sanggupkah saya??

Tubuhku jadi merinding setelah mengakhiri pembicaraan dengannya… Itupun tidak dengan mengucapkan salam perpisahan, tapi karena baterei handphone-nya yang udah low banget… Ehmmm… Yahhh saya sudah mengutarakan maksudku dan apa yang sebaiknya dilakukan apabila kerisauan dan kegalauan sudah mulai merajai pikiranku..

Sungguh… Saya hanya ingin menciptakan zona nyaman di antara kami berdua… Saya maunya kami tetap berdamai, apapun dan bagaimanapun kondisinya… Saya tidak ingin kejadian dulu terulang lagi atau bahkan menorehkan sejarah baru yang jauh lebih miris bagi diriku..

Tiap kali mengulang kalimat-kalimat yang telah kusampaikan kepadanya, seperti merewind sebuah kaset demi mendapatkan lagu yang kusuka, perasaanku perih.. Ada rasa kecewa yang mengiris pelan organ-organ inti dalam tubuhku.. Di satu sisi, saya tidak ingin kehilangan, di sisi lain, masih adakah pilihan bagiku?

Apakah ini berarti?? Ahhh.. Entahlah… Saya masih tidak percaya dengan kata itu.. Dan.. maafkan saya.. Ini karena rasa itu semakin menguasai diriku, dan semakin aku mengecapnya, maka semua itu serasa oase di tengah gurun yang gersang… Namun saya hanya mencoba kembali menjaga diriku… Saya takut oase itu mengering, dan dahaga itu membunuhku...

Akan tetapi.. Sanggupkah aku tanpa semua itu???

29 Januari 2009
22:40 wita


how lucky am I? as lucky as I have them

Pagi ini saya bangun telat lagi.. Hummmm… Kebiasaan begadang ini sepertinya semakin sulit dihilangkan atau diminimalisir, yang ada malah jam begadangnya bertambah.. Setelah melakukan rutinitas mandi dan berpakaian, serta kebiasaanku mengutak-atik wajah dan rambut di depan cermin yang memakan waktu 15 – 20 menit, hehehe.. Saya pun menyambar handphone dan tasku, lalu menuju ke ruang tamu..

Sambil ngobrol dengan mama mengenai aksesoris lucu dan cantik, saya mencoba melihat hp (baca: handphone), kali-kali aja ada sms atau telepon yang terlewatkan sejak malam tadi hingga pagi yang nyaris memasuki siang ini.. hihihihi.. Dann.. Ahaaaa.. Bener kan! Pasti ada! Tidak tanggung-tanggung, enam sms!..

Lima sms dari sahabat-sahabatku yang akhir-akhir ini menyapaku dengan intens dan menanyakan kabarku, sementara satu sms datangnya dari nomor yang tidak terdaftar di phone book, bunyinya, “Hi sweet girl! How lucky to be you, and the most lucky man to have you!” Hehehe.. Hayooo.. Jangan sirik lho, Ve malah sama sekali gak GeEr.. Setelah membaca sms itu, saya lalu menutup flip hp-ku dan menyimpannya..

Saya pun berangkat menuju kantor.. Tiba-tiba saja dalam perjalanan, saya kembali teringat sms tadi.. Bukan bertanya-tanya siapa pengirimnya, karena jaman sekarang, sms dari pengirim gelap kayak gitu bukan hal yang aneh lagi. Saya hanya mikir, seberapa yakin dia bahwa saya ini adalah seseorang yang beruntung.. Parameter apa yang dia gunakan sampai dia mengatakan bahwa yang memiliki diriku akan sangat beruntung..?? Yakinlah..!! Pacarku akan tertawa terbahak-bahak membaca bunyi sms itu…!

Tiba-tiba saya teringat dengan seorang sahabat di jaman SMA dulu yang kuanggap sangat beruntung dalam hidupnya.. Namanya Yunita (nama samaran), satu dari sekian siswa yang cukup famous di sekolah. Mengapa dia beruntung?? Baiklah akan kuceritakan sedikit mengenai dia, dan setelah kalian membacanya, terserah kalian ingn menilai sejauh mana keberuntungan itu sebenarnya..

