tag:blogger.com,1999:blog-82109056610568068482024-03-13T13:50:17.839-07:00My Fresh Lake House"...maybe too greeny.. you know why?.. 'cause my lake house loves to refresh you all.."Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.comBlogger132125tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-62744284232285421922012-01-30T22:00:00.000-08:002012-01-30T22:00:59.298-08:00berat badan vs niatAhhh.. Memang paling nikmat kalo sudah menyelesaikan "setoran"di toilet.. Hihihi... *maaf kalo kalian bacanya sambil makan yak.. gak usah dibayanginnn* Badanku pun merasa plong, batinku.. "wahh lumayan nih habis p**p, bisa turun sekilo lah.." Kuambil lah timbangan digitalku yang sudah terparkir nganggur sekitar dua mingguan... Dannnnn... Pemirsaaahhh!!! Aku naik sekilo koma berapaaaaaa gitu.. Kalian bisa bayangkan betapa kecewanya aku *lebay*... <br />
<br />
Bagi sebagian besar kaum wanita, pertanyaan seperti, "berat badan kamu naik yah??", atau, "kamu gemukan yah?", merupakan pertanyaan paling menyebalkan.. Apalagi melihat dengan mata sendiri angka di layar timbangann yang bertambah 1 kg.. Itu rasanya mules, tapi gak berasa pengen p**p. Aku lalu me-listiing makanan yang ku makan kemarin, adakah kalori berlebih *dan memang seringnya berlebih sih.. Hihihi* <br />
<br />
Bagi kalian kaum pria, pastinya akan mengernyitkn dahi saat membaca tulisanku ini.. Atau bahkan langsung keingat pacar-pacar kalian yang sering menanyakan, "sayang.. Aku gemuk gak?", dan kalian akan bingung menjawab. Dijawab "nggak", dia pasti akan bilang boong.. Tapi kalo dijawab ïya", well you better stay away from her.. Sebelum tanduknya keluar disusul dengan suara melengking.. Uppss.. Galak amat yakk... <br />
<br />
Berat badan berlebih merupakan momok sebagian besar kaum wanita.. Mereka menjadikan alasan body proporsional akan sangat bagus apabila memakai dress yang press body, atau model baju mini lainnya yang akan kelihatan pas di badan. Selain itu, kenaikan berat badan juga berpengaruh pada bentuk muka yang semakin "chubby"sehingga jadi gak pede kalo difoto, ataupun di depan layar kamera *khususnya bagi aku yang mata pencahariannya di depan kamera... Hiksssss* <br />
<br />
Lalu dalam keadaan tertekan justru membuat kaum wanita lebih kreatif sepertinya.. Mereka mencoba beragam cara untuk menurunkan berat badan.. Mulai dari melakukan diet ketat, sampai lebih giat browsing obat atau minuman pelangsing ketimbang browsing data mengenai pekerjaannya di kantor. Tapi semua cara itu pasti ada resiko dan konsekwensinya.. We all know about those, gals.. Lantas gimana caranya supaya bisa langsinggg??? <br />
<br />
Tulisanku ini bukan seperti promo obat pelangsing yang ada di internet.. Yang awalnya menulis fakta bahwa kenaikan berat badan itu tidaklah bagus, lantas aku memberikan solusi yah.. Aku hanya sedikit berbagi cerita.. Dulunya pun aku selalu melakukan berbagai macam cara untuk menurunkan berat badan, dan gak berhasil.. Entah kenapa.. Mungkin aku anaknya susah untuk disiplin mengikuti menu diet, atau minum obat diet secara teratur.. <br />
<br />
Sampai akhirnya mamaku sendiri yang berkomentar.. Keinginan untuk langsing itu dari diri sendiri.. Kalo diri sendiri tidak niat untuk menurunkan berat badan, biar coba 10 macam cara sekalipun, pasti tidk akan berhasil.. Tapi kalo dari diri sendiri berniat, gak perlu minum obat diet, atau gak makan nasi seharian, kamu cukup mengatur pola makan, dan lakukan aktivitas seperti biasa.. Well.. So far.. It worked sih.. <br />
<br />
Lalu aku mulai mikir, kenapa yah beratku naik lagi hari ini? Itu karena aku niaaattt makann.. Hehehe.. So.. Start your day with good intention.. Niat hidup sehat.. Niat makan yang cukup.. Niat makan yang sehat, dan niat-niat lainnya yang bisa membuat kita menerima diri kita apa adanya.. No matter how fat or big you are, just start your day with good intention.. Termasuk stop ngemil dulu untuk sementara.. Hihihihi...Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-58708975821826063852012-01-29T07:29:00.001-08:002012-01-29T07:35:33.569-08:00Belajar (lagi)Baru dan menantang... Itu yang sedang kualami belakangan ini di tempat kerjaku yang baru. Meskipun berada di bidang yang sama, tapi kali ini sering buat aku gelisah dan gak bisa tidur.. *jatuh cinta mah lewattt* Malah kadang jadi cengeng karena pengen semuanya berjalan lancar dan sempurna, which is itu agak sulit bagi aku yang masih harus belajar dari nol lagi. Ternyata banyak hal yang belum kukuasai selain hanya membaca berita, tersenyum depan kamera membaca prompter dengan vokal yang memadai, atau sekedar improvisasi nada dalam membaca berita.. <br />
<br />
Awalnya bertanya-tanya, apakah aku salah mengambil keputusan?? Ataukah ini memang bukan bidangku dan lebih baik berkarya di tempat lain?? Terima kasih buat my Mr. Glasses yang sangat sabar mendengarkan keluh kesahku dan di saat aku reda dengan keluhanku, dia memberikan sedikit nasehat, tentunya dengan gayanya, gak sok tau... tapi gak kayak orang tua juga *maaf yah buat yang merasa sudah tua.. Hihihihi* Tapi aku adalah aku.. Keras kepala, selalu merasa bahwa pikiranku yangpaling benar, dann tidak jarang itu negatif tentang diriku, bahkan membuat aku jadi pesimis.. <br />
<br />
Mungkin ini yang aku butuhkan sebenarnya... Mungkin memang hidup itu lebih baik diisi dengan edukasi, pengetahuan, dan kebaikan... Tidak hanya sekedar memikirkan bagaimana aku terlihat baik di mata orang lain... Mending mengisinya dengan sesuatu yang baik dan berkualitas dulu, baru aku bisa angkat dagu dan mengatakan bahwa aku mampu.. Tidak hanya sekedar memikirkan betapa rumitnya menjalani kehidupan yang berbeda dengan keinginan dan harapan kita.. <br />
<br />
"Mengapa tidak coba kamu jalani dulu, dear?" Begitulah kalimatnya ketika aku mulai merasa berat.. Dan sedikit lagi air mataku mengalir... Hufff.. Judulnya doang anak sulung.. Dalamnya manja abesssss... Well.. Dan inilah aku yang memasuki bulan keempat di kantor yang baruku.. Banyak yang kualami, tidak sedikit yang buat aku kecewa, tapi alhamdulillah berkah dan kasih-Nya kian melimpah lewat mereka yang kutemui di kantor.. Lewat dia yang selalu memberikan komentar objektifnya.. Kadang gak nyaman kudengar awalnya.. Tapi dia benar.. Dan... Aku belajar.. Belajar merasakan kekalahan, dan bangkit.. <br />
<br />
29 Januari 2012 <br />
22.30 wib <br />
...@ kamar kos kuhhhh..Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-80607093848226107022011-11-07T10:00:00.000-08:002011-11-06T19:14:51.530-08:00terima kasih, TuhanHari ini... Tujuh hari memasuki bulan November di tahun 2011 ini.. Alhamdulillah berkah-Nya bak oase yang mengalir di antara bebatuan yang harus kulewati..<br />
<br />
Entah itu karang ataupun kerikil, tergantung setiap insan menyebutnya, karena rute perjalanan berbeda dalam satu peta kehidupan meskipun nantinya akan bertemu di satu zona. <br />
<br />
Terlalu banyak kisah yang... maaf.. tak sempat kubagi selama 9 bulan terakhir ini.. Perih luka itu bisa kembali berdenyut, bila kuceritakan rasanya.. Namun euforia bersyukurku pun takkan habis, bila kututurkan lewat kata-kata..<br />
<br />
Dann saat ini aku sadari.. Bahwa berkah yang Dia janjikan, tak pernah dipamerkan di depan etalase kehidupan ini.. Tak pernah Dia berikan semudah membalikkan telapak tangan.. <br />
<br />
Aku menikmati cara-Nya mendidikku, menegurku.. Aku bersyukur atas cinta dan kasih sayang-Nya lewat dekapan mereka di sekitarku.. Lewat senyum dan sapa mereka, yang menguatkan aku.<br />
<br />
Aku... Aku malu.. Aku malu atas semua yang Dia suguhkan, yang tak kubayar impas dalam sujud dan lafadz dzikirku, dalam tingkah dan perkataanku.. Bahkan sampai aku mengucapkan "Terima kasih, Tuhan"Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-59767414492727910432011-03-14T13:10:00.001-07:002011-03-14T13:48:29.531-07:00..ocehan dinihari..<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman";} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="">Tadinya sih ingin membuka sejumlah situs yang mengulas tentang fashion style.. Aku ingin mengetahui lebih banyak hal yang selama ini ingin kuketahui, namun terbentur dengan segala rutinitasku yang mulai stagnan dan kehilangan spirit.. Dan di saat aku lowong, hal itu malah terhambat karena pikiran yang tak henti menghantui setiap sisi di ruang pikirku..</p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="FI">Sebenarnya ingin “kubuang” semua kesalku di halaman ini.. Tapi usiaku saat seolah perlahan mengingatkan aku bahwa aku bukan anak kecil lagi.. Kalau kelakuan masih sulit diubah, minimal masih bisa mengendalikan jari-jari ini untuk mengetik kalimat-kalimat yang bermanfaat dan lebih bijak..</span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="FI">Ahhh.. Aku teringat sekitar 6 tahun lalu.. Saat itu aku sedang menunggu angkutan kota di halte.. Aku berencana pulang ke rumah setelah kelar menyelesaikan tugasku di kantor.. Saat aku sedang menunggu, ada banyak anak kecil yang sedang bermain di halte itu, mereka berjumlah sekitar 4 orang</span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="FI">Mereka b</span><span style="" lang="SV">erpakaian lusuh dan dekil.. Tidak jelas dimana orang tua mereka, apakah mengawasi mereka dari jauh atau hanya tidur-tiduran di rumah.... </span><span style="" lang="FI">Anak-anak itu terlihat saling meledek satu sama lain, sambil tertawa cekikikan... Entah apa yang mereka bahas, tapi sepertinya aku ingin mengetahuinya.. Siapa tau bisa menghilangkan penat setelah melewati aktivitas kuliah dan kerjaku hari itu..</span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="FI">Bberapa menit kemudian, lampu lalu lintas memperlihatkan warna merah yang artinya berhenti.. Merekapun berhamburan ke jalan, mampir di sisi jendela setiap mobil mewah yang berhenti. Ada yang berbelaskasih memberikan recehan bagi mereka, tapi tidak sedikit juga yang menghardik mereka karena takut kaca jendela mobilnya kotor...</span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="FI">Beberapa menit kemudian, lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau yang artinya para pengendara dapat melanjutkan perjalanan mereka lagi.. Empat anak kecil itupun kembali ke tempat semula, mereka kembali saling meledek dan tertawa.. Mereka berjarak sekitar se-meter dariku... Lalu tiba-tiba satu dari mereka, seorang bocah cowok, berusia sekitar 7 tahun, datang kepadaku...</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI">”Ka... Minta uangnya...”, sapa si bocah.. Aku agak kaget, karena masih terbuai dengan suara tawa cekikikan mereka dan senyum kebahagiaan yang terpajang rapi di wajah mereka... Aku lalu mengeluarkan empat lembar uang bernilai nominal yang tertera.. Kuberikan pada si bocah dan berkata, ”Ini kan uangnya ada empat lembar dengan nilai yang sama, kamu harus membagi tiap lembarnya untuk kamu dan teman-temanmu yah”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI"> </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI">”Makasih, ka”.. Dia lalu berlari kecil ke arah teman-temannya.. Aku melihat dia membagi-bagikan lembaran uang yang aku berikan, sambil bercanda. Aku tersenyum.. Lalu tertawa kecil.. Angkutan kota ber-cat biru jurusan Minasa Upa pun berhenti tepat di hadapanku.. Saatnya aku pulang.. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI"> </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI">Begitu aku melangkahkan kakiku menuju pintu angkot, gerimis pun<span style=""> </span>turun... Aku bergegas mencari tempat duduk kosong.. Dari jendela kuintip keempat bocah itu.. </span><span style="" lang="SV">Mereka masih saja tertawa riang dan saling meledek.. Dan kali ini.. Mereka menari di bawah hujan...</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Entah kenapa tiba-tiba teringat moment itu... Yang jelas.. Itu indah.. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">15 Maret 2011</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">03.45 wib</span></p>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-48187872353520825472011-01-10T17:35:00.000-08:002011-01-17T14:36:44.603-08:00what love is about?<div align="justify">Mestinya siaran Kabar Pagi bareng mba Farah dan Rizky.. Tapii.. Sepertinya badai dalam perutku, sampai aku harus berkali-kali ke kamar mandi, mulesss... Alhasil aku baru bisa masuk jam 6.30 wib, melanjutkan tugas siaran di kantor.. And here I am.. Di kantor yang cukup crowded dengan mereka yang berseragam merah..<br /></div><div align="justify"><br />Kemarin malam, saat aku sedang menyeterika beberapa potong baju <span style="font-size:85%;">*nasib anak kos.. phew!*</span>, tiba-tiba terdengar dari tv ku dialog sepasang kekasih dalam sebuah sinetron.. "Kamu tidak bisa mengerti aku.. Mengerti apa yang aku mau..", kata si cewek.. Si cowok menimpali, "Kamu yang tidak mengerti aku! Aku kan sibuk kerja.. Kamu hanya bisa nuntut aja!"... "Siapa yang nuntut.. Aku selalu berusaha ngertiin kamu.. Bahkan aku rela meskipun harus mengorbankan waktu kencan kita demi meeting-meeting mu itu!!"<br /><br />Hmmm.. Klise lahh yahhh.. Penyakit pasangan emang gitu.. Namanya dua manusia dengan karakter yang berbeda, disatukan dalam sebuah hubungan.. Satu sama lain ingin dimengerti, tapi sulit untuk mengerti.. Sebagian besar pertengkaran didasari hal tersebut... Egoisme.. <span style="font-size:85%;">*hallahhh*.</span>. Base on my experience.. Aku pernah ngambek sama pacar hanya karena dia ngumpul sama teman-temannya tanpa mengajak aku... Padahal yahh.. Aku kalo jalan bareng teman-temanku, gak ngajak dia malah.. alasannya, "girls time" lahh.. *dalih biar bisa ngecengin cowok cakep*<br /><br />Pernah juga.. Aku tiba-tiba ninggalin pacar di kantin kampus karena kesal, merasa dia gak bisa menghibur aku yang lagi bete... While me.. Malah gak peduli kalo misalnya dia lagi bete sama teman-temannya.. Ada lagi.. Pernah ngamuk sama pacar karena gak ditemenin hang out pas libur, dan dia lebih pilih kerjaannya.. Tapi wajar juga sih, aku liburnya hari Senin - Selasa, hari kerja gitu lho.. Hehehe...<br /><br />Itu masih sepele.. Kalo kata my mr. glasses, "itu things kecil, dear"... Tapi dari hal sepele, bisa menjadi rumit dan masalah besar.. Bahkan sampe berkhianat alias se-ling-kuh... Ughhh.. Gak asik deh kalo udah kayak gitu.. Aku pun melakukan survey ke beberapa temanku yang sudah menikah.. Ingin melihat se-yakin kah apa mereka memilih menyatukan perasaan yang disebut "cinta", dalam sebuah pernikahan... Aku mengajukan satu pertanyaan.. "Apa yang membuat kalian yakin memilih pasangan kalian itu sebagai pendamping seumur hidup??" Jawabannya pun berbeda-beda..<br /><br />(untuk identitas mereka, aku menggunakan nama samaran) </div><div align="justify"><br />Reni, ibu PNS yang satu ini menikah pada usia yang lebih belia dari aku... Beda setahun sih.. Hihihihi.. Menururt dia,<br /><span style="font-style: italic;">"Yah.. Mo gimana lagi, Ve.. Dia datang melamarku, orang tua ku menerima, meskipun saat itu aku gak yakin dengan dia... Daripada pamali' nolak lamaran orang.. Dan semua berjalan begitu cepat"</span><br />Alhamdulillah saat ini dia sedang mengandung anak pertamanya, dan tinggal beberapa bulan lagi lahiran..