agnes dulu dan sekarang, memang beda..

Sudah empat kali saya bertemu muka serta bertegur sapa dengannya.. Namanya Agnes, seorang customer service di salah satu bank swasta.. Jujur saja.. Saya sangat senang dengannya, dan itu sejak awal saya melihatnya.. *hehehehe… najis banged yah... Ve udah kayak l*sbi.. Sumpahh!! Ve masih normal, mengagumi sesama jenis, belum tentu memiliki perasaan seperti dengan lawan jenis, kan*

Okehhh… Lanjut.. Dia sepertinya seumuran denganku, hanya wajahnya oriental abis, saya pun jamin darah Tiong Hoa mengalir kental dalam dirinya.. Kulitnya putih, rambut ombak-nya pendek sebahu berwarna hitam pekat, dan matanya sipitttt banged, dihiasi contact lense warna biru tua.... Asal dia senyum aja, maka kelihatan dua matanya itu hanya se-garis.. Namun itu yang lucu dan menarik dari dia….

Sesekali saya menatapnya saat dia melayani customer lain, sembari saya menunggu di tempat antri bersama sejumlah antrian lain yang sudah mulai bete, dan terus saja melihat nomor antrian mereka, dengan harapan nomor itu berubah menjadi nomor paling pertama setelah customer yang sedang dilayani.. Agnes memiliki senyum yang manis.. Bekerja dengan cepat dan lincah, serta sangat ramah.. *jelas aja.. dia kan emang harus terus tersenyum selama melayani customer-nya.. Udah SOP*

Terdapat dua meja customer service di bank tersebut, satu meja Agnes, dan yang satu meja Lidya, begitu nama yang tertera di papan nama berwarna biru yang terletak di meja masing-masing.. Tiba giliran saya, dan saya sepertinya ditakdirkan selalu bertemu Agnes, mengingat saya mengalaminya empat kali selama empat kali pula saya ke bank tersebut.. Awalnya dia seperti robot atau mesin penjawab yang begitu lancar mengucapkan salam serta sejumlah sapaan lainnya kepada customer pada umumnya..

Pembicaraan dimulai dengan tujuan saya mendepositokan sejumlah uang di bank tersebut, kemudian berlanjut pada lowongan kerja yang sedang marak di koran dan media cetak lainnya. Akhirnya pembicaraan itu mulai mencair, dan mengalir apa adanya.. Ternyata Agnes adalah gadis yang sangat cerewet.. Sumpahhh… Tapi saya senang berkenalan dengannya.. Ke-kaku-anku pun mulai melunak..

Untuk pertemuan kedua, ketiga, dan keempat.. Dia tetap mengucapkan salam formal saat saya duduk di depannya namun sambil cengengesan, dan begitupun diriku.. Kami seolah-olah bersandiwara.. Hihihihi.. Tapi setelah itu.. pembicaraan lebih banyak didominasi dengan keluh kesah dan konsultasi mengenai hal yang jauh berbeda dengan atmosfer tempat kami berada saat itu..

Kami membahas mengenai nyaman tidaknya pekerjaan yang kami jalani, keluh kesah mengenai teman-teman di kantornya yang kadang egois dan masih mementingkan ke-senioritas-an *duhhh udah gak nge-trend kaliii.. kapan bisa berkembang kalo selalu merasa ada senior, dan junior harus selalu di bawah senior*. Saya pun sempat membahas mengenai niatku menggunakan contact lense seperti dia, sampai pada dia lebih senang bekerja di Makassar dibanding di luar kota, karena ingin menemani mamanya…

Pada hari keepat kami bertemu.. Saya lalu menyadari bahwa sepertinya saya pernah bertemu dia sebelumnya di waktu dan kesempatan yang berbeda.. De javu?? Awalnya sih pikirku begitu juga… Namun setelah urusanku kelar dan kembali ke kantor, saya pun duduk di depan meja make up-ku untuk melakukan rutinitas persiapan siaran, like I used to do.. Dannnn.. Ahhaaaaa!!!!!! Saya tau sekarang.. Ternyata dia adalah temanku saat duduk di bangku taman kanak-kanak dulu..