Saya mengenal dia sejak duduk di bangku SMP, namun akrab ketika duduk di bangku SMA. Saat itu dia memang sudah menarik perhatian banyak kaum adam di sekolah maupun di sejumlah sekolah lain yang kadang bertandang ke sekolah dalam rangka pertandingan persahabatan ataupun sekedar menyambangi kegiatan fancy fair di sekolahku yang selalu menarik perhatian teman-teman di sejumlah sekolah Katolik swasta lain..

Bagaimana tidak.. Parasnya sangat ayu dan cantik, dia keturunan Tiong Hoa *ya iyyalah secara sekolahku itu sudah seperti kawasan Pecinan tempat berkumpulnya warga bermata sipit, kulit putih mulus, dan cara ngomong seperti hidung tersumbat (hehehe maaphh)* Tapi Yunita memiliki wajah yang khas, matanya tidak sipit, justru bulat nyaris sempurna, dia sepertinya lahir dari hasil peleburan darah Jepang dan Eropa.. kalian bisa bayangkan cantiknya dia.. Kulitnya putih mulus.. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi sangat proporsional, jauhlah dari yang namanya berat badan lebih..

Dia masuk dalam komunitas kelas dimana berkumpullah orang-orang yang tiap hari memaksa otak bekerja lebih giat untuk memahami sejumlah rumus matematika, persamaan reaksi kimia, hapalan biologi yang setumpuk tebalnya, dan lain-lain, "kelas pintar".. Tapi penampilannya tidak kolot dan kutu buku wannabe seperti sejumlah siswi yang saya liat.. Apabila mereka sibuk dengan kacamata yang kacanya setebal pantat botol, rambut yang hanya dikuncir sederhana, dan baju sekolah yang rapi abis plus rok yang panjangnya 7 cm di bawah lutut *aturan sekolah yang paling sering kami kaum perempuan langgar, maklum kepala sekolah kami seorang suster dengan busana yang tertutup*

Yunita justru berbeda.. Tampilannya sangat modis.. Dia menggunakan soft-lense berwarna honey brown, rambut panjang dengan model dikeriting dan berwarna coklat gelap mengingat bahwa kami sangat dilarang mewarnai rambut di sekolah, seragam sekolah yang telah dimodifikasi menjadi lebih ngepas di badan dan rok yang panjangnya selutut, itupun dia sering bersembunyi dan berusaha menarik roknya ke bawah apabila ada razia rok, dan fortunately dia selalu lolos karena bersembunyi di ruang OSIS.

Meskipun tampilannnya yang modis abis membuat dia terkesan menjadi anak pembangkang, tapi dia sangat jauh dari sifat jelek yang dimiliki kaum perempuan modis lainnya di sekolah. Yunita anak yang sangat ramah, baik hati, senang membantu sesama, tidak segan-segan membersihkan ruangan kelas saat giliran piketnya. Dia anak yang sangat menyenangkan dan sangat komunikatif, itulah sebabnya dia selalu diterima baik di komunitas manapun, bahkan para guru pun senang dengannya.

Kami bersahabat.. Sering tertawa dan berbagi cerita bersama.. Tiap malam, saya dan dia mengahbiskan waktu ngobrol berjam-jam lewat telepon.. Bercerita mengenai aktivitas kami, kedekatan kami dengan sejumlah teman laki-laki, dan lain-lain.. Lalu.. tiba-tiba saja, dia bercerita dirinya yang jauh dari segala keberuntungan yang kulihat pada dirinya..Satu per satu dia ceritakan tanpa ragu..

Mengenai pacarnya.. Yap.. Dengan tampilannya yang nyaris sempurna , maka dia layak mendapatkan mantan senior kami di sekolah yang masuk dalam daftar cowok keren dan full of talented.. Bisa dikatakan idaman kaum perempuan… Postur tubuh tinggi, kulit putih, dan si cowok keturunan Cina – Manado… Namanya Rico (nama samaran).. Sambil melajutkan kuliah di Jakarta, Rico juga menjalankan usahanya sebuah showroom jual-beli mobil. So.. kurang apa lagi pasangan ini????