<br /><br />Lalu aku bertanya pada salah seorang sepupu.. Namanya Lina.. Dia memilih menikah di usia sekitar 28 atau 29 tahun.. Dan dia menjawab,<br /><span style="font-style: italic;">"Berdoa.. Aku yakin karena berdoa.. Alhamdulillah Allah menetapkan hati ku untuk memilihya setelah perjalanan panjangku.."</span><br />Saat ini.. Meskipun sudah berkeluarga, namun mereka berdua masih semangat untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.. Sang suami mulai dengan usaha baru di Kolaka Utara di bidang pertambangan. Sang istri pun tetap mendukung sambil melanjutkan S2-nya.. Mereka terus memperkaya kualitas hubungan mereka dengan meningkatkan kemampuan personal mereka.. Bahwa hubungan suami istri bukan penghalang mereka untuk terus berkarir</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Hal yang sama kutanyakan kepada mantan teman sekantorku yang menikah dengan suaminya yang juga satu kantor dengan kami, karena kebijakan kantor, maka dia harus resign... Namanya mba Talita.. Menurutnya,</div><div style="font-style: italic;" align="justify">"Yang pasti adalah agamanya, karena nantinya dia jadi imamku.. Soal perbedaan selera, gaya, dan kebiasaan, bisa diatasi seiring berjalannya waktu.. Semua tergantung niat dalam hubungan itu.. Apakah sekedar pacaran atau ibadah... Yang penting, dia bisa menjadi sahabatku dalam suka dan duka"</div><div align="justify">Meskipun kisah cinta mereka bermula dari lirik-lirikan di kantor, hihihi.. Meskipun saat ini dia berada di kantor yang berbeda sebagai asisten produser.. Alhamdulillah on this January they have celebrated their 1st anniversary</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Aku pun memberanikan diri bertanya ke salah seorang ipar tante, tante Vita.. Aku gak mengetahui pasti profesinya, secara kami lebih sering ketemu di acara keluarga.. But she is soo nice and his husband.. totally handsome with his glasses.. She said,</div><div style="font-style: italic;" align="justify">"Tante memilih om, karena tante tau, om berasal dari keluarga baik-baik.. Om bisa membimbing tante dalam hal agama"</div><div align="justify">Mereka saat ini memiliki putra yang tampan.. Tiap kali bertemu mereka sekeluarga, selalu terlihat harmonis..</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Lantas beberapa pasangan kontroversi di keluarganya karena memilih pasangan mereka, memberikan komentar terkait pertanyaanku.. Dua teman kantorku.. </div><div align="justify"></div><div align="justify">Mba Hera.. Usia pacaran dengan suaminya hampir 10 tahun, dan akhirnya menikah.. Awalnya mereka beda keyakinan.. Keluarga dari dua pihak, tidak setuju dengan hubungan mereka.. Dia pun menjawab..</div><div style="font-style: italic;" align="justify">"Aku memilih dia karena sudah lama pacaran.. Sudah saling tau sifat dan karakter.. Dari keluarga baik-baik.. Meskipun saat itu beda agama, aku lebih melihat kepribadiannya"</div><div align="justify">Yep.. And they made it.. Saat ini mereka sudah punya seorang putri.. Dan mba Hera hamil lagi donggg... Hihihi.. Congrate for you, sist.. Now.. They are Moslem now.. Pelan-pelan mereka merajut kembali jalinan kekerabatan keluarga yang renggang.. They are on process now..</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Namanya Nezya.. Temenku ini pun menjalin hubungan dengan lelaki yang beda keyakinan.. Petentangan dengan keluarga cukup kuat.. Dan akhirnya dia memutuskan memilih jalannya, jalan yang awalnya pun tidak mendapat restu dari keluarganya.. Bagi Nezya,</div><div style="font-style: italic;" align="justify">"Suamiku tuh sabar banget.. Selama kami pacaran hingga nikah, kami banyak halangannya.. Tapi dia sabar mendampingi aku.. Aku sering marah ataupun judes, tapi dia gak melakukan hal yang sama ke aku.. Klik nya bukan kayak cinta jaman kuliah dulu.. Lebih realistis dan dewasa"</div><div align="justify">Well.. Akhirnya dua keluarga mereka pun kembali berkumpul.. Suaminya pun memutuskan menemaninya melangkah dalam keyakinan agama yang sama.. 31 Desember 2010 kemarin, hadiah perjuangan mereka pun lahir.. Putri sulung mereka..</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Satu lagiii.. Awalnya sempat juga jungkir balik selama 4 tahun dengan pacar yang kini jadi suaminya.. Namanya Ellyana... But what can I say.. Liputan tsunami di Aceh kemarin justru yang menjadi awal pertemuan mereka.. I love when she said,</div><div style="font-style: italic;" align="justify">"Sampai seumur hidup, kita sendiri gak akan tau seperti apa lelaki yang kita butuhkan untuk mendampingi kita.. Jalani dengan keyakinan bahwa inilah yang terbaik dan berani berkomitmen"</div><div align="justify">So mature I think.. But yes she is! Saat ini dia memilih dipindahtugaskan di kampung halamannya untuk merawat buah hati mereka.. Meskipun dia sangat potensial untuk berkarya di kota besar ini.. Sang suami pun dengan komitmen awal yang dia pegang serta keberaniannya, insya Allah selalu menjaga keluarganya, meski terpaut jarak jauh..</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />Hmmmm.. Akupun menyimpulkan.. Bahwa cinta itu bukan sekedar rasa.. Justru rasa itulah yang menjadi energi atau kekuatan bagi kita untuk mewujudkan mimpi kita berdua.. Tuhan menciptakan lelaki dan perempuan untuk saling jatuh cinta.. saling bergandengan tangan.. menata hidup mereka dengan mimpi dan harapan.. bukan hanya sekedar kata, "aku cinta kamu", "aku kangen kamu", "aku butuh kamu".. ataukah "tolong mengerti aku"...</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />....karena kata seorang perempuan yang sangat tegar selama 27 tahun menjalani bahtera rumah tangganya.. perempuan yang dihadapkan dengan berbagai persoalan keluarga.. perempuan yang mengurus empat orang anak dengan karakter dan masalah yang berbeda.. perempuan yang awalnya harus menerima perlakuan "tidak peduli" dari keluarga.. perempuan yang kuat dibalik sikap dan senyum lembutnya</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br /><span style="font-style: italic;">"...bahwa sikap saling pengertian itu akan tumbuh dengan sendirinya, saat kamu benar-benar yakin bahwa dia lah yang akan menjadi pendamping hidupmu.. yang dapat menjagamu.. dan bertanggung jawab atas hidup kalian berdua.. dan sayangilah dia, sebagaimana Allah mempertemukan kalian di waktu yang indah.. itulah alasan mengapa mama memilih papa-mu"</span></div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br />So.. How about my mr. glasses yahh?<span style="font-size:85%;"> *nyengir.. lirik dia*</span></div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />11 Januari 2011</div><div align="justify">15.30 wib</div><div align="justify"></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-40784119433661239702010-12-30T23:37:00.000-08:002011-01-10T17:32:26.972-08:00hmm.. my kaleidoscope..<div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms;">"Smoked chicken croissant-nya satu, mba.. Oh iyah.. Minumnya.. Hot green tea.."..<br /><br />Mataku mengitari ruangan, memilih tempat yang nyaman.. Ada beberapa kursi dan meja yang kosong di dekat pintu kaca cafe ini, namun aku memilih kursi dan meja yang dekat dengan meja kasir.. Simpel sih, aku gak mau diserang teriknya sinar matahari yang menembus pintu kaca itu.. Soo.. Aku cari posisi aman ajah, sekalian menyaksikan acara televisi di layar berukuran 24 inch di depanku..<br /><br />Aku memeriksa notifikasi di bb ku.. Sebagian besar teman-teman memilih mengirimkan ucapan selamat tahun baru lebih awal.. Klise sih alasannya, khawatir ntar malam signal nya "gak beres".. Ada yang lewat sms, Facebook, dan pastinya lewat BBM. Sementara aku.. Aku masih sibuk mencari alasan kuat, mengapa aku harus menyampaikan ucapan itu.. Selamat tahun baru?? Hmmm..<br /><br />Biasanya.. Menyongsong malam pergantian tahun, sebagian besar orang akan membuat <span style="font-style: italic;">planning.</span>. <span style="font-style: italic;">How to pass this new year's eve with their beloved in the middle of awesome party.</span>. Tapi aku dan sebagian besar orang yang kerja di media, tidak pernah berani menyusun <span style="font-style: italic;">rundown </span>acara malam tahun baru untuk diri sendiri.. Pekerjaan ini yang akan menyusunnya, dan aku hanya bisa pasrah..<br /><br />Pastinya akhir tahun ini, ada kaleidoskop versi aku sendiri.. Hmmm tahun ini.. What can I say.. I'm being a red line in thermometer.. Aku pernah berada pada suhu rendah, lalu beberapa bulan kemudian berada pada suhu tertinggi.. Yahhh.. <span style="font-style: italic;">Something bigger and different</span>, alhamdulillah i<span style="font-style: italic;">t happened on this year</span>..<br /><br />Aku mau bercerita.. Kemarin, my new someone special <span style="font-size:85%;">*blushing*</span>.. <span style="font-style: italic;">Let say, Mr. glasses.. He asked me</span>.. Lebih tepatnya <span style="font-style: italic;">challenge me to play ice skating.</span>. Ihh sumpah deh! <span style="font-style: italic;">Even my bestiest</span> aja susah ngebujuk aku main gituan.. While him, only one asking.. Dan aku mauuuu ajahh.. <span style="font-style: italic;font-size:85%;" >*luv is blind.. Ughhh.. I hate to admit it*</span><br /><br />Aku gak yakin bisa berdiri dengan sepatu "<span style="font-style: italic;">in line skate" </span>itu, jalan pun jadi ragu-ragu.. Apalagi ber-skating ria! Dan parahnya, that <span style="font-style: italic;">mr. glasses</span> itu juga baru pertama kali ber-<span style="font-style: italic;">skating</span>.. Jadilah kami <span style="font-style: italic;">beginner ridiculous couple, without a coach</span>! Tapi kami berdua malah yakin ajah bisa, setidaknya menginjakkan kaki di atas hamparan es yang licin banget!<br /><br />Putaran pertama, aku berjalan sangat lambat.. Berjalan yahh! Bukan ber-skate.. Aku mengandalkan holder di pinggir yang mengitari arena tersebut.. Seringkali aku hampir jatuh.. Gak tau deh <span style="font-style: italic;">my mr. glasses </span>ini ketawain aku berapa kali, awas ajah, kalo sampe aku tau dia ketawain aku berkali-kali, He has to paid more than he did!! Ini kan ulah diaaaa..<span style="font-size:85%;"> *hiks*</span><br /><br />Putaran kedua.. Aku masih gak yakin.. Tapi kali ini jadi penasaran.. Well durasi mengelilingi arena jadi lebih cepat.. Sesekali aku melepaskan genggamanku dari h<span style="font-style: italic;">older, even only a few second.</span>. Setelah itu berpegang lagi.. Secara aku agak sulit berdiri dengan sepatu "<span style="font-style: italic;">in line skate".</span>. Membuatku letih dan ngos-ngosan juga.. While him, dia udah bisa dalam hitungaan menit berjalan tanpa memegang holder.. Ahhh irihh bangetttt.. Sesekali dia bilang, "Kamu coba jalan, dear.. Melangkah.. <span style="font-style: italic;">Don't slide it.</span>." <span style="font-size:85%;">*with his kindness of course*</span><br /><br />Huff.. Situ enak, udah bisa.. Sini masih bermasalah dengan keseimbangan tubuh, belum jalannya licin.. Tanggung banget deh.. Arena nya emang buat sliding sih, jadi mending sekalian<span style="font-style: italic;"> sliding </span>ajah.. Tapi itu diawali dengan melangkah dulu kayaknya.. Kalo udah bisa menjaga keseimbangan tubuh dengan melangkah, baru bisa <span style="font-style: italic;">sliding</span>!<br /><br />Putaran ketiga.. Kali ini, aku gak ragu buat masuk ke arena, soalnyaa rasa penasaran semakin besar.. Yahhh.. Emang terasa beda sih.. Durasinya jauh lebih cepat.. Dan aku sempat dengar dia teriak, "<span style="font-style: italic;">Hey! You are sliding, dear</span>".. Selain licin, ada beberapa ruas yang udah gak rata es nya dan membentuk lubang kecil..<br /><br />Setidaknya aku bisa berdiri dengan in line skate-nya saat ngambil pose buat difoto.. Aku bisa melangkah dikit-dikit.. Dan ditiap putaran, sesekali <span style="font-style: italic;">he just hold me..</span> Mencegah kalau-kalau aku jatuh, even dia sendiri pun cukup sulit menjaga keseimbangannya..<br /><br />Stop untuk cerita konyol plus romantis itu.. <span style="font-size:85%;">*blushing lagi*.</span>. Dalam 365 hari, atau 12 bulan di tahun 2010 ini, kulewati seperti bermain ice skating itu.. Pada awal tahun terlihat mulus, seperti hamparan arena ice skating.. Aku cukup ragu menjalani awal tahun ini dengan <span style="font-style: italic;">relationship </span>dengan seseorang <span style="font-size:85%;">*aku minta maaf sekali lagi padamu*.</span>. Dan akupun hampir terjatuh.. <span style="font-style: italic;">No one hold me at that time, beside </span>saran dari beberapa teman yang menguatkanku..<span style="font-size:85%;"> *<span style="font-style: italic;">thank you to Elvira and Hentty*</span></span><br /><br />'<span style="font-style: italic;">Cause life must go on.</span>. Aku harus kembali berjalan melanjutkan hidupku.. Sepertinya mudah saja berjalan.. Kalo bisa kulewatkan setiap hari dengan sangat lancar, namun ternyata itu meletihkan, terkadang malah ada hantaman kecil yang menyerangku, dari segi manapun..<br /><br />Seandainya aku tidak punya hubungan vertikal denganNya, tempatku berpegang, mungkin aku sudah terjatuh, menelan ludah dan menangisi keadaanku.. Membiarkan orang lain bercerita dan mencemoohku di belakang..<br /><br />Aku sempat membiarkan pikiranku diracuni oleh hal buruk seperti menyalahkan diriku terus-menerus.. Hingga energiku habis.. Akupun jatuh sakit.. Lumayan, 11 hari <span style="font-style: italic;">bedrest.. And it takes me get closer with my bestiest and her kindly family.</span>.<br /><br />Alhamdulillah membaik setelah itu.. Tapi ada saja keputusanku yang dihantui keraguan, membuatku dilemma.. Terus menerus memakan energiku.. Sesekali aku menyesali dan mempertanyakan apa yang sedang kulalui ini.. Aku pun sudah mulai menikmatinya, berusaha menyenangkan diriku dengan orang-orang yang bersedia menemaniku.. Meski hanya se-persinggahan saja umurnya.. <span style="font-style: italic;">Beside my bestiest.. We made our moment.. We built up our friendship trust..</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">And then.. I met him..</span> Di beberapa minggu sisa tahun ini.. Di saat aku yang masih penasaran mencari cara keluar dari tekanan-tekanan.. Di saat aku butuh energi yang mengantarku untuk bernafas lebih lega.. Alhamdulillah.. <span style="font-style: italic;">I found it.. </span>Dia mungkin terlihat biasa.. Tapi dia punya energi positif yang sangat besar..<br /><br /><span style="font-style: italic;">I love the way he moved me to a bigger place.. The way he asked to touch each side of life.. The way he told me about his past, without any worries.. The way he staring at me by his glasses.. </span>*blushing lagi*.. The way he transfered his energy..Yang jelas.. Alhamdulillah itu menjadikanku lebih baik.. Membuatku semakin menyayangi keluarga dan sahabat-sahabatku.. Berusaha mengerti mereka dengan cinta kasih yang kumiliki, dan itu bertumbuh..