Mungkin kalian lalu mengangguk dan mengatakan dalam hati bahwa pantas saja kami cepat akrab layaknya seorang sahabat.. Tapi tunggu dulu!!! Agnes yang sekarang.. Jauh berbeda karakternya dengan yang kutemui 19 tahun silam di taman kanak-kanak.. Astaga.. Saya hanya mampu tergelak dan bersandar di depan cermin yang menampakkan diriku yang penuh gulungan rambut di kepala, serta wajahku yang penuh dempul bedak namun belum usai kuhiasi dengan warna eyeshadow, blush on, lipstick, dan sejumlah item lainnya…

Saya kemudian flashback ke beberapa tahun silam, mencoba mengingat ulahnya yang sering membuatku terganggu dan menyulut emosiku.. Dia dari dulu memang sangat cerewet.. Juteeeeekkkk bangeddd… Diktator, selalu merasa benar dan berkuasa atas apapun di lingkungan kelas bahkan sekolah.. Terkadang saat sedang baris masuk ke kelas, dia sengaja mendorongku ataupun beberapa teman lain, hanya karena ingin mengambil posisi kami dalam barisan…

Dia selalu merasa cantik, meskipun sumpahhhh..!! gak ada cantik-cantiknya sama sekali dengan potongan rambut mirip tokoh kartun yang lagi ‘in’ sekarang, ‘DORA’.. Terkadang saat dia melihat setelan tempat kue dan botol air minumku yang lucu lengkap dengan warna pink yang imut, dia suka nyeletuk, “Aku punya yang lebih bagus dari itu, yang itu murahan!” Ihhhhh.. Rasanya pengen kutimpuk dengan sepatuku.. Mana mukanya jutek banget lagi.. *Maaf, Nes.. Loe dulu nyebelin bangedddd* Tapi selalu kubawa sante saja, karena kalo mengikuti emosi ini, bisa-bisa tuh anak sudah kujadikan 'dendeng' *duhh sadisnya*..

Bahkan dia punya kebiasaan yang kalo dia lakukan di sekitar kompleks rumah-nya ka Abo yang penuh dengan preman, mungkin dia udah diburu parang, bahkan dijadiin gantungan kunci.. Hahahaha… Dia suka mencubit! Mencubit dengan sangat kuat kepada beberapa orang yang dia anggap pasrah dan terima dengan kelakuan anehnya itu.. Salah satu korbannya adalah sahabatku dulu bernama Debi.. Debi sering menangis karena perbuatan teganya itu..

Hingga suatu waktu saat dia melakukan itu ke Debi, saya mendatangi mereka lalu menepis tangannya.. *hihihi Ve udah kayak anggota Power Puff Girls* Dia melihatku dengan tatapan tajamnya, tapi menurutku sangat jelek karena matanya yang sipit itu. “Ngapain kamu?? Sirik aja.. Mau saya cubit juga?* Gileee.. Dia ngomong sudah kayak penguasa sekolah aja, yang ancamannya hanya mencubit..

Sayapun menarik tangan Debi dan berlalu meninggalkannya.. Sejak saat itu, dia pun sering menatapku dengan rasa benci yang akhirnya membuat dia tambah ceking *hehehehe.. itu analisaku lho.. ngapain juga sirik dipelihara, bisa jadi penyakit* Berhubung peraturan di sekolah taman kanak-kanak-ku dulu sangat ketat dengan pengawasan suster serta guru yang disiplin abis, maka saya sama sekali tidak tertarik membuat gara-gara..

Saya tergolong anak yang pendiam *oh yaaaaaa Ve??* dan hanya ingin berteman dan belajar banyak hal.. Tidak tertarik untuk berantem ataupun menjadi preman sekolah seperti si Agnes itu.. Maka sayapun lebih baik menjaga jarak dengannya.. Radius 2 meter saja, hawa usil bin jahilnya udah kerasa, maka lebih baik mencari tempat yang aman sambil menikmati bekal siangku bersama temanku yang memang jumlahnya tak banyak, dibanding pasukan Agnes yang jumlahnya udah kayak jumlah anggota Gang Yakuza dari Jepang itu..