Dengan suara kian pelan, Yunita berbisik.. “Dia tidak membuatku nyaman, Ve.. Dia banyak nuntut perubahan Ve, seolah-olah dia tidak bisa terima apa yang ada pada diriku sekarang…” Saya menanggapi, “Kenapa mengatakan seperti itu Yun? Bukankah dirimu itu sudah lebih dari cukup.. Harusnya dia merasa beruntung memilikimu, mengingat begitu banyak teman laki-laki di sekolah yang menginginkan dirimu?”

Lalu dia terisak… Tangisannya semakin jelas.. “Justru itu Ve.. Apa kurangnya saya? Mengapa tiap hari selalu ada yang salah denganku? Dia sering memuji perempuan lain tanpa memikirkan perasaanku, Ve… Kadang saat kami punya waktu buat bertemu saat dia liburan, kami hanya menghabiskan dengan bertengkar, bahkan dia kadang memukulku!!! Ah.. Dasar saya bodoh… Mengapa saya harus bertahan dengan kondisi ini?” Tangisnya pun meledak.. Saat itu saya merasa tidak siap, dia yang awalnya ceria, dan memang dia sangat ceria di sekolah, tiba-tiba saja bercerita kisah telenovela-nya.. Penuh derai airmata..

Whattt!!!!! Lalu kenapa bertahan? Kenapa bertahan dengan kondisimu, sementara sama sekali membuat kau tidak nyaman?” tanyaku yang sudah mulai bingung dengan hubungan dua manusia yang nyaris sempurna ini.. “Entahlah.. Saya seperti terjebak dengan perasaanku sendiri…” dia melanjutkan tangis yang sepertinya sudah lama ingin dia tumpahkan pada seseorang, dan yahhh sayalah yang dia pilih… Pembicaraan pun berlangsung hingga memasuki waktu dini hari, dan kami tidak mendapatkan solusi yang tepat baginya, yang jelas saya berusaha menghiburnya dengan cerita-cerita lucu dan keanehan sejumlah teman disekolah..

Terakhir kabar yang kudengar dari dia sendiri, sekitar dua bulan yang lalu, dia saat ini memiliki hubungan spesial dengan seorang pria, dan sepertinya dia sangat bahagia dengan hubungannya itu. Hummm.. Glad for you, sist!.. Saya hanya selalu meyakinkan dia, bahwa bagaimanapun dirinya, saya turut senang untuk kebahagiaannya, dan saya tetap ada saat dia membutuhkan teman untuk berbagi bahkan untuk melepaskan tangisnya.. Hahahaha.. Pembicaraan terakhir kami sangat menyenangkan..

Lalu…. Saya pun teringat dengan diriku… Saya teringat dengan mereka yang selalu memperhatikanku, menyayangiku, mendekapku… Saat diriku sedih dan merasa rapuh sekalipun, mereka tidak pernah jenuh untukku… Mereka tidak pernah mengatakan diriku gadis yang cengeng saat saya menangis berhari-hari, mereka tidak pernah bilang saya manja ketika saya ingin ditemani dalam kamar meski hanya duduk dan bercerita, mereka tidak pernah bilang saya gadis yang malas dan payah ketika saya memilih untuk malas bangun di pagi hari karena kerjaanku seharian kemarin di kantor…

Mereka sangat tau bahwa saya manusia biasa yang selalu ingin mengisi hidup orang lain dengan upayaku dan tetap menjadi diriku sendiri… Mereka mengerti bahwa saya juga ingin diperhatikan, dan melakukannya lebih awal sebelum kuminta.. Mereka bahkan memperlakukanku dengan istimewa karena mereka tau sifat pesimisku yang kupelihara bertahun-tahun lamanya, dan mereka tidak ingin itu terus berkembang biak dalam pikiranku.