<br /><br />Mungkin aku belum mampu ber-<span style="font-style: italic;">sliding</span> dengan lincah di atas hamparan arena es itu.. Tapi aku mau belajar.. Aku mau menjaga keseimbangan tubuhku seperti aku akan berusaha menjaga keseimbangan pikiran dan sikapku selama menjalani tahun berikutnya.. Aku tau.. Bahkan di dalam kesendirian.. Aku tidak pernah sendiri.. Ada mereka dan dia yang akan memeluk aku erat..<br /><br />Dan di saat mereka letih.. Insya Allah aku sudah cukup kuat untuk merangkul mereka....<br />Ini bukan bentuk <span style="font-style: italic;">euforia </span>ku.. Ini hanya sebagian dari kisahku untuk menyentuhmu, kawan.. <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Bagimu yang telah kukecewakan.. Maafkan aku.. Maafkan segala kesalahanku di tahun ini..</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">For my special.. "Thank you, sir.. You make it perfectly.. Just like the way you are"...</span><br /><br />And this time.. I say to all of you guys.. <span style="font-style: italic;">Happy passing this new year's eve.. Don't stop enjoying this life process.. Keep convincing yourself, that there always a happy ending story , and only if you want it.. Just make it!!!</span><br /><br />31 Desember 2010<br />13.20 wib</div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-61077949404430327312010-11-02T20:29:00.000-07:002010-11-28T04:50:47.675-08:00aku ingin... aku pengen.. aku senang..<div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms;">Desember.. Biasanya pada bulan itu, tiap orang pasti punya rencana sendiri untuk melewatkannya dengan orang-orang ter-sayang, atau bahkan dengan setumpuk pekerjaan dan proyek... Palagi event akhir tahun selalu menggiurkan, khususnya midnite sale.. Hmmm :)<br /><br />Aku? Kau bertanya padaku mengenai rencanaku bulan depan.. Jawabannya, "Belum ada, kawan.." Bagai berjalan di atas bidang datar namun tak berpijak... Meskipun begitu, pastinya aku punya keinginan yang ingin kupenuhi..<br /><br />1. Pengen ke Bandung.. Baiklah kalian boleh meledekku, karena aku baru satu kali ke Bandung, dan itupun karena penugasan liputan yang huffff... Riweh dan ribetnya minta ampun .. Tapi akan lebih baik kalau kalian memberiku ide bagaimana menikmati kota Kembang itu untuk pertama kalinya di tengah aktivitas yang sebenarnya cukup normatif ini..<br /><br />2. Pulang ke Makassar.. Kalau tak ada teman ke Bandung, Makassar mungkin akan menyambutku dengan lebih ramah.. Akupun sudah merindukan tumisan sambel terasi buatan mama, suara papa yang menggelegar, adek Dodiku yang bisa diajak kemana-mana *lumayan jadi gandengan, cakep siiyy*, dann si centil Debi-Desi dengan segudang curhat mereka... Tinggal mengumpulkan keberanian mengambil lembaran cuti, kemudian menghadap para atasan<br /><br />3. Leggsssss... XXI are waiting for us.. Caramel popcorn isn't taste sweetier without cheerful salty popcorn..<br /><br />4. Pengen banget menggunakan dress blue jeans-ku pada sebuah kesempatan yang menyenangkan bersama teman-teman.. *request dress code*<br /><br />5. Unggg.. Blueberry cheesecake di cheesecake fact. outlet, kayaknya enak tuh dinikmati pas lagi gerimis.. Hummm...<br /><br />6. Can't wait to see those Christmas trees surrounded by sparkling lights.. Di belahan bumi manapun akan terlihat indah..<br /><br />7. Pak bosss... Semoga tidak berlebihan kalo di bulan depan aku bekerja lebih giat dan berdoa lebih banyak demi kenaikan gaji... Hihihihi.. *namanya juga usaha*<br /><br />8. Kalo rambutku terlihat lebih panjang.. Tidak ada yang berhak protes yah.. Biar seperti perempuan pada umumnya.. Hehehe.. Minimal bisa dikuncir-kuncir ala gadis Jepang atau Korea *ngarep*<br /><br />9. Mungkin sudah setahun aku tidak berenang... And I have no idea 'till now...<br /><br />10. Papaaaaa.... Februari nanti gak usah beliin kado deh.. Kalo I Pad di awal tahun ini, gimana, pa? *mupeng*<br /><br />Well.. Mungkin saat kalian membacanya, ada yang tertawa geli, tapi ada pula yang meledek *suudzon*.. Tapi aku yakin satu hal, kalian pasti punya banyak keinginan kecil seperti yang kutulis.. Apa salahnya membuat sebuah list, jangan biarkan kesibukan dan rutinitas kalian mengubur keinginan-keinginan itu..<br /><br />Entah itu akan terwujud atau tidak.. Aku sepertinya lebih berani untuk menyuarakannya... Konyol.. Namun akan sangat menyenangkan apabila terwujud.. Bukankah untuk menyenangkan orang lain, kita sebaiknya menyenangkan diri sendiri terlebih dahulu..<br /><br />28 November 2010<br />15:00 WIB<br /><br /></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-46994943368530475552010-10-22T08:54:00.000-07:002010-10-22T23:53:38.744-07:00ada apa dengan hujan?<div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms;">Sedikit meniru judul film karya Rudi Soedjarwo yang akhirnya membawa namanya sebagai penerima piala citra pada ajang FFI tahun 2004.. Hmmm.. Tapi pastinya tetap beda lah.. Kata "cinta" bermakna ambigu dalam film itu, adalah Cinta sebagai pemeran utama.. Dan tentang kisah cinta sepasang remaja..<br /><br />Sementara "hujan".. Hujan yaa hujan.. Titik-titik air yang turun dari langit, karena daya tampung uap air di langit sudah melebihi kapasitasnya.. Pun kalau ada orang bernama hujan, itu hanya 1 dari sekian bintang di langit *halahhh pengandaiannya*.. Artinya para orang tua lebih memilih bolak balik berkali-kali mencari nama lain, daripada menamakan anaknya "hujan"<br /><br />Ngomong-ngomong soal hujan, pastinya semua orang punya cerita tentangnya.. Seperti diriku hari ini.. Hari kedua liburku biasa saja.. Tidak ada yang menarik.. Aku menghabiskan dengan berguling-guling di kasur sambil nonton tv.. Acara tv pun biasa aja, kecuali News Boom! Yeaayy.. Aku agak heboh sendiri saat menontonnya..<br /><br />Pukul 5 sore, berhubung stok air minum di kamar tinggal dikit, dan aku agak lapar, akhirnya aku memutuskan pergi ke tempat perbelanjaan terdekat.. Meskipun gaya casual selalu jadi pilihan paling aman dan nyaman, aku kadang menyertakan jaket sebagai item penting.. Pas aja ternyata, aku baru saja mengunci pagar, angin bertiup cukup kencang..<br /><br />Langitnya koq tiba-tiba mendung yah.. Tanggung ahh, udah deket pangkalan bajaj koq.. Fiuhhh.. Untung ada bajaj, meskipun itu hanya satu-satunya yang terparkir.. Lucky me!... Tapi keberuntungan itu hanya bertahan 3 menit!! Tiba-tiba saja, tiupan angin jadi lebih kencang disertai pasir.. *udah kayak di gurun pasir dehh*..<br /><br />Hujan pun turun! Cukup deras disertai angin kencang.. Aku masuk ke pusat perbelanjaan dalam kondisi lembab dan lusuh banget.. Lalu sambil menikmati makan malamku, aku teringat dengan pertanyaan seorang teman.. "Kenapa sih kamu suka hujan?? Apa yang menarik dari hujan? Hujan itu bikin repot tauk.. Kalo hujan, pasti macet.. Hujan bisa bikin banjir"<br /><br />Aku hanya bisa tersenyum kecut.. Batinku, "Sial.. Kenapa kali ini aku seakan mengakui pernyataan temanku itu? Kenapa aku tak bisa membantahnya saat ini?" Yahh saat itu aku benar-benar seperti perantau yang baru tiba di kota besar.. Lusuh..<br /><br />Setelah makan dan membeli keperluan air minum, aku pun berniat pulang segera.. Tapi saat tiba di depan pintu keluar, hujannya makin deras.. Ada sekitar puluhan ojek payung di depan pintu, aku memilih seorang bocah yang masih berseragam sekolah lengkap, kayaknya sih tingkat SMP.. Sembari dia me-mayungi-ku menuju ke pangkalan bajaj, aku pun memerhatikan dia dan seragamnya..<br /><br />Sudah sekitar pukul 7 malam.. "Kamu dari sekolah, lanjut ngojek payung?", tanyaku iseng.. "Iyah mba.. Lumayan nambah uang buat jajan", jawabnya sambil mengusap air hujan yang membasahi wajahnya.. Hmmm.. Hujan sepertinya mendatangkan rezeki bagi dia..<br /><br />Tiba di pangkalan ojek, aku tak bisa berbuat banyak.. Air hujan merendam jalanan, sehingga tak mungkin menyeberang mengambil bajaj.. Apalagi dengan sepatu bludru biru-ku yang baru kubeli seminggu lalu.. Hiksss.. Aku bingung sesaat.. Kusuruh si bocah melanjutkan ojekan payungnya.. Dan aku.. Aku memutuskan menuju ke gerbang depan , berharap pada para supir taxi yang biasa memarkir taxinya di sana..<br /><br />Nihil!!! Tak ada taxi!! Ahhh.. Kesal.. Bingungg.. Lalu tiba-tiba saja, "Mba!!! Mbaaa!!! Bajaj mba!!", seorang supir bajaj meneriaki-ku.. Ahhh syukurlah.. Tak ada taxi, bajaj pun jadilah.. Emang awalnya niat naik bajaj kan.. Aku pun menuju ke arahnya dan masuk ke dalam bajaj disambut senyum riang si supir bajaj..<br /><br />Badannya basah kuyup.. Terlihat air menetes dari beberapa helai rambutnya.. Dia sepertinya sudah pasrah diguyur hujan.. "Agak susah mba kalo hujan.. Apalagi kalo udah banjir depan gerbang tadi.. Tapi lumayan mba, saya habis ngangkut beberapa penumpang.. Soalnya mereka gak mau jalan kaki menuju ke halte karena hujan.. Rejeki buat saya sih", lalu disusul dengan tawa nya<br /><br />Akupun meng-iya-kan dan tertawa.. Menertawakan diriku yang basah kuyup dan sudah mengumpat beberapa kali.. Sementara si bocah dan supir bajaj justru merasa terberkati dengan hujan ini.. Berarti memang hujan itu menyenangkan yahhh.. Tergantung kamu memaknai dan menikmati hujan itu..<br /><br />Aku teringat kutipan yang kubuat sendiri.. "Dalam setiap tetes hujan, seperti pita kaset masa lalu, selalu ada kenangan"..<br /><br />Lalu.. Seorang sahabat menambahkan, "Selalu suka bulir2nya yang lembut ikhlas membasahi bumi yang kering kasih.."..<br /><br />Lantas.. Apa kabarnya dengan sejumlah bencana banjir akibat guyuran hujan deras?? Apa maksudnya?.. Ada apa dengan hujan?<br /><br />Yang jelas.. Satu hal.. Karena hujan hari ini, aku menulis untukmu..<br /><br />22 Oktober 2010<br />21:18 WIB</div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-86645853904969963672010-10-20T07:45:00.000-07:002010-10-22T23:52:51.587-07:00tentang perempuan dalam segelas teh tarik<div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms;">Sluurrrppp.. Begitu kedengarannya di film-film atau sinetron.. Aku menyeruput teh tarik yang untuk pertama kalinya setelah sekian kali saya makan di tempat tersebut.. Tiap kali ku memesannya, pasti selalu gak ada, padahal jelas-jelas tertera di daftar menu.. Bete kann..<br /><br />Tapi berbeda dengan malam ini.. Bahkan aku mendapatkannya dengan gratis!.. "Mba.. Kami ada promo, mba tinggal pilih minuman gratisnya.. Mau Milo, teh tarik, atau teh botol sosro??", begitulah sekenanya si mba kasir menawarkannya padaku..<br /><br />Woouuuww.. Teh tarik of course!! Selain lebih alami dan bisa disajikan hangat, dua minuman lainnya cukup beresiko menurutku.. Kenapa coba gratis? Bisa jadi expired date nya tinggal 3 hari sampe seminggu kann.. Hihihi.. *ade-ade aje, neng.. Alesssan aje*<br /><br />Memang teh tarik adalah satu dari sekian minuman favoritku.. Mau dibilang teh, tapi rasa susunya legit di lidah.. Apalagi teh tarik yang pertama kali kuminum di salah satu warung kopi di Makassar.. Bikin penasaran karena ada sense of coffee-nya.. Cara buatnya bener-bener ditarik.. *sepertinya saya pernah posting soal teh tarik sebelumnya*<br /><br />Mungkin perempuan seperti itu yah.. Menarik.. Manis.. Tapi kadang tak tertebak, bak empat musim yg dilewati dalam perjalanan mendaki gunung Kilimanjaro.. *itu kata temanku Cindy lho, berdasarkan observasinya sebelum melakukan ekspedisi bersama timnya* :D<br /><br />Sama halnya dengan kalimat di beberapa profil pic bbm temanku, termasuk diriku juga.. "The most common lie is I'M FINE".. Hihihi.. Aku merasa geli sendiri membacanya.. Dalam hatiku, perempuan bangeeettt.. Itu yang terkadang membuat laki-laki jadi bingung kali yah.. Soalnya saat kita bilang, "aku baik-baik aja koq", bukanlah pengertian sebenarnya.. Kenapa sih gak langsung bilang aja yah, seolah kita menciptakan labirin sendiri.. Hahahaha..<br /><br />Sambil menikmati makanan yang kupesan, dan teh tarik yang hangat meskipun tak senikmat teh tarik di kota kelahiranku, tapi lumayanlah.. Tak sengaja aku mendengar perbincangan dua wanita yang duduk tepat di sebelahku.. Wajah mereka cukup lelah, mungkin pulang dari tempat aktivitas, mampir makan malam dulu.<br /><br />"Ehh.. Tau gak, belanja kosmetik di toko itu, bisa lupa diri lhoo.. Promosi SPG nya lebayyy.. Aku pernah soalnya.. Jadinya aku bayar cukup mahal untuk beberapa kosmetik.. Dan efeknya pun gak signifikan banget.. Biasa aja deh", begitulah si wanita I nyerocos tentang pengalaman belanjanya di toko yang letaknya pas di depan tempat kami makan..<br /><br />"Oh yahhh.. Tapi emang sihh.. Kita tuh cepet banget tergiur produk kosmetik di pasaran.. Padahal belum tentu cocok dengan kulit kita.. Aku aja, setelah gonta-ganti, akhirnya pake yang biasa dan murah.. Aku nyaman-nyaman aja sampe sekarang.. Makanya gak usah masuk ke toko itu lagi ahh..", si wanita II menanggapi dengan tak kalah semangat, dan wanita I meng-iya-kan..<br /><br />Stopp di dialog itu.. Aku tersenyum.. Batinku lalu, "Berarti aku masih normal.." Hmm.. Sebenarnya itu hanya keinginan untuk melindungi dan merawat wajah.. Menurutku wajarlah.. Bukankah Tuhan menitipkan semua yang ada di diri kita untuk dijaga dan dirawat.. Kecuali kalo kita mau merubah bentuknya, hmmm itu lain cerita yah..<br /><br />Sisa dialog dari dua wanita itu tidak tertangkap lagi olehku.. Sampai akhirnya mereka selesai dengan santap malamnya.. Mereka menggeser kursinya, sambil berdiri mengangkat tentengannya, mereka pun keluar dari tempat makan.. Aku pun iseng menoleh keluar tepatnya ke arah toko yang diperbincangkan.. And you know what!! Setelah tadi berbincang panjang lebar tentang niatnya untuk tidak berkunjung ke toko itu lagi, yang kulihat justru sebaliknya..<br /><br />Mereka melenggang masuk ke dalam toko itu.. Hahaha.. Pastinya ada rasa malu.. Rasa bersalah.. We call that, guilty pleasure.. Humm.. Dasar perempuannn.. Unpredictable awesome human..<br /><br />20 Oktober 2010<br />21:35 wib<br />Terima kasih telah menjadi inspirasiku menulis demi membunuh waktu.. It's so simple, but I feel better..</div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-92086753819940179582010-10-18T16:22:00.000-07:002010-10-22T23:54:51.381-07:00just read it, Legs..<div style="font-family: georgia; text-align: justify;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNEWS%7E1.TVO%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><span style="font-size:85%;"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype></span><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:21.0cm 842.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 3.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Haiiiiii….!! Udah lama nehh gak cerita-cerita.. Sebelumnya Ve mo ngucapin makasih yang sebesar-besarnya buat para pengunjung setia maupun gak setia-setia amat di rumah danau yang nyaris tak berpenghuni ini.. Hihihihi… Udah sekitar 6 bulanan Ve gak berbagi cerita yahh, maklum aja dehhh… Ve lagi “sok sibuk” bangett, plus badan lagi gak fit nehhhh…</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">By the way… Seru juga nih, Ve nyuri waktu di sela siaran Kabar Pagi.. Sembari liat mba Farah dan Rizky siaran.. Hmm.. Ve cuma kebagian tugas 2 segment, bacain kabar mancanegara dan kabar olahraga, hihihi.. thanks to this task, mr. Indiarto.. Jadinya ada waktu lowong.. Yappp udah hampir sebulan ini Ve kebagian tugas ini, patennya sih hari selasa dan rabu..