****
Saya kemudian tersadar dari lamunanku… dan tertawa sendiri.. Hahhh.. Agnes.. Agnes… Betapa kau berubah sekarang.. Kau sangat ramah.. Kelihatan lebih manis, namun tetap aja cerewet… Hihihi.. Mudah-mudahan kita bisa tetap seperti tiap kali saling menyapa di tempat kau bekerja.. Dunia memang tidak selebar celana kolor yak.. ehhh.. selebar daun kelor, maksudku.. Hayooo.. Siapa yang ngerresss…??

Hummmm.. Lalu saya berpikir.. Sungguh kurun waktu yang panjang penuh dengan pelajaran bagi hidup kita.. Menjadi tempat kita me-nyekolah-kan diri kita.. Entah menjadi lebih baik ataukah kita terlalu banyak bermain dan bersikap apatis terhadap tiap ilmu sederhana yang kita dapatkan, sehingga justru semakin jauh dari kebahagiaan dan kebaikan…

Apapun itu.. Saya bersyukur kembali melihat Agnes dengan karakter yang beda dan lebih baik dari yang dulu.. Saya berpikir menjadikan dia sahabatku.. Hummm.. Dan setelah itu, akan kuingatkan dia masa 19 tahun silam dimana saya hanya gadis kecil yang pendiam dan pemalu, sementara dia… gadis kecil yang sangat berani dan penindas sejati.. Wakakakakak…

17 April 2009
22:30 wita

what a fashion (1)

Oke.. Okee.. Maybe.. I am not a fashionable girl.. Buttt… I really love Fashion World.. As you know… dunia fashion itu sangat dekat dengan kita.. Khususnya buat cewek-cewek yang concern banget dengan mix-match dress up.. Like me of course.. Hummm.. Sebenarnya.. Tidak semua perempuan yang 'cinta' fashion dan berusaha tampil fashionable adalah mereka yang ingin mencari perhatian kalangan kaum Adam.. And souuuwww duuu ai ABSOLUTELY NOT!!

Ini hanya bagaimana saya merasa nyaman dengan tampilan saya, dan membentuk image saya sendiri.. Meskipun setelah berpakaian sesuai gayaku lantas banyak negative comment.. So what???? Yang jelas.. Saya masih berada di koridor yang benar dan masih ‘tau diri’ dengan kultur di negaraku dan lebih tepatnya di kota tercintaku yang kental banged dengan budaya “sirik” alias budaya malu..

Namun mengapa saya begitu tertarik dengan dunia fashion serta sejumlah artis dan model yang menurutku fashionable??? Karena bagi saya fashion itu bagian dari seni, penuh warna, design indah bagi si pemakai, seksi.. *ingat!!!! banyak persepsi mengenai seksi dan tidak selalu fokus pada bagian tubuh tertentu melainkan lebih kepada tampilan keseluruhan* Selain itu.. Fashion selalu unik dan sangat dekat dengan kaum prempuan, seperti saya ini, neng, akang, jeung, mas… Hehehehe..

Hummm.. Sebelum saya berbicara mengenai item-item yang kental banged dengan fashion.. Ada baiknya kita mengetahui secuil sejarah fashion itu sendiri.. Okehhh… Deal guysss??

Fashion
dimulai dari tahun 1920… Udah lama banget, yak.. Pada dekade inilah awal dunia fashion. Tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum cewek mencapai kebebasan dan kemerdekaannya. Yippiieeeyyy… Hidup cewek..!! Asal kalian tau, yahh.. Pada dekade sebelumnya, yang 'in' itu model baju ala Cinderella dengan rok super megar, serta pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum cewek *benerrrrr banged.. palagi kalau pinggangnya se-gede Ve… Gubrraakkk.. Bisa mati lemas..*

Oleh sebab itu kawan-kawan.. *cieee.. sok pidato gitu* sejak tahun 20-an, model baju tersebut ditinggalkan. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan yang berbeda. Inovasi terbaru muncul dari designer dunia, seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang cewek, dan dari sinilah dunia fashion mulai berkibar.

