulisnya yang biasa dia tuangkan di blognya. Adikku yang malang.... Kadang saya tersenyum kecil saat dia mulai mengumpat dan mengeluhkan seniornya yang sok tahu, sok hebat, sok cantik, dan berbagai sok-sok lainnya.. Daripada dia tidak istirahat, mendingan saya mengambil jatah mengetiknya, dan tidak main-main, sampai adzan subuh berkumandang, suara mesin tik pun tak kalah kerasnya, seolah-olah bersaing dengan adzan yang terngiang di telingaku.

Padahal kemarin sore kondisiku membaik setelah tidur setengah jam untuk memulihkannya. Saya malah menyempatkan diri menghadiri acara pernikahan sahabat, kaka, pokoknya semua dehh.. Akhirnya married juga kalian, alhamdulillah.. Acaranya sederhana tapi bagiku melelahkan dan menyenangkan. Seperti acara reuni dan tempat bagi kawanan wartawan untuk bersembunyi sejenak dari aktivitas yang tak henti mencuri waktu, karena peristiwa datangnya tak diduga, tak disangka, dan kita selalu ingin eksklusif, yappp.. Senang juga akhirnya bisa menyapa rekan yang datang jauh-jauh, thanks for the handshake and friendship, honey..

Setelah wedding, saya kembali disibukkan dengan tugas adikku, saya cukup optimis mampu menyelesaikannya malam itu. Sayang.. Optimis itu pelan-pelan menyurut saat dingin menyerang hingga ke tulang-tulangku.. Tubuhku hangat... Wajahku memucat (emang sudah pucat kalleeee..) Duhhh... Maafkan saya de’, saya gak sanggup meneyelesaikan tugasnya, rasanya hanya ingin membaringkan tubuhku... Saya menggapai tempat tidur dengan tenaga yang tersisa, dan malam itu saya sangat menikmati pembaringan itu, lebih dari malam-malam sebelumnya yang hanya kuanggap untuk membunuh waktu demi menyambut pagi.

Sepanjang hari ini... Sesekali kuintip wajahku di cermin wastafel saat saya buang air kecil atau membersihkan badan, hmmm... kelihatan kuyu, kantung mataku berwarna lebih gelap, pengen senyum aja susah... Yang kulakukan hanya menenggak air putih sebanyak-banyaknya setelah pagi tadi sempat makan dan minum obat... Kata kalian, air putih selalu lebih manjur kan... I hope so... Kegiatan mandi yang menjadi rutinitas tiap pagi pun tak kulakukan.. Eiitttt.. Tapi Ve tetap menjauhkan diri dari yang namanya bau badan.. Please believe me, I hate that.. Hehehe... Saya jadi mikir, betapa hebatnya teman-teman di kantor serta sejumlah orang yang mampu begadang ber-hari-hari, demi tanggung jawab atau bahkan hanya untuk bersenang-senang..

Tapi sudahlah... Mereka memang tangguh, bukankah seharusnya Ve juga begitu? Keadaan seperti ini hanya memaksaku untuk beristirahat sejenak.. Tiba-tiba saya merindukan sesuatu... Saya rindu hiruk-pikuk kantor yang kadang kuanggap terlalu bising, dan kini saya hanya ditemani hening kamarku. Saya rindu senja di teras kantor, dan kini saya hanya menatap pelafon kamarku dibalut cat putih. Saya rindu candaan teman-teman, dan kini saya hanya ditemani benda berteknologi tinggi yang akrab disapa handphone alias hp, namun tak mampu membuatku tertawa riang dan sedikitpun tidak meghiburku, justru membuatku resah dan bingung..

Malam ini di tengah kerinduanku pada semua yang kusayangi, saya mencoba mem-posting tulisanku, hanya untuk mengatakan
“Betapa yang namanya ‘sehat’ itu sangat berarti... Dan betapa ‘sakit’ itu membuat kita tidak mampu melakukan apapun selain bersembunyi dibalik kelemahan..”

10 November 2008
21:13 wita
...saat ini saya hanya berharap untuk sembuh, dan menjalani semuanya seperti biasa, agar tidak terusik oleh risauku...

the simple Obama

Hikssss… Batal live kabar siang lagi… Padahal udah rapi jali, cantik jelita, serta siap dengan naskah. Bisa dibayangin gak gimana kami harus melakukan rutinitas membersihkan wajah dan berganti pakaian.. Plus tadinya udah make up bak cover majalah “Girlfriend” yang biasanya diramein sama Hillary Duff, Ashlee Simpson, ataukah Mischa Barton.. It takes about 60 minutes.. Hehehe..

Hari ini diramaikan mengenai kabar pemilihan umum presiden Amerika Serikat. Betapa hampir seluruh dunia menyoroti pemilu kali ini, dimana akan menentukan pemimpin negara adikuasa yang ke-44 dengan jumlah warga berkisar 5 juta jiwa. Dua kandidat hebat yang 'bertarung' yaitu Barack Obama dari partai Demokrat dan John McCain yang diusung partai Republik, keduanya memiliki karisma di mata masyarakat Amerika Serikat.