<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"> </span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Let see… dari bulan Mei sampai Oktober ini, Ve punya cerita apa aja yahh… Lumayan banyak juga sih.. Mulai dari tukang ojek dan sahabat Ve yang uniknya minta amppun, sampe cerita tentang Ve sakit typus, hobi makan sushi, daaannnnn my first moment in Ghost House… Semuanya memberi warna yang berbeda, dan mengobati kesepian di </span><span style="font-size:85%;"><st1:city st="on"><st1:place st="on">kota</st1:place></st1:city> metropolitan ini…</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Kali ini Ve mo cerita tentang seorang sahabat yang sudah beberapa bulan semakin akrab dengan Ve.. Secara fisik kami berbeda…. Cara berpikir pun gak selalu sejalan… Tapi mungkin itu yah, bahwa perbedaan itu unik dan semakin membuat kami penasaran untuk saling mengenal satu sama lain.. I call her “Legs”.. Sebenarnya panggilan itupun baru belakangan tercetus.. *halahhh.. bahasa apa pula itu*</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Ve termasuk orang yang cukup kaku, terstruktur, cenderung serius untuk beberapa hal… Mungkin karena Ve anak sulung yah, jadi terdoktrin untuk selalu menjadi contoh bagi adik-adik *jiaaahhhh gaiiyaaa dehh*. Sementara dia…. Gadis yang dinamis.. Suka tantangan.. Si bungsu yang ceria, dengan sekumpulan cerita hidupnya… Lucu jugaa…
<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Awalnya sih.. Ve melihat dia sebagai gadis tomboy yang hanya berkutat dengan pekerjaannya di lapangan.. Ve banyak belajar dari dia, sering “intip” di tv sihhh.. Pertama kenal… Dia ramah, suka tertawa, temen cerita yang menyenangkan.. Pasti udah banyak yang sharing ma dia…
<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Akhirnya di suatu waktu, kami mendapat penugasan di tempat yang sama… Di sanalah kami bercerita banyak hal.. Dan Ve cukup terkejut dengan beberapa cerita dia.. Terkejut karena tampak luarnya tidak seperti itu… Meskipun begitu, kita lantas gak hanyut dengan cerita sedih berdua.. Kita tertawa lepas untuk cerita lucu dan konyol…
<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Ve pikir dia begitu rapuh dengan ceritanya.. Ternyata tidak juga.. Dia penyayang… And really good in English!!! Sekitar bulan Juli.. Ve sakit typus.. Ahhh sumpahhh.. Gak enak bangeeetttt!! Rawat inap + infus selama 5 hari, rasanya menderitaaa banget… Analisa dokter juga sebenarnya gak jelas, dan hari kelima dia malah mengira Ve sakit lupus*!!… Seremm bangettt..</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Legs pun maksa Ve keluar dari rumah sakit dan coba cek ke rumah sakit lain… Semua berjalan lancer, kecuali demamku yang akhirnya naik sampe 39 derajat… Geellaaaaa… Legs yang saat itu setia menemaniku ke rumah sakit, gak tega biarin Ve sendirian di tempat kos.. Dia akhirnya membawaku ke rumahnya.. Hmm.. Keluarga yang hangat dan ramah.. Dan disitulah Ve mengenal dia dan keluarganya…</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Saat Ve bercerita seperti ini, mudah-mudahan kalian tidak berpikir bahwa kami lesbian couple… Plisssss!! Kami bener-bener seperti saudara.. Dia cerita, Ve pun bercerita.. Banyak hal yang kami lewatkan bersama.. Bagiku selalu seruuu.. selalu berwarna.. selalu menyenangkan…</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Memang Ve akui.. ada beberapa hal yang terkadang membuatku kecewa ataupun sedih tentang dia.. Tapi ajaibnya, Ve gak lalu marah spontan kepadanya…. Ve lebih nyaman bercerita, atau menanti moment yang tepat untuk menyampaikan apa yang membuat Ve gak nyaman.. Ve gak tau sih kalo dari dia…</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Dua minggu lagi, dia akan berangkat ke Swedia *insya Allah*.. Hmmm.. Penugasan dari kantor.. Gak heran sih, I think she is good on it! Tapi… Gimana yah rasanya kalo gak ada dia? Aneh juga sihh… Hihihihi.. Dia cukup concern dengan cerita-ceritaku, menyempatkan waktu buat mendengar atau bercerita… “Fiuhhh.. Unutngnya McDonald buka 24 jam yah, Legs”</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">Mungkin.. Ini waktunya buat kami bersosialisasi dengan orang di sekitar kami.. Baik mereka itu baru ataupun yang sudah cukup lama berjalan di samping kita berdua… “Sepertinya mereka punya cerita untuk kita dengar, Legs… Dan bukankah kita butuh waktu untuk saling merindukan??”</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="font-style: italic; text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">“Listen to me Legs… You are not a candle, dear.. ‘Cause you have me, him, and them” </span><span style="font-size:85%;">*really big hug!!!*</span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">19 September 2010</span></p><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">05.45 wib</span></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;">*Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi...
<br /></span></p><div style="overflow: hidden; text-decoration: none; border: medium none;color:transparent;"><span style="font-size:85%;">
<br />
<br /></span></div><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;" class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><o:p> </o:p></span></p> Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-91745520266750400162010-04-30T12:21:00.001-07:002010-04-30T13:35:44.094-07:00memilih...<div><div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms;">Bukannya mendramatisir keadaan, tapi mungkin saya yang tidak bisa tegas untuk hidupku... Semuanya menjadi semakin pelik.. Saya hanya mampu tersenyum manis di bibir.... Apabila saya sudah terdesak dengan kondisiku dan tetap tidak mampu melakukan sesuatu, saya memilih mengalihkan pikiranku.. Mengingat-ingat kisah orang di sekitarku, daripada terus mengarang kisahku sendiri..<br /><br />Sebutlah namanya Runi <span style="font-size:85%;">*nama samaran*</span>... Awalnya saya tidak begitu mengenalnya, namun dia begitu antusias mengajakku berkawan... Usianya memang lebih tua dariku, tapi saya tidak pernah menambahkan kata, "ka", "mba", atau apalah untuk sebutan bagi yang lebih tua dariku.. Saya tetap memanggil namanya, Runi.. Parasnya manis dengan tinggi badan yang tidak melebihiku sehingga dia kelihatan lebih muda 2 tahun dari usianya yang beranjak 28 tahun...<br /><br />Sejauh yang kutau tentangnya.. Runi berasal dari keluarga yang "ber-ada"... Ayahnya mantan pejabat di salah satu daerah yang <span style="font-size:85%;">*maaf* </span>tidak dapat kusebutkan.. Runi anak kedua dari tiga bersaudara.. Saat ayahnya masih memangku jabatan di pemerintahan daerah, Runi dan saudara-saudaranya hidup sangat berkecukupan, bahkan lebih.. Mereka bahkan diberikan fasilitas kendaraan masing-masing...<br /><br />Mereka akhirnya terbiasa dengan urusan masing-masing tanpa ada waktu untuk memerdulikan satu sama lain.. Pasca sang ayah lengser dari jabatannya, hal tersebut menjadi pukulan besar bagi mereka sekeluarga.. Untungnya kaka Runi yang merupakan anak tertua, telah berkeluarga dan memiliki mata pencaharian sendiri.. Sebenarnya, Runi pun sudah memiliki pekerjaan saat itu, bahkan bisa dikatakan posisinya strategis sampai akhirnya dia mengundurkan diri karena ketidaknyamanannya atas bisikan serta gosip dari teman-teman kantor yang irih dengan Runi yang semakin eksis..<br /><br />Runi pun sejak saat itu sering berpindah tempat kerja dengan alasan tidak cocok dengan suasana dan kondisi kantor... Runi sesekali bercerita tentang kondisi keluarganya.. Baik itu dengan orang tuanya sendiri, kakanya yang jauh dan seolah mengabaikannya. Terkadang Runi kelihatan tegar, tetapi tidak jarang dia harus mengakhiri ceritanya dengan tangisan.. Saat itu saya pun hanya mampu menepuk bahunya atau mengusap kepalanya, layaknya seorang sahabat..<br /><br />Selain masalah keluarga, sama seperti wanita pada umumnya, Runi pun terjebak dengan kisah asmaranya yang menurutku cukup rumit... Persoalan beda keyakinan kerap menjadi mewarnai sejumlah pasangan yang kutemui belakangan.. Gak usah jauh-jauh, <span style="font-style: italic;">my parents is one of them.</span>. Runi berada dalam dilema yang cukup besar... Dia memikirkan orang tuanya yang jelas tidak akan menyetujui pernikahannya dengan Nuno, pria yang dipacarinya cukup lama.. Yahh kira-kira 10 tahun..<br /><br />Di sisi lain, Nuno sangat kuat dengan keyakinan agama yang dianutnya.. Meskipun Nuno tetap berharap bisa hidup bersama Runi sebagai sepasang suami istri dan membangun sebuah keluarga.. Satu-satunya hal yang membuat mereka masih berhubungan sampai sekarang, adalah perasaan saling memiliki yang sangat kuat.. Hingga akhirnya hubungan itu masih "menggantung".. Atau bisa saja ada masalah internal yang tak kuketahui yang membuat mereka tidak berani memperjuangkan kebahagiaan mereka berdua.. Karakter masing-masing mungkin...<br /><br />Stop mengenai kisah Runi, sahabatku... Saya lalu mendesah dan meneguk air hangat dari botol minumanku yang kubeli beberapa bulan lalu bersama teman kerjaku di kantor usai liputan, saat itu harganya murah banget.. Hehehe.. Hmmm.. Sebenarnya kita diberi kuasa olehNya untuk memilih dalam hidup ini dan bertanggung jawab dengan pilihan kita.. Tidak seorang pun yang berhak mengadili pilihan kita selain Dia..<br /><br /><span style="font-style: italic;">Apabila kita memilih untuk menyayangi seseorang, maka sayangilah dia dengan tulus dan ikhlas.. Bukankah Sang Pencipta mengajarkan kita membangun rasa indah itu...</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Apabila kita memilih untuk berada di samping seseorang selamanya, maka lakukanlah dengan satu kata, setia... Bukankah Sang Pencipta pun tak pernah meninggalkan kita sejak dia memutuskan menciptakan kita...</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Apabila kita memilih untuk mencintai seseorang, maka yakinkanlah dirimu bahwa bagaimanapun roda kehidupan berputar, kau akan menerima dia apa adanya...</span><br /><br />Semua pilihan ada di tangan kita... Apapun hasil pilihan kita, tidak terlepas dari campur tanganNya selama kita memberikan ruang bagi Nya, Sang Pemilik Kehidupan..<br /><br />Hihihihi.. Saya tertawa geli dengan tulisanku sendiri... Sok tau saja.. Terlalu teoritis.. Pertanyaannya sekarang.. Apakah saya harus selalu mengingat kisah orang lain? Bagaimana dengan kisahku?? Sanggupkah saya memilih??<br /><br />30 April 2010<br />03.30 wib<br /></div><br /></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-25472234862951890632010-04-19T10:45:00.000-07:002010-04-19T20:57:48.754-07:00all about my hair<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sebagian besar lelaki mungkin menyukai perempuan berambut panjang... Itu juga salah satu alasan kenapa perempuan memanjangkan rambutnya... Selain agar kelihatan lebih anggun, feminim, serta trik untuk mengakali wajah <em>chubby</em> nya... Hehehe...<br /><br />Sementara aku... Perempuan dengan bentuk wajah yang tergolong <em>chubby</em>, justru betah dengan rambut pendekku yang kadang sulit ditata... Sebenarnya sih bukan betah juga, tapi emang sulit buat manjangin. Hasrat buat potong rambut itu datangnya sebulan sekali saat rambut sudah mulai tanggung di leher.<br /><br />Macam-macam lah dalihku dalam hati tiap kali terjebak dalam dilema, mau dipanjangin atau dipotong lagi. Bentuknya gak beraturanlah, gerahlah, atau kadang niatnya nge<em>-trim</em> doang, tapi jadinya malah... Jreng! Model bob pendek!.. Udah kayak pake helm... <span style="font-size:85%;">*maaf... Ini bukan menyinggung model rambut <em>bob</em> yang masih menjadi tren tahun ini*<br /></span><br />Sebenarnya waktu duduk di bangku SD dan SMP, aku malah senang manjangin rambut... Palagi waktu SMP, aku sampe motong model shaggy, terinspirasi sama Sarah Sechan. Saat itu doi lagi jaya-jayanya sebagai VJ MTv.. Uhhh... Nge-fans banggeeeetttt... Sampe sekarang sih sebenarnya, secara doi smart banget and <em>talkable</em> <span style="font-size:85%;">*hellehh bahasanya*</span><br /><br />Tapi jelang masuk SMA, aku pun bereksperimen dengan model rambut pendek... Dan emang nyaman banget, terasa lebih ringan, gak repot nyisir, apalagi mondar-mandir di salon buat perawatan rambut. Bebaslah pokoknya... Lama-kelamaan saya tertarik lagi manjangin rambut, soalnya lagi jaman rebonding dan smoothing... Hihihi...<br /><br />Model rambut panjang itu bertahan selama 3 tahun, dengan model yang gak panjang banget, yahhh sekitar 10 cm di bawah bahu <span style="font-size:85%;">*apa sih... Gak jelas*</span> Lalu akhirnya aku kembali memotong pendek rambutku saat memutuskan kerja di slaah satu tv swasta sebagai reporter/presenter. Dalam bayanganku, kerjaan itu pastinya membuatku lebih sibuk dan akan cepat gerah, <em>so no time for hair care.. And finally that's true!!!<br /></em><br />Ini merupakan tahun kedua aku terjebak dengan model rambut pendek... Tiap kali memandang rambut panjang teman-teman di kantor, atau para artis di beberapa film yang ku nonton, hummm rasanya pengen banget manjangin rambut... Oh yahh... Sampe-sampe sekitar 3 bulan lalu, aku mengambil jalan pintas dengan menyambung rambutku a.k.a <em>hair extension</em>..