Mereka tau bahwa begitu banyak yang memberikan perhatian ekstra kepadaku, tapi bukan itu yang saya cari.. Bukan perhatian palsu yang hanya berumur jagung, lalu menghilang ditelan bumi begitu mengalami penolakan.. Mereka tau bahwa saya tidak suka hal yang hanya bersifat sementara dan tidak tulus.. Ahhhh… Mereka tahu tentang diriku dan selalu ada atau memaksa tetap ada di saat saya membutuhkan mereka..

Yahhh mereka tau bahwa saya beruntung memiliki mereka…


23 Januari 2009
15:00 wita


naek angkot lagiii...

Yuukkk… cerita lagi yuuukk… Hehehehe.. Hatsyiii!!.. Hatsyiii!! (ingus nyaris meler).. Hikkssss… Maaph nieehh rada flu, pasti gara-gara main hujan tadi sore… *ya ampuunn Ve.. umur berapa mako itu*.. Sebenarnya sih gak niat main hujan, ini akibat saya mutusin buat naik angkot… Tau kan.. dibanding naik mobil pribadi, naik angkot pasti lebih ribet, tapi ada sensasi berbeda bowww…Hummm… Terakhir Ve naik angkot itu.. ummm… err… sekitar 8 atau 9 bulan yang lau, nah lohhh.. udah nyaris setaon kan…

Jadi gini… Tadi siang setelah siaran dan shalat, gerombolan cacing di perutku beraksi, mereka berorasi menuntut perutku untuk segera diisi makanan.. Secara yah.. cuaca dingin karena Makassar diguyur hujan deras hari ini, jadinya malah tambahhh lapeeerrrrr… Pulang ke rumah kayaknya tindakan paling aman buat maksiat… hayooouu jangan ngeres lho! Maksiat alias makan siang dan istirahat.. gituuwww…

Anchu teman kantorku yang baikkk.. Eh nggak!.. Semuanya baik dahh sama Ve.. Mereka itu laki-laki bertampang seram tapi berhati lembut… Ceilleeeehhh.. Wehh anak-anak biro! Bayarka cepat! Saya sudah promosiko gang!! Okeh balik ke ceritanya.. Ancu yang hanya berkostum baju kaos hitam tipiiissss dan celana puntung yang senada warnanya, dengan percaya dirinya mengantarku pulang padahal hujan sudah mulai rintik, dan dikit lagi hujan deras….

Tiba di rumah.. Saya pun segera menerobos masuk, soalnya hujan udah mulai “rame”, belum lagi laperr banget nihh, gak tau dehh cacing-cacing di dalam udah melakukan aksi lanjutan apa, bakar ban kali.. Simpan tas, cuci tangan, ambil piring, sendok, garpu, anddd…. It’s time to have lunch! Begitu tudung saji kubuka, hummm… dan saya gak pernah meragukan kemampuan mamaku dalam memasak..

Alhamdulillah.. Kenyaaanggg.. Pengen balik kek kantor.. Naik apa yah ke kantor? Gak enak kalo nelpon Ancu buat jemput, karena pasti dia udah kehujanan, bisa dibayangkan bagaimana dongkolnya dia saat baru setengah jam merebahkan diri di karpet, lalu tiba-tiba deringan telepon keramatku kembali menyibukkan dia untuk berpacu melawan rasa letih.. Palagi anak-anak yang lain juga pasti sedang sibuk dengan naskah liputan serta pengiriman gambar, sebelum dapat teriakan keraassss! dari ka Abo.. Keep spirit guys! Peace ka Abo.. Hehehe..

Ahaaaa… Gimana kalo naik angkot!.. Wahhh sudah lama banget.. Kayaknya perlu nih sekali-sekali “menikmati” kendaraan umum itu… Mobil juga pada keluar semua.. Yapp.. Lagian hujan juga hanya rintik doang.. Tiba-tiba penasaran dengan angkot.. Maka segera kusambar MP4-ku, handphone, tas, dannn.. waktunya balik ke kantor naik angkott!!!.. Mama sampai kaget waktu dengar keputusanku naik angkot, tapi gitulah mama.. selalu berusaha santai dan menyuruhku berhati-hati..