Berdasarkan sumber dari CNN dan Yahoo, perolehan electoral votes yang sempat saya saksikan di stasiun tvOne, yaitu Obama unggul dengan 297 electoral votes, sementara McCain hanya memperoleh setengahnya, yaitu 145 electoral votes.. Namun kedua kandidat begitu 'ksatria' menerima hasil perolehan tersebut.

Lebih dari ribuan warga berkumpul di Grant Park Chicago, Illinois. Bahkan Oprah Winfrey presenter talkshow terkenal dan Bruce wayne, aktor hebat Hollywood, rela berdesak-desakan hanya untuk menyoraki Obama, serta ingin mendengarkan secara langsung pidato kemenangan Obama.

Sebenarnya sih siapapun pemenang pemilu Amerika Serikat tidak memberikan pengaruh secara langsung bagi saya yang mulai mendongkol, dengan wajah bengkok. Tapi.. Begitu melihat Barack Obama naik ke atas panggung untuk memberikan sambutan kemenangan bersama kedua puterinya dan istri tercinta, Michelle, saya jadi merinding...

Change, we can believe in, adalah motto dari Barack Obama, dimana dia berniat membuat sebuah perubahan bagi Amerika. Saat melihatnya tesenyum dan melambaikan tangan kepada ribuan lebih pendukungnya, dia seakan menjadi sosok yang luar biasa dengan senyum yang tidak arrogant meskipun dialah penghuni “Gedung Putih” selanjutnya.

Apabila sahabatku Dezrina yang pagi-pagi udah tersita waktunya oleh penampilan Ariel "Peterpan", saat ini saya malah berdecak kagum melihat sosok Obama di atas panggung yang gegap gempita itu.. Padahal kalo mau dipikir, saya tipikal perempuan yang jauh lebih mencintai dunia seni dan sangat membenci dunia politik, apalagi mereka yang bergelut di dalamnya.

Terkecuali Obama kayaknya.. Hehehe.. Ada beberapa hal yang membuat saya kagum padanya, apalagi saat menyaksikan dan mendengarkan pidatonya siang tadi. Dia adalah satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang berkebangsaan Afrika-Amerika alias ras kulit hitam (maaf), that's the fenomenal case. Dia adalah presiden Amerika Serikat paling muda yang terpilih di saat krisis ekonomi global sedang mewabah, and that's the huge challenge for him.

Pria kelahiran Hawai, 4 Agustus 1961 ini memang harus menerima kenyataan pahit dari perceraian kedua orang tuanya. Namun hal tersebut tidak lantas “menghantam jatuh” dirinya. Dia berjuang lewat caranya, cara yang sederhana, dan betapa saya penasaran, bagaimanakah pemerintahannya nanti yang dia awali dengan cara yang sederhana. Seperti pada kutipan pidato kemenangannya, "kemenangan ini kita dapatkan lewat cara yang sederhana" (translate).

Dari cara dia memeluk istri dan anak-anak nya, seolah-olah ingin menyampaikan kepada mereka, "anak-anak dan istriku, saat ini saya butuh dukungan kalian dengan cinta, demi perubahan bagi negara ini". Really incredible man! At least now.. Hummm.. Bukan karena dia presiden Amerika Serikat, bukan karena ribuan lebih warga AS mendukungnya, bukan karena senyuman mautnya, hehehe..

Tapi karena dia Barack Obama sosok sederhana nan cerdas..

5 November 2008
23:30 wita
...dan semoga dewan pemilih, memilih yang tepat..

ingatkan aku

“Saat ini dia sedang ranum-ranumnya, begitu banyak kumbang yang datang menyapanya, maka jangan harap kita yang hanya serpihan taman, mampu menarik hatinya”

Hufff... Kalimat sindiran itu ditujukan padaku beberapa waktu lalu.. Entah apa yang telah kuperbuat pada si ‘pencipta’ kalimat tersebut... Kesannya dia men-judge diriku sebagai seorang perempuan yang tengah menikmati banyak perhatian dari sejumlah pria yang menurutnya tertarik padaku..

Sama sekali aku tidak setuju!! Bukan ingin berdalih, tapi ini adalah kebenaran.. Bahwa saat ini diriku sedang berjalan ke depan bersama segenggam harapan. Bahwa tidak salah bila aku menyapa udara, hangatnya sinar matahari, derasnya hujan, kerasnya batu, dan dahsyatnya gelombang air laut...

Sama sekali tidak ada niat melewatkan unsur – unsur lain yang menjadi bagian dalam perjalananku. Maafkan apabila pandangan ini melewatkan dirimu selangkah demi selangkah. Maafkan apabila aku lupa bahwa dirimu adalah ‘A’, setelah aku mengenal ‘B’ dan akhirnya bertemu ‘C’.

Sejujurnya kau tidak tau apa, siapa, dan bagaimana kujalani ini semua. Bisakah kau ingatkan aku? Ingatkan bahwa kau ada di sisiku selagi aku berpaling. Ingatkan bahwa kau rapuh saat melihatku bersedih. Ingatkan bahwa lafadz doamu tak henti-hentinya menyertakan namaku.

Ingatkan aku wahai sahabatku... Bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan cinta sekalipun....

5 November 2008
00:59 wita