<br /><br />Hahahaha... Aku sering tertawa sendiri saat mengingat masa-masa ribet itu. Menurutku itu salah satu hal bodoh yang kulakukan... Baru hari pertama pasca sambung rambut itu, aku udah stress menata rambut sambungan yang tebal dan kering serta kusut... Tapi aku berusaha menikmatinya... Ada yang senang melihatku dengan rambut panjang "buatan" itu, tapi ada juga yang memprotes keras nya, khususnya beberapa sahabatku...<br /><br />Namun lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya deh... Belum <em>"ring"</em> sambungannya yang bikin alergi di leher dan kulit kepalaku... Lalu jenis rambutnya yang beda dengan rambut asliku.. Kalo nyisir rambut, pasti sesekali aku teriak "auw! ouch!! akhh!!" soalnya sisirnya sering nyangkut di <em>ring</em>-nya <span style="font-size:85%;">*kayak petinju aja pake <em>"ring"</em> hehehe*<br /></span><br />Lama-kelamaan aku mulai gerah dengan rambut panjang "buatan" itu, dan kuputuskan untuk mengikatnya.. Tapi malah tambah jelek! Secara rambut asliku sangat pendek sehingga saat kuikat, otomatis banyak rambut pendek yang "lari" sana-sini karena tidak terjangkau karet rambutku... Sumpah! Jadinya malah berantakan... Ternyata bukan hanya aku yang repot, penata rambut di kantor pun terkadang bingung mengaturnya...<br /><br />Akhirnya di suatu malam saat aku sudah gak tahan, aku mutusin untuk melepas rambut sambungan itu SENDIRI!! Sebenarnya tidak membutuhkan keahlian khusus untuk melepas rambut sambungan itu. Cukup menggunakan tang dan menguras tenaga lebih, maka satu per satu pun lepas.<br /><br />Fiuhhhh... Setelah melewati 3 jam yang menegangkan, keringatku bercucuran udah kayak lari kelliling kompleks 10 kali <span style="font-size:85%;">*lebay*,</span> dan akupun merasa lebih ringaaannn, bebas menyibakkan rambutku, meskipun pendek.. Rasanya gak ada beban... Saat itupun langsung kupensiunkan rambut-rambut sambungan itu...<br /><br />Dan hari inipun, aku masih <em>stay</em> dengan rambut pendek ku, serta masih dengan niat tulus, ikhlas, lapang dada, tenggang rasa <span style="font-size:85%;">*loe kate pelajaran PPKn, Ve... Hihihi*</span> memanjangkan rambutku.... Ufffff.... Berbagai upaya pun kulakukan, antara lain rajin keramas, pake hair tonic, creambath, dll... Tapi selaluuuu aja ada hal goib yang hasut Ve buat ke salon dengan alasan ngerapihin rambut... Hiksss...<br /><br />Anyway... Gak penting sih cerita tentang model rambutku ini... <em>But.. at least</em>... Aku bisa sedikit menyampaikan uneg-uneg dan hal lucu tentang diriku yang berjibaku dengan niat memanjangkan rambut... Hihihi... Ohh yahhh... Terima kasih yah buatmu yang selalu terima diriku yang <em>chubby</em> dengan model rambut pendek yang tak sedikitpun menutupi kekurangan wajahku... Hehehe...<br /><br />20 April 2010<br />00:32 wib</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-81638618697219411242010-04-13T05:41:00.000-07:002010-04-13T05:49:06.515-07:00satu kisah<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ehm… Agak kaku untuk mulai bercerita.. <em>It has been soooo long</em>.. Ini sudah memasuki bulan ke delapan sejak Aku berhenti mengisahkan tentang Aku.. Banyak yang terjadi?? Yapp.. of course…!!! Sedih, senang, susah, gembira, dan lain-lain, uhhhh pokoknya banyak dehhh.. Udah berkarung-karung.. <span style="font-size:78%;">*hallahhh lebay*…<br /></span><br />Yang jelas.. Ada satu kisah yang gimana yahh.. Bikin senang, nggak.. Sedih, dikit… Stress, banget.. Dan rasanya pengen berkemas dan berangkat ke bulan, menetap dan nyari kerja di sana.. Kali-kali aja mereka mau buka stasiun tipi lokal di sana.. Pemred-nya Neil Amstrong, lumayan tuh kalo jadi presenter atau reporter di sana, the one and only kan.. Gak perlu bargain lama-lama, pasti dapat gaji tinggi.. <span style="font-size:78%;">*wkwkwk.. terus gaji tinggi buat apaan non, belanja?? Jangankan mall, alfamart aja kagak ada*<br /></span><br />Pengennya ceritanya ditulis, terus diblur gitu.. Tapi gak mungkin kali yakk.. Ummm.. Setahun lalu, Aku pernah punya cita-cita pengen nikah, pengen buka lembaran baru a.k.a berumah tangga.. Simpel sih yang ada di pikiran.. Yang penting bisa memenuhi tetek bengek kebutuhan pernikahan, pasangannya ada, sesuai harapan dan keinginan keluarga, built up feelings by the time, and then.. married<em>!!!</em><br /><br /><em>But unfortunately... I am not that simple-think woman... I blame no one.. I just have an execlusive reason.. Well.. Not much I can explain 'bout my journey for three months about..</em> Udah kayak kisah sinetron dehh.. Ternyata semua yang kusebut di atas, bukan alasan utama sebuah pernikahan.. Aku mutar haluan secara tiba-tiba alias mengambil keputusan untuk berhenti menuju ke tahap perhelatan itu.. Gak tau deh siapa yang setuju, pastinya full of pro and kontra..<br /><br />Yahhh.. Memang sulit untuk membuat orang sekitar mengerti alasanku.. Karena awalnya Aku pun tidak mengerti.. Sampai keyakinan semakin kuat setelah Aku mengambil keputusan tersebut… Meskipun itu akhirnya membuat banyak pihak yang kecewa, sedih, menentang, bahkan mungkin menghujat...<br /><br />Aku yang sejak kecil mendapat perhatian penuh dari keluarga, khususnya dari papa dan mama… Aku yang selalu ingin dekat dan menjadi sahabat adik-adik di rumah… Aku yang selalu berusaha menjadi ponakan yang baik bagi tante dan om… Aku yang selalu merindukan sepupu dan kerabat.. Kini.. Hanya bisa menelan ludah dan melangkah sendiri menembus waktu tanpa kepercayaan dan keyakinan mereka semua..<br /><br />Awalnya, Aku merasa semua ini tidak adil… Taukah mereka kalo aku pun sedih, bingung, membutuhkan bahu untuk menangis, bahkan sebuah pelukan hangat…?? Taukah mereka bahwa Aku tidak lalu bersenang-senang setelah mengambil keputusan itu?? Sayangnya mereka tidak tau, dan mungkin tidak mau tau…<br /><br />“Yaaaa.. Itu resiko loe, Ve..!! Siapa yang suruh loe ambil keputusan aneh bin ajaib kayak gitu?? Loe mikir gak perasaan orang kayak gimana?? Kamu gak tau bersyukur!!” Kalimat semacam itu sering terngiang di telingaku, dan itu kuanggap ujian bagiku.. Sekali lagi, tidak ada yang mengerti alasannya, dan <span style="font-size:78%;">*bismillah*</span> ini pastinya tidak lepas dari campur tangan Sang Pemilik Kehidupan..<br /><br />Namun satu yang selalu buatku gelisah setiap waktu, mama… Sosok itu selalu terbayang… Keyakinan Aku yang begitu kuat, harus beradu dengan permohonan mama, dengan harapan mama… Dan itu yang paling berat… <em>Bcoz she’s the one that I love so much!!<br /></em><br />Tapi kata seorang kaka, “di dunia ini ada energi negative dan positif, adek” Maka.. Meski energi negative selalu menghantui Aku, membuat Aku menyalahkan diri sendiri, membuat Aku depresi.. Syukurlah energi positif itupun tak meninggalkanku… Akibat kejadian ini, Aku<br />belajar mengenal sisi lain kehidupan individu ataupun rumah tangga..<br /><br />Banyak yang memang harus dipahami.. Bahwa cinta tidak hanya sekedar judul, ada beragam isinya yang kita abaikan.."Hari gini ngomong cinta Ve... Ayolahhh" Awalnya Aku juga mikir gitu... Tapi menurut Aku, hidup di jaman ini, justru harus lebih mengenal yang namanya "cinta".. Aku yakin, Aku terlahir dari cinta kedua orang tua.. Maka suatu hari, Aku ingin melahirkan jagoan dan peri kecil Aku atas dasar cinta itu... <span style="font-size:78%;">*amin*<br /></span><br />Tulisan ini sama sekali tidak untuk menarik perhatian siapapun.. Ini Rumah Danau ku, apapun yang tertulis, maka itulah Aku.. Di sinilah tempat ku menemukan kehangatan tersendiri…<br /><br />Dan.. Melalui rumah sederhana ini pun.. Kusampaikan maafku untuk ke sekian kalinya…<br /><br />Kepada mama… Belum pun kubahagiakan dirimu, sudah kutorehkan luka perih padamu.. Percayalah, ma.. Luka yang kurasa jauh lebih pedih… Dan aku masih selalu merindukan sapaan hangat mama, serta lafadz doa yang tak kunjung letih…<br /><br />Kepada papa… Mungkin putri sulungmu ini belum dewasa kemarin… Tapi ini adalah proses, pa.. I beg, don’t worry ‘bout me too much, you’ve taught me well.. Let me make it now.. I just ask your permit, and please keep my mom, brother, and sister…<br /><br />Kepada adik-adik, sepupu, dan keluarga.. Well… This is me, If you don’t know me, It’s okay.. Just hug me tight… I need you, guys..<br /><br />Kepadanya dan keluarga.. Maaf atas ulahku ini, mungkin tidak sekarang.. Suatu saat kau dan keluarga akan sadar bahwa inilah yang terbaik.. Bahwa keputusan ini kuambil bukan hanya memperhitungkan diriku, tapi juga dirimu, keluargamu, masa depanmu.. Kalau kau merasa ini tidak adil, katakan padaku.. Jangan mengeluh pada mereka di luar sana, karena mereka pun tidak benar-benar tau… Pesanku, jadikanlah peristiwa ini sebagai bahan evaluasi diri… Sujud maafku kepada ayahanda…<br /><br />Lewat rumah danau ini pula, kusampaikan terimakasih yang tak berujung…<br /><br />Kepada sahabatku yang masih percaya aku dan tak pernah letih mendengarku, serta senantiasa menopangku dengan semangat dan doa… Ternyata... Dalam kesendirianku, aku tak sendiri…<br /><br />Kepada perantau…Aku punya satu kisah.. Dan aku masih yakin ini akan berakhir bahagia... Menururtmu??<br /><br />7 April 2010<br />03:37 wib </span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-35384080032831475392009-08-04T04:05:00.000-07:002009-08-04T05:58:09.304-07:00cinta pertama dan terakhir<span style="font-family:trebuchet ms;">by : Sherina Munaf</span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Sebelumnya tak ada yang mampu,<br />mengajakku untuk bertahan,<br />dikala sedih<br /><br />Sebelumnya ku ikat hatiku,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>hanya untuk aku seorang</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Sekarang kau disini.. </em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Hilang rasanya,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>semua bimbang, tangis kesepian</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Reff:</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Kau buat aku bertanya..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Kau buat aku mencari...</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Tentang rasa ini..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Aku tak mengerti...</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Akankah sama jadinya,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>bila bukan kamu..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Lalu senyummu menyadarkanku..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>kau cinta pertama dan terakhirku..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Sebelumnya tak mudah bagiku,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>tertawa sendiri di kehidupan,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>yang kelam ini...</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Sebelumnya rasanya tak perlu,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>membagi kisahku, </em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>saat ada yang mengerti</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em></em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Sekarang kau disini..</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>Hilang rasanya,</em></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em>semua bimbang tangis kesepian </em></span><br /><p><span style="font-family:times new roman;"><em>Bila suatu saat kau harus, pergi</em></span><span style="font-family:times new roman;"><em><br />jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik...<br />Karena senyummu menyadarkanku,<br />kaulah cinta pertama dan terakhirku...</em></span><br /><em><span style="font-family:Times New Roman;"></span></em><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">04 Agustus 2009</span><br /><span style="font-family:Trebuchet MS;">19:12 wita</span> </p>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-14083716579324245362009-08-03T04:10:00.000-07:002009-08-03T22:07:11.433-07:00aku, mama, dan mereka<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Beberapa hari lalu…<br />"Kamu tuh sebenarnya cantik banget, nak.. Asal badannya dikecilin lagi, kamu diet dikitlah"<br /><span style="font-family:Times New Roman;">"</span>Yeeee mama.. tega banget.. Mira diangkat-angkat.. lalu dibanting.... Hehehe.."</span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">"Ihhh.. Mama gak boong lho.. Bukan karena kamu anak mama lantas mama muji-muji kamu... Tapi emang kamu cantik.. Mama maunya badan kamu dikurusin lagi, biar lebih enak diliatnya, apalagi kerjaan kamu itu lhoooww.."<br />"Iyah.. iyah, mam.. Sapa dulu dong mamanya... Hehehehe"<br />"Ya dong ! Mamanya kan cantik, jadi anaknya juga pasti cantik... Hehehehe.."<br /><br />Itu merupakan kutipan percakapan antara aku dan mama... Senangnya saat itu, kami seperti sahabat... Sangat akrab.. Mama memang selalu begitu, berusaha menjadikan dirinya sahabat bagi anak-anaknya.. Pikirnya dengan cara seperti itu dia mampu menasehati kita namun tidak terkesan sebuah petuah dari seorang tua seperti dia...