Nahhh… Memasuki tahun 1930, perkembangan fashion agak lambat.. Hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946). Fashion akhirnya mulai exist lagi, dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, akhirnya kita bisa lihat bahwa sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi 'cantik' *setuju kannn*..

Fashion bahkan memberi pengaruh hebat bagi dunia di luar fashion.. Terutama dunia film di awal tahun 50-an hingga 60-an. Beberapa movie star menjadi panutan di dunia fashion bahkan menjadi icon, Contoh aja nih, Marlene Dietrich dengan baju androginy-nya. Di era ini juga, designer dunia banyak melakukan inovasi. Dari London ada Mary Quant dengan rok mininya dan Barbara Hulanicki dengan gaya street wear remaja London.

Dari Amerika ada James Galanos dengan baju fitted dan Rudi Gernreich dengan baju-baju unisex. Kalau di Paris *Goshh.. my really wanna visit city* dikenal Yves Saint Laurent dengan gaya tailoring buat cewek, lalu Pierre Cardin dengan baju space-nya dan Emmanuel Ungaro dengan fashion couture-nya. Berkembangnya zaman emang bikin dunia fashion juga terus berkembang. Dan, tidak menutup kemungkinan fashion dulu bisa kita rasakan kembali...

Nahhhh… Udah kannn.. Masih banyak yang ingin Ve bahas mengenai mix –match dress up which is deserve for me, for you, and for her... So.. Juz wait and see, galz…

16 April 2009
14:00 wita

53 menit 49 detik

Betapa hari ini begitu kunikmati.. Bagaimana tidak… Sahabatku Rolita berkunjung ke Makassar setelah entah sudah berapa bulan dia meninggalkan kota kenangan ini, untuk bekerja di Tangerang.. dan pastinya dia sudah cukup lama tidak bersua denganku.. Sejak hari Rabu kemarin, Rolita sudah tiba di Makassar bersama orang tuanya.. Dasar nihhh anak.. sampe sekarang gak bisa juga kalo gak ada orang tuanya.. *Emang kamu nggak Ve??? Hehehehe*

Maka setelah jungkir balik liputan dan live di lapangan selama dua hari PEMILU, saya pun minta kebijakan untuk mengambil liburku di hari Sabtu dan Minggu, tidak seperti biasanya di hari Minggu dan Senin… Ini pun demi menyempatkan berkumpul dengan sahabatku di hari ini, karena esok siang, Lita *nama panggilan Rolita* akan kembali ke Tangerang lagi…

Hari ini kuhabiskan untuk bersenang-senang dengan Ayu, Rolita, dan Nuni.. Sayangnya Gita dan Immi tidak bisa ikut gabung untuk meramaikan kegilaan hari ini.. Wakakakak.. Secara yahhh Gita sudah di Gorontalo.. dan Immi sedang honeymoon di Bali.. Ouuuhhh Co cwiiittt… Sapa juga yang mau menukarkan waktu bulan madunya hanya untuk ngumpul sama cewek-cewek ceriwis seperti kami.. Hihihi..

Yappp.. Meskipun sempat tertawa riang bersama mereka, foto-foto narsis, plusss.. karaoke-an gak jelas dengan tiga orang sahabatku itu.. Selaluuuuu saja ada yang mengganjal di pikiran.. Hufff… Ini sudah menumpang di pikiranku sejak dua hari kemarin.. Dan penyebabnya hanya satuuuu.. Ihhhhh… Menyebalkan!!

Kenapa sih Ve gak bisa independent??? Kenapa harus selalu mengurusi mereka yang tidak pernah mau diurusi?? Mengapa begitu khawatir tanpanya?? Mengapa tidak berusaha tertawa lepas seperti yang mungkin saja dia lakukan jauh di sana..?? Mengapa tidak menikmati hidupmu dan lebih optimis bahwa masa depanmu akan indah pada saatnya…??

Mana Ve tau.. Seandainya Ve tau.. Gak mungkin Ve kadang uring-uringan.. Gak mungkin Ve terlihat murung.. Pasti kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun Ve akan tertawa lepas, lebih riang, lebih ringan melangkah, tidak kepikiran macam-macam.. Berusaha mencair dengan siapapun.. Tidak menjadi seseorang yang kaku seolah tidak menikmati hidup dengan lepas...