Sebelum naik angkot, saya harus berjalan sekitar 200 meter.. Uuffff… Hujan kayaknya lagi asyik-asyiknya mengguyur Makassar.. Awalnya sih rintik-rintik kecil (itu istilahku), tapi sembari berjalan kaki, rintikan itu semakin banyak, hehehe.. kena dehhh.. Ahh gak masalah, ini gak parah koq, dibanding dulu liputan sama Itol di kantor Pertamina, basah kuyuuuppp, jas hujannya gak ngaruh sama sekali…

Jelang 5 menit… Nah ada juga angkot yang mendekat… dann… ciiitttt *suara angkot*… berhenti juga.. Ketika menengok ke dalam, terdapat sekitar 7 penumpang… Hummm.. sudah lumayan penuh, tapi gak masalah, masih ada tempat koq.. Himpit-himpitan kan udah resiko kalo naik angkot.. Dannnn.. Tadddaaaaa!!! Here I am! Di atas angkot, saya mutusin duduk di bagian paling belakang di samping wanita berjubah muslim warna merah maroon dengan jilbab ukuran besar

Agak pengab dan lembab suasana di dalam angkot, tentu kita udah tau bersama bahwa ada sejuta aroma, ekspresi, dan karakter yang akan kita temui di atas angkot… Hahhh.. Jadi teringat pertama kali naik angkot, yapp waktu duduk di bangku SMP.. Ini karena temanku yang biasa ngajak jalan sementara gak ada akomodasi berupa kendaraan pribadi, alhasil naik angkot dehh, 3M, murah-meriah-mengancam.. Hehehehe..

Balik ke ceritaku di atas angkot hari ini.. Tiba-tiba hujan jadi deras… Huaaa, gawat… mana gak bawa payung pula *dan memang malesss bangett*.. Tapi tenang Ve.. paling cuma lewat.. *berusaha menenangkan diri*.. Jumlah penumpang pun kian bertambah.. 9 orang… 11 orang.. dan whattt!! Masih pengen nambah dua orang?? Gila!! Mana bisa, udah sempit gini juga… Yahhh resiko naik angkot.. Dan 13 orang.. hupp.. muatt abis dah, cempiiittt.. Untungnya lagu Craig David – world full with you melantun dengan damai di telingaku.. kalo nggak… gak tau deh mulutku manyun kayak apa..

Fiuhhh ternyata hujan mulai bersahabat, derasnya berkurang dan akhirnya kembali rintik kecil.. Kupandangi sejumlah wajah di atas angkot, ada yang sibuk liat jam tangannya, ada janji kali yah, sabar neng pak supirnya lagi ngebut koq sampe-sampe nyawa kita terancam.. Jadi ingat temanku Nuni.. Dia gak bisa berada di atas angkot yang kecepatannya udah melebihi standar… Standar apa nih? Standar papanya Nuni saat mengendarai mobil, ehhmm.. 20 km/jam.. Duhh Nunieee.. kapan tibanya..

Ada juga yang sibuk bercanda dengan temannya, mereka sepertinya membahas hasil kopi darat mereka dengan seorang yang dulunya menjadi pria misterius lewat sms dan ternyata eh.. ternyata.. adalah penjual mie pangsit di kampus mereka.. Hehehe.. *gak nguping lho, tapi volume suara mereka ke-gede-an* Oh yahh ada juga se-sosok cowok yang dari awal saya naik angkot, sudah pasang posisi termenung bak seorang penulis ataupun pelukis yang sedang mencari ilham *sekali lagi bukan Ilham Husen*, atau bisa juga dia sedang memiliki banyak masalah dan hanya mampu pasang "gaya" kayak gitu..

Hehehe.. Begitu banyak rupa ajaib serta ekspresi yang normal, lucu, unik yang bisa kutemui di angkot sore ini.. Tiba-tiba saja senyumku tersungging.. Di angkot emang kayak gitu, banyak cerita meskipun resikonya besar juga… Akhirnya saya sampai juga di kantor dengan selamat setelah turun di lampu merah dan melanjutkan perjalanan menuju kantor dengan menggunakan becak.. Hummm.. Sepertinya saya akan memulai lagi perjalanan hidupku dengan menggunakan angkot.. Maybe taste for different side from my journey again….