<br /><br />Satu yang selalu kusenangi dari mama, dia tidak pernah membiarkan anak-anak perempuannya terlihat jelek.. Mama selalu menegur atau menyuruh kami mengganti busana, apabila menurutnya penampilan kami tidak menarik saat akan keluar rumah, bahkan dia rela membelanjakan apapun agar kami terlihat cantik di depan orang lain.<br /><br />Selain itu, mama selalu mengajarkan kami untuk menghargai orang lain.. Bagaimanapun wujud dan rupanya, entah kaya atau miskin (maaf), tua maupun muda.. Selama mereka baik kepada kita, maka kita harus selalu menghargai dan menghormati mereka.. Mama selalu mengajarkan kami untuk saling menyayangi sesama saudara..<br /><br />Namun... Beberapa waktu lalu... Tiba-tiba saja dia berubah padaku.. Ibarat langit yang cerah, menjadi mendung, dan akhirnya gelap, disertai petir yang mengejutkan.. Beitulah yang terjadi... Kecewa, sedih, dan bingung.. Semua bercampur.. Kepalaku terasa berat seketika, kemudian disusul rasa mual..<br /><br />Bukan sesuatu yang kudramatisir.. Karena itu memang benar kualami, sampai membuatku tidak konsentrasi dalam bekerja.. Sangat kusayangkan atas perubahan yang signifikan mama kepadaku akibat hasutan, cerita, dan fitnah mereka tentangku.. Mereka yang selalu kuhormati dan kuhargai.. Yang selalu kujaga perasaannya..<br /><br />Aku marah... Iya marahhh.. Hanya aku selalu berusaha meredam emosiku, meski akibat peristiwa itu, mama menjadi "orang lain" bagiku.. Kepercayaan yang kubangun susah payah.. Kasih sayang yang selalu kami pupuk tiap pagi jelang berangkat ke kantor, dan malam saat sisa letihku kupaksa untuk tersenyum dan ngobrol dengannya.. <strong>semua HILANG!!</strong><br /><br />Tapi aku tak dendam... Aku bersyukur karena apa yang mereka lakukan terhadapku dan mama membuatku sadar, <em>bahwa setinggi-tinggi aku menyanjung dan menghormati mereka, aku seakan diperingatkan, bahwa mereka juga bisa berbalik menjatuhkanku.. Namun seperti kalian, aku terlahir bukan untuk mengadili..<br /></em><br />Itu adalah ke-khilafan mereka.. dan saya tidak akan menyerah untuk membangun ulang menara kasih sayang antara aku dan mama.. insya Allah bisa.. Karena aku selalu tulus...</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"><br />03 Agustus 2009</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;">19:15 wita</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-35278043362877605822009-07-31T10:36:00.000-07:002009-07-31T10:45:42.995-07:00ini caraku memandangnya<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Saya tak bisa menyebutkan nama sebenarnya.. Katakanlah namanya Yuriko, kami memanggilnya Yuri.. Gadis itu memiliki senyum yang manis dan bersahabat.. Penampilannya sederhana, tidak banyak bicara, dan sapaannya pun sangat lembut. Bisa dikatakan dia adalah satu dari sekian “mawar” di angkatanku saat duduk di bangku kuliah dulu..<br /><br />Konon kabarnya Yuri berasal dari kota kembang, Bandung, yang sangat identik dengan gadis berparas manis dengan kulit yang super mulus.. Yuri ke Makassar karena lulus tes SPMB di Universitas Hasanuddin Makassar.. Kebetulan juga Yuri memiliki keluarga di Makassar dimana adalah salah seorang senior kami yang juga berkuliah di fakultas yang sama dengan kami ..<br /><br />Dia menjadi pusat perhatian beberapa senior cowok di kampusku, bahkan salah satu dari mereka yang telah menjalin hubungan dengan seorang gadis di fakultas kedokteran, rela melepaskan sang kekasih demi Yuriko… Well.. Saya sangat maklum, meski tidak cerdas dan tidak menonjol dalam bidang akademik, tapi Yuri memiliki sejumlah kelebihan lain yang mampu menutupi kekurangannya itu..<br /><br />Salah satunya yaitu keputusannya menutup auratnya dengan menggunakan jilbab.. Dia terlihat semakin ayu dibalik jilbabnya yang teduh.. Lantas saya berpikir, maka semua pria pun akan tertarik untuk memiliki si Yuri yang merupakan gambaran calon istri yang soleha.. Meski terlihat pendiam, tapi Yuri pun memiliki sahabat-sahabat dekat.. Mereka terlihat kompak, yahh layaknya saya dan sahabat-sahabatku juga..<br /><br />Lalu.. Setelah melewati beberapa semester, saya mendengar kabar bahwa Yuriko lolos dalam tes pramugari haji untuk salah satu maskapai penerbangan.. Tidak hanya sahabat dekatnya, kami teman-teman se-angkatannya pun menyambut gembira kabar itu.. Banyak yang mengucapkan selamat kepada Yuri.. Secara yahh.. gaji pramugari cukup besar, apalagi di usia seperti kami yang saat itu masih sibuk berkutat dengan jadwal kuliah, transkrip nilai, dan final test..<br /><br />Akibat kegiatan dan aktivitasnya sebagai pramugari mengakibatkan frekwensinya ke kampus semakin menurun.. Dia mulai sering bolos, dan akhirnya kami mendengar kabar dia mengambil cuti satu atau dua semester <span style="font-size:85%;">*Ve sudah lupa, satu atau dua semester yah ?*</span> Sahabat-sahabatnya pun sudah jarang berkomunikasi dengannya.. Mereka bahkan terlibat konflik yang akhirnya membuat Yuri terkucilkan dari komunitasnya..<br /><br />Masa cutinya belum selesai, namun ada kabar beredar bahwa Yuri akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah.. Mungkin Yuri sudah kehilangan motivator ke kempus, dia kehilangan sahabatnya yang senantiasa menjadi pelipur laranya.. Tapi saya berani bertaruh bahwa itu bukan kesalahn Yuri sepenuhnya, dan bukan juga kesalahan sahabat-sahabatnya.. Ini hanya masalah prinsip.. Bisa juga karena sudah tergiur dengan gaji yang banyak dan gaya hidup yang menyenangkan, sehingga dia tidak sanggup meninggalkan pekerjaan itu, meski itu adalah konsekwensi untuk dapat melanjutkan kuliah..<br /><br />Yuri pernah sekali dua kali ke kampus ketika kami lagi sibuk-sibuknya menyusun laporan praktek lapang dan asistensi.. Saya sempat bertegur sapa dengannya, dan tak lupa menyunggingkan senyum sebagai tanda bahwa saya masih selalu menjadi temannya, agar dia tidak pernah merasa minder.. Merasa minder ?? Itu karena kabar miring yang santer terdengar di beberapa angkatan, apalagi angkatanku di fakultas kami... Berbagai gosip yang menceritakan keburukan dirinya menyebar luas, hingga bisa dikatakan namanya pun seakan "terhina", bagi sejumlah penghuni kampus yang merasa diri mereka bersih dari dosa..<br /><br />Ada yang mengatakan bahwa gaya hidupnya sekarang sudah <em>glamour</em>, bergaul dengan sejumlah lelaki tidak jelas. Bahkan kain jilbab yang dulu terpasang rapi menutup auratnya dan hanya memperlihatkan wajah teduhnya, kini hilang entah kemana.. Namun saya tidak pernah melihatnya sebagai sesuatu yang buruk, karena tiap kali kami bertemu, yang ada hanya senyum dan sapaan persahabatan..<br /><br />Hmmm... Saya tidak mengatakan kabar itu benar ataupun salah.. Namun andaikan semua gosip tentang keburukannya itu benar, Yuri pasti punya alasan.. Dan apapun alasan itu, saya yakin Yuri pun tau konsekwensinya.. Tugasku bukan untuk mengadili seorang Yuri… Saya pun hanya titipan di dunia ini dan tugasku menjaga orang lain yang juga adalah titipan Allah.. Agar kiranya kita saling menyadari bahwa kita tidak sendiri..<br /><br />Saya lalu teringat beberapa cerita teman tentang diriku.. Cerita yang seolah mencemooh dan menghujatku…. Saat itu juga emosiku nyaris menjelma menjadi dendam.. Fiuuhhh.. Untungnya semua itu redam sembari istigfar kulafadzkan.. Dan saya sadar, saya tidak punya hak mengadili mereka.. Lebih baik kusyukuri diriku yang masih dikelilingi oleh cinta dan kasih sayang mereka yang benar-benar tau siapa diriku dan menerimaku apa adanya…<br /><br />Beberapa minggu lalu, saat tengah makan siang di salah satu <em>mall</em>, dari jauh saya melihat Yuri yang berjalan dengan teman perempuannya.. Dia tetap manis, dengan penampilan yang emmm... mungkin agak sedikit berbeda, rambut pendek model <em>bob</em>, kemeja coklat tanpa lengan dipadukan dengan celana jeans biru.. Ingin rasanya teriak menyapanya, namun kami dipisahkan kaca yang tebal, dia terlihat asyik ngobrol sambil berlalu..<br /><br />Sayapun tersenyum, dan kudoakan yang terbaik bagimu, teman.. <em>Semoga dimanapun kita tersesat, akan selalu ada jalan untuk kembali..<br /></em><br />31 July 2009<br />23:45 wita<br /></span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-55799215078951069652009-07-15T09:13:00.000-07:002009-07-15T09:19:18.436-07:00di balik bangunan tua<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Dua hari ini cukup berat buatku… Semua yang di kepalaku rasanya ingin kukeluarkan dengan satu teriakan di alam bebas, namun seperti biasa saya hanya mampu mengeluarkannya lewat isakan tangis yang semakin lama semakin mirip rengekan gadis kecil yang kehilangan boneka beruang putihnya..<br /><br />Terlalu privasi untuk kubagi kepada kalian… Maaf.. Pagi ini sisa kesedihanku itu seperti diuji dengan peristiwa yang nyaris sama.. Ufff… Seandainya hujan yang menyapaku hari ini bisa menjadi temanku berbagi, rasanya ingin kuadukan semua keluh ini.. Ingin kubiarkan air mataku mengalir sederas nya yang turun membasahi kotaku pagi ini…<br /><br />Saya hanya mampu menatap rintikan hujan dari balik jendela angkot dan menikmati hawanya lewat tiupan angin, berharap dapat menenangkan pikiranku yang kalut.. Tangisan itu sedikit lagi akan tumpah namun berusaha kutahan hingga tenggorokan ini tercekat, perih…<br /><br />Bagi kalian yang tau kisah beratku dua hari terakhir ini, mungkin akan tergelak membaca tulisanku.. Mungkin kalian menganggap kisah ini hanya isapan jempol yang kupaparkan demi menarik perhatian.. Ataukah.. Hanya peristiwa ringan yang memang tidak bisa dihadapi gadis cengeng sepertiku…<br /><br />Terserah..!! Saya tidak pernah peduli dengan apa yang kalian pikirkan tentangku.. Saya hanya peduli pada mereka yang ingin membagi bahunya untukku bersandar.. mereka yang ingin menyempatkan waktu sejenak untuk mendengarkanku dan tidak tertawa setelahnya.. Asas manfaat?? Tentu tidak! Kalian bisa belajar sesuatu dari apa yang terjadi padaku…<br /><br />Sesampaiku di teras kantor, perdebatan dengan adikku, kembali terjadi lewat telepon selulerku.. Uggghhhh.. seandainya kuikuti emosiku yang kian menyulut, rasanya ingin kubanting benda itu agar percakapan terhenti.. Namun saya hanya berani mengakhiri pembicaraan secara sepihak.. Saya tak sanggup! Hehehe.. <span style="font-size:85%;">*mungkin kamu akan menuduhku mendramatisir keadaan lewat tulisan ini*<br /></span><br />Saya mencoba mencari bala bantuan lewat sahabatku dan dia.. Tapi entahlah.. Sepertinya memang kalian susah merasakan apa yang saya rasakan.. Wajar koq… Tidak ada yang bisa mengerti orang yang berpikir dengan emosi meluap-luap sepertiku.. Setelah kuhabiskan beberapa menit di teras dengan mata sembab, saya putuskan mencari tempat aman di kamar kantor..<br /><br />Kududuk di kursi kecil yang terletak di depan meja riasku.. Sambil melepaskan desahan panjang, saya menatap lekat cermin, dan tampak wajah lusuh dan tidak bersemangat itu… Dari sampingku, kurasakan udara dingin yang terus meniup wajahku seolah mencoba mencuri perhatianku, dan saya saya pun menoleh… Ternyata jendela ruangan ini terbuka lebar..<br /><br />Seperti biasa, bangunan tua yang “telanjang” itu menarik perhatianku… Bentuknya memang nyata sebuah bangunan bertingkat dua, susunan batu bata rapi tanpa dibalut semen dan cat tembok, terlihat sangat jelas.. <em>Canopy</em> berbentuk setengah lingkaran yang mungkin dulunya dicat putih mulus, kini tertutup dengan jamur serta debu yang menempel sehingga terlihat usang dan kotor, begitupun pilar-pilarnya..<br /><br />Sejumlah dedaunan kering kecoklatan seolah “menemani” nya sambil bergelantungan di sekitarnya… Sejenak saya berpikir.. Apakah rencana pemilik bangunan ini? Seandainya bangunan itu direnovasi, pasti akan terlihat megah, apik, dan indah, karena terhitung bangunan yang cukup besar… Tapi sama sekali tak ada jawaban yang kutemukan..<br /><br />Bangunan itu tidak menarik sama sekali… Apalagi disekitarnya hanya barisan pohon kelapa dan beberapa jenis pohon lain yang tidak kuketahui pasti jenisnya.. Daun-daun pohon itu lebat berwarna hijau dan kekuningan.. Sekali lagi tidak menarik, dan begitulah pemandangan yang selalu kudapati dibalik jendela kamar ini, hampir setiap hari ketika akan menunaikan ibadahku serta melakukan rutinitas merias wajah..<br /><br />Berkali-kali saya yakinkan diriku bahwa pemandangan itu tidak sedap.. Tidak artistic dan tidak ada nilai estetika sedikitpun.. <span style="font-size:85%;">*ceilehhh bahasanya, sudah kayak pakar seni dan desain interior-eksterior*</span> Namun berkali-kali pula saya mengagumi pemandangan itu dalam hati kecilku, dan hingga saat ini nyaris menyita seluruh rasa kagumku…<br /><br />Apalagi siang ini.. Dimana dinginnya angin menusuk hingga ke kulit tubuhku, dan mengalahkan terik matahari yang sering menemani rintikan hujan.. Pemandangan itu semakin indah.. Akhhhh.. Seketika semua rasa benci ini terabaikan, rasa sedih ini tak kuindahkan lagi.. Kucoba sampaikan pandangan mataku ini ke orang-orang yang kusayangi, berharap mereka tau, ada sesuatu yang indah dibalik semua keburukan itu..