Dan saat sejuta pikiran itu berkecamuk dan berputar di kepalaku, sampe-sampe Ve gak konsen nonton DVD keren yang sedang di-play.. tiba-tiba saja deringan handphone-ku membuyarkan semua itu… Nama di layar handphone jelas membuatku mendengus kesal.. “Ahhh dia.. Kini apalagi...??”

Seperti biasa dan dengan nada suara yang sama yang mungkin selalu dia rindukan, atau bisa juga justru membuatnya mual, saya pun menjawab teleponnya.. Pembicaraan pun mengalir.. Akkhhh.. Lama-kelamaan justru menyenangkan.. Melunturkan sebagian niat protesku.. dan meskipun saya protes, tidak dengan nada melengking kayak ibu kost yang lagi omelin penghuni kostnya karena menunggak bayaran 4 bulan…

Yang terbersit hanya ‘rasa’ entah apa namanya, tapi memuatku tak ingin apa-apa selain memanfaatkan waktu menceritakan kebahagiaan yang kulewati sepanjang hari.. dan dia selalu setia mendengarkan *okeh.. kali ini dia benar.. mungkin saya KADANG ingin didengar, tapi ternyata masih banyak yang senang duduk di sampingku atau sekedar menerima telponku*..

Namun.. Saat itu.. saya hanya ingin mendengar tawa renyah itu.. Hanya ingin menciptakan sebuah moment dimana hanya itu yang kami bisa kenang saat kami sedang gundah dengan perasaan masing-masing… Saya tidak punya keberanian merusak gelak tawa kami.. Ataupun diam kami karena rindu ini sudah tidak bisa dibahasakan lagi..

Tak ingin sama sekali saya mengacaukannya dengan sejumlah kekecewaan yang kusimpan rapi satu per satu, bak baju dan celana yang tersusun rapi di lemari.. dan mungkin suatu saat apabila sudah full, maka bisa saja terhambur keluar.. Hummm.. Saya kadang merasa seperti itu, tapi entahlah.. setelah kesempatan tiba.. Seperti semuanya tetap terjaga rapi.. Saya lebih pilih diam… dan menikmati sensasi 'waktu' itu..

Uhmmm.. Selain menikmati sepanjang hari bersama sahabat-sahabatku.. Uhmm.. Terima kasih untuk 53 menit.. 49 detik yang kau berikan.. Mungkin esok.. tidak se-nikmat hari ini.. Tapi kata seorang kaka yang kaya akan kebijakan, kepadaku…..
“Selalu bersyukur Ve.. Maka dengan begitu, kau akan merasa cukup, dik..”

12 April 2009
00:58 wita

antara cappucino dan teh tarik

Hari off gini, gak biasanya saya nongkrong depan komputerku dan waktu masih menunjukkan pukul delapan malam… Namanya juga hari off, pastinya adalah hari dimana saya menghabiskan waktu dengan hal yang menyenangkan… Namun karena rasa capek dan lelah menyerangku lebih awal, jadilah aku kebingungan sendiri harus ngapain..

Pengennya sieeehhhh minum kopi *ngapamieee yang coffee addict*, tapi gak tau cara buatnya.. Eitttsss… Don’t think that I’m too stupid to make it.. Hanya saja gak bisa jamin rasanya se-nikmat kopi di Dg. Anas.. Ternyata kegiatan minum kopi teman-teman kantor di warung kopi yang dulunya kuanggap membuang-buang waktu, ternyata dapat menjadi kegiatan yang sayang untuk dilewatkan, apalagi saat sore bersambut..