7 Januari 2008
19:00 wita

perlindungan Truman? my lake house? I need that now!

Hahhhhhhhhhh... Bingung! Tiba-tiba jadi pengen memiliki sebuah dunia fantasi sendiri.. Saya teringat dengan mata kuliahku dulu, "Berpikir Kreatif".. Kenapa? Kalian gak percaya di fakultas yang identik banget dengan tanaman, mempelajari hal seperti itu? Well.. So do I.. Dalam mata kuliah tersebut, kami membahas beberapa hal yang berhubungan dengan sejumlah cara mengaktifkan kemampuan berpikir kreatif.. Salah satunya adalah “lubang perlindungan Truman”

Yappp… Ide tersebut dicetuskan oleh Harry Truman, presiden Amerika Serikat ke-33.. Truman sepertinya tiba-tiba mendapat ilham *bukan Ilham Husen lhooouuwww* menciptakan ide tersebut, ketika dia berada di bawah tekanan karena menjadi presiden. Secara yahhh.. berada dalam posisi sebagai pemimpin, really not easy case, palagi pemimpin sebuah negara, liat aja presiden SBY yang dulunya kelihatan fresh, sekarang kantung matanya, duhhhh… harus rajin-rajin masker pake mentimun tuhh.. Hehehehe..

Meskipun masalah yang menumpuk, namun tidak mengurangi rasa optimis dan tingkat vitalitasnya. Semua itu karena dia memiliki “lubang perlindungan” dalam pikirannya, dengan menggunakan filosofi prajurit perang yang membutuhkan tempat bersembunyi ketika diserang musuh, begitulah dia memaknai “lubang perlindungan” tersebut. Dia seolah-olah menarik dirinya dalam “lubang” itu untuk melindungi mentalnya, dimana dia berada di suatu tempat dan tidak ada yang dapat mengganggunya.

Oh yahhhh… Kita juga bisa menciptakan “lubang perlindungan” bagi diri kita sendiri. Kita tidak membutuhkan batu bata, semen, air, atau apapun yang digunakan untuk membangun sebuah tempat berlindung.. Caranya, hanya dengan menutup mata dan membuat diri se-rileks mungkin. Bayangkan diri kita berada dalam dunia ideal, tempat apapun yang menarik. Entah itu sebuah hutan, laut, pegunungan, padang rumput, atau bahkan dunia hasil kreativitas sendiri.

Dan saat ini... Saya menjadikan rumah danau-ku ini sebagai lubang ataupun tempat perlindunganku.. Tampilan luarnya bisa kalian lihat pada gambar pembuka rumah danau ini.. What a beautiful view.. Ruangan di dalamnya bertekstur kayu, dengan suasana ruang tamu yang sangat nyaman. Diterangi lampu ruang tamu dengan cahaya yang temaram memberi efek sedikit dramatis dan warm. Sofa krem yang terbuat dari beludru dengan sejumlah bantal empuk, buat selonjoran, sebuah tungku penghangat tubuh di kala dingin menyusup hingga ke tulang.

Saya ingin menikmati empuknya sofa, ditemani lantunan lagu beautiful girl-nya Jose Mari Chan atau Canon instrument, lalu menikmati sajian hot chocolate plus cheese dounat.. Hummm.. Love it! Ohhh iya.. satu lagi.. wangi aromatherapy.. Lalu hanya dengan melayangkan pandangan ke setiap ruang di rumah danau itu, maka kutemukan keindahan yang artistik dari setiap ukiran furniture maupun penataan sejumlah perlengkapan rumah yang terletak di setiap sudut dan sisi ruangan.

Kenapa Ve?? Lagi suntuk? Sedang hopeless? Nobody be there for you? Need a hug? Or just wanna spend your time with someone.. Hahhhh lebih dari itu! Lebih dari itu semua! Sekarang… tempat itu menjadi tempat istimewa yang dapat saya kunjungi saat membutuhkan kedamaian dan ketenangan.. Ain’t be with myself.. But with you.. Please.. Just stay beside me..


6 Januari 2009

8:30 wita