<br /><br />Yappp.. Sesuatu yang indah dibalik keburukan itu.. Dannn saya berpikir.. Mungkin disitulah Pemilik Kehidupan ini menyimpan nikmatnya harta yang tak dapat dibeli dengan uang dari jenis mata uang manapun.. Keindahan yang dia simpan rapi, yang kerap manusia cari dengan menggali alam ini, dengan menggunakan teknologi canggih demi menciptakannya, dengan mengubek-ubek semua toko dan pusat perbelanjaan..<br /><br />Ini hanya satu dari sekian yang tidak pernah kusadari… Bahwa Dia menegurku dengan cara yang benar-benar indah hari ini, meski risau ini ada, namun terlalu naif apabila saya tidak mengakui keindahan di depan mataku ini.. Terlalu naif karena selalu bercerita tentang kesedihan, padahal Dia tidak pernah jauh dariku.. Meski dua belas warna dan tujuh purnama kulewati… Meski ada yang telah berubah…<br /><br />14 Juli 2009<br />23:26 wita<br /><br /><br /> </span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-36502391956248079672009-06-04T17:31:00.000-07:002009-06-12T07:37:28.147-07:00cerita tentang Cinta<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Kriiiiiinnnngggggggggg……!!!!! Seperti biasa jam weker yang “bawel” nya minta ampun itu selalu membangunkanku tepat pukul lima pagi… Kuseret langkahku menuju kamar mandi sambil mengucek-ucek mata, hummm.. Kebiasaan yang selalu ditegurkan mantan pacarku dulu.. Katanya itu bisa membuat mataku merah dan iritasi, dan teguran itu tidak pernah kuindahkan..<br /><br />Setelah menggosok gigi, aku pun berwudhu dan kulanjutkan dengan shalat subuh.. Usai shalat, kusempatkan membaca 2 - 3 halaman Al- Qur'an-ku.. Meski aku tak mengetahui secara pasti arti tulisan itu, tapi ada rasa sejuk berdesir tiap kali aku melafadzkan kalimat-kalimat yang tertera.. Nikmat..<br /><br />Mengaji singkatku pun selesai.. Aku punya kebiasaan mengecek kotak pesan di ponselku, berharap pesan singkat berisi kalimat-kalimat penyejuk iman yang biasanya dikirimkan Deni, pria yang telah berpacaran denganku salama setahun… Namun kebiasaannya itu sudah hilang sejak 3 bulan lalu…<br /><br />Aku hanya bisa menelan ludah dan menahan keresahan itu.. Pernah kutanyakan padanya mengenai hal tersebut, saat kami ngobrol lewat telpon..<br /><br />"Say... Kamu koq udah gak pernah kirimin aku sms di waktu subuh lagi?" tanyaku<br /><br />"Yahhh.. Aku kan capek.. Bangun untuk shalat subuh aja udah jarang.. Kamu tau kan, semenjak aku naik jabatan di kantor, tanggung jawabku semakin besar.. Sehari 24 jam aja, rasanya gak cukup, Cin" jawabnya..<br /><br />Yahhhh... Dan aku hanya tersenyum mengangguk... Meskipun kecewa dan sedih.. Terkadang bahkan aku sewot, kalau tiba-tiba dia membatalkan acara malam mingguan kami karena ada meeting dengan klien-nya..<br /><br />"Lhooo? Tapi kan kita udah pesan tempat.. Kamu kan udah janji, say... Aku udah siap-siap niiiihhh! Gimana sihhh...!" tanggapku ketika dia membatalkan acara dinner kami, hanya karena kliennya yang katanya udah jauh-jauh datang dari Singapura... Perasaan gak jauh-jauh amat deh, masih masuk Asia Tenggara juga kan... Yahhh kecuali kalo jalan kaki.. Ughhhh.. Sebel!!!<br /><br />"Duhhh.. Sayyy.. Kamu kan tau kerjaan aku kayak gimana... Harus stand by 24 jam..." jawabnya<br /><br />"Tapi kan kamu udah janji sama aku!! Aku harusnya lebih penting!!"<br /><br />"Cinta!.. Aku perhatiin, kamu sudah mulai sewot dengan kerjaan aku! Aku gak suka!!"<br /><br />Obrolan lewat telepon saat itu, membuatku tidak enak hati.. Tidak enak hati karena sekali lagi aku harus mengalah dari pekerjaannya itu.. Aku pikir itu hanya terjadi di sinetron-sinetron saja, namun akhirnya kualami sendiri... Terkadang kupendam rasa kecewa itu berhari-hari, dan akhirnya kumuntahkan lewat tangisan panjang di malam pengantar tidurku.. Begitulah aku, satu yang paling tidak disukainya, karena aku sangat sensitif, "cengeng", kata dia...<br /><br />Tapi berbicara soal kesibukannya yang bertumpuk, aku pada akhirnya harus selalu mengerti bahwa itu semua dia lakukan demi masa depan kami berdua...<br /><br />Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 07.00, aku lalu bergegas mandi sebelum mama mengomel dengan nada setinggi 7 oktaf, karena anak gadisnya yang sekiranya mengantarnya pagi ini, masih malas-malasan di kasur empuknya.. Hari ini mama pengen diantar ke beberapa tempat, mengingat persiapan pernikahan kakak ku, Hani, yang tinggal menghitung hari..<br /><br />Usai mandi, aku menuju ruang makan.. Hummm.. Ruangan favoritku.. Hihihi.. Yahh tentulah.. Hidup sehat itu perlu, sarapan adalah kunci aktivitas kita di pagi hari.. Hallahhh.. Padahal aku memang lapar banget, karena semalam gak sempat menyantap makan malamku...<br /><br />Kemudian, kupanaskan mesin mobil sambil menunggu mama yang sedang menggunakan jilbabnya yang berwarna pink. Dia sangat cantik dengan setelan baju yang dia kenakan.. Baju gamis berwarna hijau daun *wellehh sudah kayak nama band, teman duet Luna Maya*, dengan bordiran pink. Penampilan mama tidak pernah mengecewakan..<br />Kami menuju rumah tanteku, yang ditempuh dalam waktu 30 menit, sehingga aku dan mama mulai mengobrol beberapa hal..<br /><br />"Deni mana, Ta?" yapp.. Namaku Cinta, Deni memanggilku dengan sebutan "Cin", kata dia sih kependekan dari Cina, karena wajahku yang oriental. Ihhh usil banget, meskipun tidak bisa kupungkiri darah Tiong Hoa papa yang sangat kuat dalam diriku. Sementara mama dan keluarga malah asyik memanggilku dengan sebutan "Ta" atau "Tita"<br /><br />"Biassa mam.. Kerjaaa...." jawabku sambil konsentrasi nyetir<br /><br />"Sabtu kerja juga? Dia koq udah jarang ke rumah sih? Mama perhatiin tiap malam minggu dia udah jarang apelin kamu"<br /><br />"Mamaaku sayang.. Deni tuh sibuk banget semenjak naik jabatan di kantornya, bukan dia gak mau apelin Tita, tapi klien-kliennya lagi rame berdatangan"<br /><br />"Humm.. Iya.. iya.. Tapi kamu harus hati-hatil lho, tetap waspada, nak.. Tau kan.. Pria hidung belang udah mulai berkeliaran dimana-mana.. Takutnya si Deni terjangkit"<br /><br />"Hihihihi.. Mama ini.. Emang penyakit demam berdarah, sampe pake kata " terjangkit" segala... Insya Allah nggak, mam.. Dia rajin sms dan telpon, koq" candaku, meskipun gak sepenuhnya benar..<br /><br />Deni pun sudah jarang menelponku di malam hari, hanya itu waktu buat kita berkomunikasi.. Smsku juga lebih banyak dicuekin, dan tentunya masih dengan alasan yang itu-itu ajah.. Lagi meeting-lah, lagi ribet-lah.. ngobrol dengan klien-lah.. dan.. bla.. bla.. bla...<br /><br />Suasana di rumah tante sangat rame, beberapa sepupuku dari luar kota pun berdatangan.. Yahhh gitu deh.. Asal ada perhelatan aja, pasti udah kayak pasar sentral deh..<br /><br />"Titaaaa chayankkkk" sapa Uni salah satu sepupuku yang baru datang dari Makassar. Dia ikut suaminya yang dipindah tugaskan ke kota Daeng itu, pahal dia Bandung abisss.. Anaknya emang rame.. Satu orang kayak dia udah bisa menyemarakkan sebuah pesta.. Gak perlu pake badut dan master of ceremony, dia bisa rangkap koq.. Hihihihi.. Saat ini dia sedang hamil 4 bulan..<br /><br />"Hay, Ni...! Ya ampuunnn.. Kapan datang? Gileee.. Hamil lagi, Bu?!"<br /><br />"Halllahh.. Namanya juga udah bini orang.. Wajar kali kalo hamil.. Aku baru tiba kemarin.. Kamu sih sibuk kerja, jadi udah gak nyadar kalo sepupumu yang cute dan imut ini udah tiba dengan selamat.. By the way, on the way, busway... Tambah cantik loe..!" cerocosnya dengan penampilan yang berantakan habis, oh yah.. narsisnya juga mulai se-akut diriku.. Hihihihi..<br /><br />"Yahhh.. Namanya juga kerja buat sepiring nasi, harus giat dong, Ni.. Ahhh.. Masa sih gue tambah cantik.. Tapi iya juga.. Ibu-ibu yang hobi gosip di kompleks rumah, malah bilang gini, si Cinta anak ibu Sherly itu, cantik banged yah.. Udah ngalahin si Manohara, istri pangeran Kelantan itu lhouuwww“<br /><br />"Ihhh.. Najis loe ah...! Manohara..? Kamu tuh bukan Manohara, tapi Manokwari! Udah.. Jangan banyak bacot.. Loe anterin aku balik ke rumah.. Semalam aku nginap.. Mau pulang mandi dulu, ntar balik ke sini lagi“ jawabnya sambil cekikikan..<br /><br />"Hahahahaha... Sialan loe!"<br /><br />Dari dulu kami sering becanda... Pokoknya kalo udah ketemu sma Uni, rasanya lagi rumpi sama burung Beo yang bawel abis.. Hehehehe..<br /><br />Setelah pamit, kami pun berangkat.. Yahhh hitung-hitung melepas kangen, kami mulai bercerita banyak hal di atas mobil Honda Jazz hitam keakunganku.. Mulai dari aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dengan putra-putri kembarnya, Josh dan Jenny, sampai pada cerita antara dia dan suami yang kadang harmonis, tapi terkadang juga diwarnai pertengkaran kecil..<br /><br />Lantunan gitar Sandy – Be my lady, tiba-tiba memecah percakapan kami.. Upsss.. Ponselku berdering.. Humm.. Deni...<br /><br />"Assalamualaikum.. Yah say..."<br /><br />"Walaikumsalam.. Lagi dimana, Cin?"<br /><br />"Gi di jalan.. Antar sepupuku, Uni, balik ke rumahnya.. Tadi sempat anterin mama ke rumah tante, Ros"<br /><br />"Uni? Uni yang mana yah?"<br /><br />"Itu lho.. Sepupuku yang baru datang dari Makassar.. Perasaan aku sempat cerita ma kamu dua hari yang lalu"<br /><br />"Hmmm.. Aku koq lupa yah... Ya sudahlah, salam ajah.. Oh iya say... Maaf yah.. Malam ini lagi-lagi kita gak bisa jalan bareng... Soalnya ada wedding kemenakannya bosku.. Aku harus datanglah.. Gak enak..“<br /><br />"Yahhh.. Kamu suka gitu deyh sekarang.. Sebel ahh.. Mmmm.. Atau gimana kalo aku temenin ke wedding?"<br /><br />"Iyahh.. Maaf... Mau gimana lagi.. Gak usah, say.. Kamu istirahat ajah di rumah.. Lagian pernikahan Hani udah gak lama lagi kan.. Mending kamu bantuin mama dan keluarga untuk persiapannya.. Okey?"<br /><br />"Huffff... Ya sudahlah.. Kamu lagi dimana?"<br /><br />"On the way ke kantor, say... Udah dulu yah.. Lagi nyetir nih.. Ribet.. I love you, sweety.. Don’t forget have lunch“<br /><br />Pembicaraan pun kami akhiri, dan wajah beteku semakin gak bisa kusembunyikan lagi.. Rasanya hubungan ini mulai hambar... Sudah tidak ada lagi masa-masa dimana kami bisa tertawa lepas.. Ngobrol dari hati ke hati.. Bercanda dan saling mengejek... Apakah aku sudah harus berpikir realistis dan mulai skeptis dengan hubunganku ini.. Mengingat di luar sana ada banyak pria yang bersedia menjagaku, lebih dari yang Deni lakukan.. Bahkan ingin meminangku...<br /><br />Ahhh.. Tidak..! Biar bagaimana, Deni adalah yang terbaik.. Ini hanya masalah tuntutan kerjaan dia saja.. Bener juga sih.. Gak mungkinlah dia tidak menghadiri wedding itu.. Apa kata bosnya nanti, bisa-bisa dia dicap sebagai karyawan yang tidak loyal... Lagian semua ini kan demi masa depan kami.. Aku akung koq sama dia, dan insya Allah dia pun begitu padaku..<br /><br />"Pacar kamu, Ta?" tanya Uni, membuyarkan lamunanku..<br /><br />"Hahh.. Iya nih.." jawabku sambil tersenyum<br /><br />"Cieeee... Udah berapa lama, Ta?"<br />"Baru juga setahun, Bu.. Emang kamu sama ka Fadel.. pacaran udah kayak umur pohon mangga di belakang rumah.. Lima tahun, bo’"<br /><br />"Ehhh.. Nyet..! Itu namanya awet... Toh akhirnya married juga kan.. Ada Josh dan Jenny juga kan.. And we still loving each other, honeyy"<br /><br />"Iye.. iye.. Tau... Kamu beruntung banget yah"<br /><br />"Alhamdulillah iya sih.. Emang dia kapan ngelamar kamu rencananya?"<br /><br />"Not now maybe.. Kami masih sibuk dengan kerjaan masing-masing.. Pengen nabung dulu kata dia... Aku juga gak pengen desak..."<br /><br />"Ehhhh... Kamu harus minta kepastiannya.. Jangan-jangan dia gak serius.. Status sih ada, tapi masalah akung dan cinta, siapa yang bisa nebak.. Kata tengku Fachry sama Manohara, you’re just my property, nah lho.."<br /><br />Yah... Manohara lagi.. Manohara lagi.. Tapi emang sih.. Model darah Bugis-Perancis itu, kini lagi rame dibicarakan khalayak.. Sampai Presiden SBY dan Dubes Indonesia di Malaysia juga angkat bicara terhadap kasus model yang saat ini kontroversial itu... Hmmm.. Bisa tambah mahal nih "harga" nya...<br /><br />"Yeee... Kamu tuh.. Bukannya doa yang baik, eh.. malah doain sepupunya yang cantik dan keren ini, yang nggak-nggak.." sanggahku<br /><br />"Ihhh GR loe ya.. Baru juga dibilang tambah cantik dikitttt... Hihihihi.. Bukan begitu, say.. Aku tuh sebagai kaka, care sama kamu... Aku gak mau kamu jadi korban laki-laki hidung belang yang sudah berseliweran dimana-mana.. Kamu layak dapat yang terbaik, Ta"<br /><br />"Mending GR daripada minder... Iyahhh.. Iyahh.. Insya Allah Deni bukan satu di antara mereka.. Hidungnya gak belang koq.. Mancung malah.... Hihihi.. Kamu tuh udah kayak mama aja deh.. Emang kalo udah jadi ibu, ngomongnya kayak gitu yah.. Banyakan nasehat dibanding candaan.. Jiwa mudanya udah meredup.."<br /><br />"Hehhhh.. Loe tu yahhh.. Gue kasih tau malah, ngeledek.. Kualat loe...! Gue jitak juga loe, kayak Josh kalo lagi bandel" "Ampunnn, Bu!!!"<br /><br />Tawa kami tiba-tiba meledak.. Yapp.. Sudah lama juga aku gak bercanda ria seperti ini.. Mau gimana lagi.. Seminggu lima hari kerja.. Sabtu, paling antar mama belanja. Minggu, nyuci plus seterika bajuku yang udah bertumpuk, malamnya harus istirahat. Sebenarnya itu gak nyita waktu banget, tapi teman buat ketawa bareng itu udah gak ada.. Sahabat-sahabatku banyakan di luar kota... Deni??? I think he's not the best solution anymore...