Hummm.... Jujur yak, dulunya saya sangaaaattttt mmbenci yang namanya kopi.. Tiap kali saya meneguk secangkir kopi, seperti ada rasa aneh tertinggal di leherku, lalu tiba-tiba mengaktifkan alarm di kepalaku seolah tanda bahwa kepalaku akan mengalami pusing beberapa saat, jantung berdetak lebih cepat, yang akhirnya disusul dengan rasa mual, kemudian diakhiri dengan keringat dingin.. *Ve.. Kayaknya berlebihan banged deh.. Intinya kopi itu gak enak!!!!*

Saya bahkan geleng-geleng kepala melihat dua temanku Ayu dan Gita yang tampak luarnya cantik, feminim, wangi, dan masih banyak lagi yang gak penting.. *hihihihi*, yang merupakan pecinta kopi sejati, lebih tepatnya kopi susu atau bisa juga cappucino.. Tiap kali mengetahui mereka sedang menikmati secangkir cappucino, saya sering nyeletuk dengan kalimat, “Tinggal nambah sebatang rokok, asbak, dan koran, and both of you seem like totally a MAN!!

Hahahahaha... Saya lebih senang dengan minuman teh, khususnya teh tarik.. Merupakan minuman dengan campuran teh dan susu, cara membuatnya pun
unik, yaitu dituang bolak-balik dalam wadah dan dalam jarak yang jauh, sehingga terkesan ditarik, dan akhirnya menghasilkan busa, tidak jauh beda dengan cappuccino kan.... Tapi tetep aja beda dongg… *maksudnyaaa*

Pertama kali saya menikmati teh tarik, saat saya mengerjakan tugas penelitianku di bangku kuliah dulu. Kebetulan saya melakukan penelitian di sebuah warung kopi yang cukup terkenal di Makassar.. Sekali mencoba, saya pun benar-benar kecanduan.. Hehehehe.. Konvensional banged yak.. Menurutku itu sangat aman dan nyaman..

Bagi saya.. Rasa teh yang sederhana dengan wangi yang khas, mampu mendamaikan perasaan seketika.. Kemudian campuran susu kental yang memberikan sensasi berbeda namun tidak se-“keras” caffeine, membuat saat-saat meneguknya menjadi begitu nikmat, tanpa ada rasa khawatir dengan caffeine yang berlebihan dan mempengaruhi kesehatan, ataukah pertanyaan mengapa rasanya agak pahit, atau mengapa rasanya tidak sebanding, dan pertanyaan aneh lainnya yang justru membuatku semakin panik...

Sementara cappuccino.. Okelah.. Memang minuman yang satu ini tidak 100% kopi, tapi tetap saja mengandung kopi.. Rasanya bagiku cukup “mengkhawatirkan”.. Saya menyebutnya sajian kopi modern, yapp nilai exclusive-nya tinggi dan sangat identik dengan mereka para workaholic. Mereka yang butuh kandungan caffeine sebagai tambahan “amunisi” yang mampu menambah semangad kerja dua kali lipat tanpa istirahat, hanya kerja.. kerja.. dan kerja..

Namun.. Seminggu terakhir ini.. Entah angin macam apa yang menyambarku... Tiba-tiba saja di suatu siang *halllahhhh kayak cerpen ajahhh*, sepulangku dari bank setelah antri selama 45 menit dan cukup menguji kesabaranku, saya memutuskan melakukan suatu hal yang tidak ingin kulakukan sebelumnya… Minum kopi or something which is contained of coffee..

Saya pun menyempatkan diri ke Excelco.. Salah satu unlike places karena sajian minumannya yang kebanyakan mengandung kopi.. But not for that day.. Sluurrrp.. Sluurrrp.. Emmm.. Sluurrrrpp… Ternyata lumayan juga rasanya.. 5 menit.. 10 menit.. 20 menit.. Hummm.. Nikmat juga rasanya…

Okey.. How we say that I am getting addict now.. Hehehehehe.. Yappp.. Ternyata rasa kopi lumayan juga, kopi susu yah.. Karena saya kayaknya belum mampu/berani menikmati kopi to’.. Bisa-bisa baru seteguk, rasa khawatirku sudah berlebihan. khususnya pada frekwensi detak jantungku dan nyut-nyut di kepalaku..

Saat ini saya kemudian mulai menganalogikan diriku dengan dua jenis minuman itu.. Dua minuman itu seringkali tersedia di satu tempat yang sama, warung kopi misalnya.. Namun dua minuman itu tetap memiliki rasa yang berbeda.. Teh tarik melambangkan sisi konvensional dalam diriku..

Diriku yang selalu menurut, yang selalu mengurungkan niatku membahagiakan diri dan lebih memilih untuk mendengar serta mematuhi, diriku yang berusaha berada di koridor yang benar, tidak senang dengan dunia gemerlap, ingin melakukan sesuatu dengan sempurna, berusaha menjadi kebanggaan..

Dannn cappuccino... Refleksi diriku yang haus akan kebebasan, yang tidak monoton dipagari dengan peraturan yang harus dipatuhi.. *intinya break the rules* Ingin lebih fleksibel dari sekedar menyapa kenalan baruku hanya dengan senyum, melakukan hal-hal yang membahagiakan diriku dan tidak hanya terpaku pada kerja untuk mencari duit, tapi kerja adalah bersenang-senang…

Mungkin sesekali keluar dari koridor demi menciptakan sensasi berbeda, bisa dilakukan.. Seperti.. Pulang kantor bisa hang out bareng teman dan pulang di atas waktu tengah malam... Salah??? Kesalahan?? Itu wajar Ve… Bahkan mengapa tidak mencoba melakukan banyak kesalahan, agar belajar lebih tegar dan belajar dari semua kesalahan itu..

Dan.. hidup ini sebuah proses… proses itulah yang terpenting demi sebuah tujuann… So.. Which one I have to choose cappuccino or teh tarik? Emmm… How about you, guys.. Which one do you prefer being for.. cappuccino or teh tarik????

05 April 2009
21:00 wita

untitled 15

Ehhhmmm.. Permissiii (whispering) How do I say this? Sebenarnyaaaaa saya pengen nulis banyak tentang perjalanan hariku.. Tapiii… Lagi gak ada spirit buat nulis.. Padahal kalo mau liat koleksi tulisan gak pentingku di tahun kemarin, hummm.. berlembar-lembar bowww… Kalo dijual di tukang loak, bisa beli satu indomi kari ayam + sebutir telur.. Okehh.. You may say, I am unconsistent girl.. The important thing that I always be the real me.. Deal??!

Mengenai saya?? Humm.. saya masih di tempat kerja yang dulu, sudah setahun lebih malah.. Meski tanpa kejelasan dan masih gitu-gitu ajah.. Pengen belajar banyak dengan suasana yang lebih menarik, but unfortunately that is not the right place I think.. Ve coba nikmati ajah apa yang sedang Ve jalani dan belajar bersyukur lebih banyak..

Gileeee.. Koq jadi wise banged yahh.. Hehehehe.. Emang Ve lagi cooling down alias mendinginkan kepala di bawah AC kamar yang naujubileehhh panas seharian.. Yang ada emosiii mulu.. Pengen marah-marah gak jelas… Sensi-lah pokoknya… Kalo bisa teriak.. Ve bakal teriakk sekuat tenaga.. *ehh.. Ve emang dorong lemari pake sekuat tenaga segala.. ntar pita suaranya putus lho.. diganti jdengan pita kaset, mau??*

Hubungan dengan dia?? Hummm.. No comment dulu deh.. Jangan ditanya dulu, Ve jadi mules banged nih.. Yang jelas ada nilai plus buat Ve dan dia.. Dan ternyata semua yang menyenangkan, emang fana yahh.. Gak ada abisnya dan gak ada puasnya.. Nuntut sana nuntut sini tanpa pernah bercermin.. *Bet ai louve it... kip lerning gituuww..*

Okehhhh.. Ganti topik.. Actually.. Ve sedang melakukan sesuatu.. Gak ngotot sihhh, tapi lumayan juga kalo misalnya berhasil.. Setidaknya ada peluang terbuka lagi, hanya saja orang di sekitarku mau gak yah nerima itu?? Uffff… Mau mencoba sesuatu yang baru, sekedar memberi warna bagi diriku yang kayaknya getting grey..

Anyway.. Tulisan pembukaku gak begitu menarik.. Maklum lagi kacauuu banged.. But it’s okay… I’ll be fine.. Juz need time.. And see you so on…

03 April 2009
23:25 wita