<br /><br />Setelah nungguin Uni mandi, yang udah ngabisin waktu sejammm! Gak tau deh kenapa ada manusia mandi selama itu, mungkin sekalian nyuci kamar mandi kali.. Akhirnya dia pun sudah tampil cantik, dengan dress yang emang khusus buat ibu hamil, warna biru muda, plus bordiran membentuk bunga-bunga di beberapa sisi dress itu.. Cantik..<br /><br />Kami lalu meluncur ke Blok M Plaza.. Si uni yang bawel, pengen ditemani nyari dress buat acara kawinan Hani. Dia kayaknya mulai dilanda krisis PD dengan perutnya yang semakin buncit...<br /><br />"Masalahnya nih, Ta.. Aku hamil di saat ceremony besar bakal digelar.. Yahhh aku gak bisa tampil langsing singset dengan kebaya dong.." jawab Uni, ketika aku memprotes dia yang gelisah milah-milih model dress di majalah Kartini, edisi trend fashion bagi ibu hamil.<br /><br />"Astagfirullah! Nauzubillah Min Zalik, Ni..! Kamu tuh... Yang namanya hamil itu harus disyukuri.. Halal ini.. juga..“<br /><br />"Iye Bu Ustadzah.. Amin Ya Rabbal Alamin.. Anjrit..! Loe udah kayak teh Nini istri As Gym ajah... Kalo dia mah cocok.. Lahhh.. Kamu gak cocok atuh, neng.. Mantan preman kampus gitu lho!! Si Deni emang anak pesantren yah kemarin?"<br /><br />"Hahahahaha... Ngeledek loe yeee... Makanya kalo udah shalat subuh, jangan tidur lagi, tuhhhh nonton tuh kuliah subuh.. Kamu sih... Nontonnya gossiiiiiiip ajah.. Makanya Ngomongnya Manohara mulu"<br /><br />"Ehhh, neng geulis... Aku ini punya suami.. Udah shalat subuh, harus nyediain segala perlengkapan suami dong... Kalo aku tidur lagi, lama-lama aku dipecat jadi istri sama Fadelku.. Lagian... Bagus kali aku tongkrongin Manohara.. Biar calon putriku, insya Allah secantik dia.. Tapi jangan sampe dehh bernasib apes kayak dia" kata Uni sambil mengusap-usap perutnya. Dia memang sangat menginginkan seorang putri lagi.. Kata dia, biar shopping bareng jadi rame..<br /><br />"Iye.. iye.. Amin deh...." jawabku sambil tersenyum..<br /><br />Pikiranku pun menerawang.. Mulai menyusun masa depanku sendiri.. Aku dan Deni, insya Allah akan memiliki keluarga yang bahagia nantinya.. Punya anak yang lucu-lucu.. Kehidupan rumah tangga yang harmonis.. Ahhh.. Betapa menyenangkannya seandainya itu tercapai.. Maka segala keresahanku pun, insya Allah tertepis..<br /><br />Setelah memarkir mobil, kami lalu berjalan menyusuri blok M Plaza yang ampunn deh, bikin pegel kaki.. Bagi mereka yang sering menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti itu, mungkin udah terbiasa dan kebal.. Tapi bagi aku yang lebih banyak di ruang kerjaku dan nongkrong di depan laptopku, otomatis ngeluh juga sih...<br /><br />Akhirnya kami singgah di sebuah toko yang memang khusus menjual pakaian buat ibu hamil..<br /><br />"Aku pas dulu yah, Ta" kata Uni yang memilih dress sutra warna ungu tua metalic, dengan kerah "V", dihiasi payet silver-purple.. Dan ditambahkan tali bahan transparan berwarna ungu yang lebih muda sedikit, di bagian bawah dada, yang nantinya akan simpul berbentuk pita.. Modelnya simpel, tapi elegant.. Cocok dikenakan malam hari..<br /><br />"Yupp.. Aku nunggu sini ajah" jawabku sambil melihat-lihat koleksi dress lain yang kiranya akan kubeli saat aku hamil anak pertamaku nanti... Amin.. Tapi kapan yahhh... Hehehehehe...<br /><br />Setelah pas dengan ukurannya, Uni menuju ke kasir untuk membayar... Aku pun berdiri tepat disampingnya.. Kami terpaksa mengantri karena ada seorang ibu hamil, dan seorang gadis seumuranku yang sedang membayar.<br /><br />Lalu...! Tiba-tiba saja mataku terbelalak ketika melihat isi dompet gadis yang berdiri di depanku.. Bukan karena merk Louis Vuitton dompet kulit mengkilap warna merah maroon itu, atau karena sekitar lima kartu kredit yang berjejer rapi... Tapi karena melihat foto mesra gadis itu bersama seorang pria yang familiar sekali wajahnya, terpasang rapi di dompetnya.. Pria itu adalah kekasihku selama setahun teakhir ini, Deni..<br /><br />Tubuhku gemetar seketika.. Tidak.. Ta...! Pikir positif... Mungkin gadis itu keluarganya Deni yang datang dari jauh.. Ataukah adik Deni yang paling bungsu yang tidak pernah kau ketahui keberadaannya... Ahhh.. Percuma.. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat, seakan bakal "loncat" keluar.. Akhirnya aku tidak bisa menahan lagi rasa penasaranku,<br /><br />"Maaf, mba.. Itu fotonya mba, dengan siapa yah?" tanyaku dengan agak gugup dan tanpa basa-basi.. Uni hanya melongo kaget melihatku yang menegur orang tak dikenal.<br /><br />"Ohh yang ini, mba.. Dia tunangan aku... Namanya Daniel.." jawab si gadis dengan senyum sumringah, seolah menggambarkan kebahagiaannya yang sebentar lagi akan dipersunting sebagai istri...<br /><br />Ya Tuhannn...! Daniel Deni Syahputra.. Begitulah nama lengkap pria yang terkadang kuprotes karena menurutku namanya itu boros banget.. Terdiri dari dua yang hampir sama bunyinya.. Pria yang selalu kudambakan sebagai suamiku nanti... Huffff...<br /><br />Seandainya mati itu bisa berkali-kali.. Maka aku lebih milih mati saat itu, kemudian hidup lagi dengan nafas baru dan kapasitas memory yang bersih dari kenangan...<br />Terasa separuh rohku terangkat.. Kepalaku pening... Air mata ini sudah sampai di pelupuk mata, dan sedikit lagi akan tumpah.. Kakiku lemas.. Uni hanya terpaku melihatku... Tiba-tiba saja pandanganku kabur..<br /><br />"Ta..!! Tita...!! Ya ampun Cinta!!!.. Kamu kenapa, say!" teriak Uni yang masih sempat kudengar..<br /><br />... dan setelah itu.. aku tak ingat apapun... berharap takkan pernah mengingat apapun, cairan hangat itupun menetes saat mataku tertutup pelan...<br /><br /><br /></div></span>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-91505617225090923652009-05-27T04:54:00.000-07:002009-05-27T06:10:29.199-07:00bapak tua penjaga toko<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Dulunya.. yang sering menjaga toko tersebut adalah seorang bapak tua renta namun cukup gesit.. Saya sering singgah di toko itu untuk membeli pulsa ataupun cemilan buat bekal nonton DVD, karena letaknya yang sangat dekat dengan rumahku.. Saat saya menunggu bapak tua itu mengirimkan pulsa lewat fasilitas yang akrab disebut elektrik, yaitu dari kartu <em>chip</em> khusus M-Kios yang dia miliki dan berisi sejumlah pulsa, saya kerap memerhatikan bapak tua itu..<br /><br />Usianya sekitar 65 – 70 tahun, dengan postur tubuh yang kurus dan pendek, lebih pendek sedikit dariku.. Kulitnya berwarna coklat kehitaman dan keriput.. Dia sering mengenakan kacamata dan busana berupa kutang/singlet, ataupun baju kaos berwarna putih… Dia sering menyapaku, lalu diakhiri dengan sebutan “nak”, misalnya, “Mau beli apa, nak?” ataukah, “Darimana? Pulang kerja yah, nak?”.. Yap dia sangat ramah..<br /><br />Saya sempat satu dua kali ngobrol mengenai aktivitasnya..<br />“Bapak tinggal sama siapa?” tanyaku di suatu sore saat dia lagi sibuk mengambilkanku dua bungkus <em>mie instant</em> rasa kari ayam..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />“Saya tinggal sama keluarga, nak?” Jawabnya singkat sambil mengaduk-aduk dus yang berisi mie instant..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />“Lahhh.. Koq seharian hanya bapak yang jaga toko, emang keluarganya pada sibuk yah?” tanyaku lagi..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />“Hehe… Ini sudah kerjaan saya, nak.. Nih <em>mie instant</em>-nya, rasa kari ayam kan? Semuanya tiga ribu rupiah, nak” jawabnya sambil menyerahkan kantong plastik hitam berisi belanjaanku..<br /><br />Saya menyodorkan uang sambil tersenyum dan berlalu…<br /><br />Yappp.. Dia tidak pernah menjelaskan secara <em>detail</em> mengenai dia dan statusnya di rumah sekaligus toko itu… Pernah juga saya singgah membeli pulsa di suatu malam sepulang kerja..<br />“Ada <em>voucher</em> kartu AS-nya yang lima puluh ribu, pak?” tanyaku..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />“Ada nak, mau yang elektrik atau fisik?”<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Hehehe.. Biassa.. Yang elektrik ajah, pak..“<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Pulang kerja, nak?“ tanyanya tiba-tiba memulai obrolan..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Iya nih.. Agak capek, pak..“ jawabku yang memang saat itu dalam kondisi kurang fit dengan demam yang sering menghinggapiku di malam hari… Kata pacarku sih, itu bergantung pada suasana hatiku.. Hehehe.. Artinya lagi gak mood..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />“Bagus yah kamu.. Masih muda, kerja dengan semangad pula.. Sudah punya pacar?“ tanyanya lagi<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”(sambil tersenyum malu-malu) Iyah punya, pak.. Kenapa? Kelihatannya gak mungkin punya pacar yah, pak?“ candaku...<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Dia lalu tersenyum dan memperlihatkan giginya yang rapi dan terlihat sehat meski warnanya kekuningan.... Saya berharap dia melanjutkan dengan satu atau dua kalimat, tapi ternyata dia diam sambil mengutak-atik <em>handphone</em> yang dia genggam untuk mengirimkan pulsa yang saya pesan...<br /><br />”Koq diam, pak? Jawab dong, pak... Wahhh.. Saya jelek yah, pak?“ desakku mencoba santai dan tersenyum, padahal paniknya minta ampun, gawat kalo emang saya jelek.. Kalo anggapan orang tua kayak dia saja, saya jelek, gimana dengan yang lebih muda dari usianya tau bahkan yang seumuranku.. Hiksss<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Ehmmm... Udah masuk tuh pulsanya, coba dicek.. Harganya lima puluh lima ribu“ dia lalu menyimpan <em>handphone-</em>nya ke dalam laci..<br /></span><span style="font-family:trebuchet ms;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Dengan wajah cemberut yang gak pernah bisa kusembunyikan, saya lalu mengecek <em>handphone</em>-ku, </span><span style="font-family:trebuchet ms;">”Udah masuk, pak.. Nih duitnya.. Pas yah, pak.. Makasih“, saya kemudian beranjak pergi dengan rasa penasaran..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Lalu.. Tiba-tiba saja dia teriak dan menjawab rasa penasaranku, ”Saya tadi berpikir... Dan sampai menit ini, gak ada alasan untuk mengatakan kamu jelek, dia laki-laki yang beruntung!“ </span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Saya pun berbalik dan menyunggingkan senyum, lalu menuju ke mobilku yang terparkir di depan tokonya..<br /><br />Hehehehe.. Bukan ngarang lho.. Meski dengan dialek Makassar yang cukup kental, saya mencoba men-<em>translate</em>-kan kepada kalian, dan begitulah sekenanya.. Hihihihi.. Jadi GR euy... Saya juga punya cerita lucu tentang dia... Suatu waktu, Dodi adikku, singgah membeli pulsa di toko itu.. Dan seperti biasa, bapak tua itu yang meladeninya..<br />”Pak.. Beli voucher SIMPATI-nya yang lima puluh ribu“ kata Dodi<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Boleh nak, mau yang elektrik atau yang fisik ?? ” tanya si bapak<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Yang elektrik deh, pak”<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Wah kalo yang elektrik udah habis, nak”<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Kalo begitu yang fisik ajah, pak“<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Wah sama juga, nak... Fisik juga habis..“<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Wakakakakakakak... Aneh kan.. Kalo tau gitu, ngapain Dodi disuruh milih, elektrik atau fisik.. Padahal nyata-nyata udah habis semua.. Hihihihi....<br /><br />Yahhh itulah sedikit cerita mengenai bapak tua itu.. Belakangan saya mulai merindukannya.. Dia sudah tidak pernah menjaga di toko itu.. Toko itu saat ini dijaga oleh tiga gadis manis berjilbab seumuranku. Rasa penasaranku akhirnya mendorongku bertanya kepada satu di antara tiga gadis berjilbab tersebut saat saya singgah membeli pulsa di toko itu,<br />”Maaf.. Mau nanya.. Bapak tua yang biasa menjaga toko ini, kemana yah? Koq udah gak pernah kelihatan??“<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Ketiga gadis itu saling memandang, lalu salah seorang dari mereka yang menggunakan jilbab warna pink menjawab, ”Ohh.. Dia sudah pulang ke kampungnya...“<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Hummm.. Begitu.. Dia kapan kembali? Kalian keluarganya?“ tanyaku lagi<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />”Kami bukan keluarganya.. Kayaknya dia sudah tidak kembali lagi..“ jawab gadis yang sama..<br /></div></span><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Sebelum saya bertanya lagi, salah seorang dari mereka dengan jilbab berwarna coklat motif kotak-kotak kecil, berkata, ”Maaf.. Kami tidak tahu banyak tentang si bapak.. Pulsanya sudah terkirim.. Uangnya pas yah.. Makasih“, lalu mereka menyibukkan diri dengan mengatur barang-barang jualan..<br /></span></div><span style="font-family:trebuchet ms;"><div align="justify"><br />Saya pun paham bahwa mungkin mereka tak ingin berbagi info, atau memang sama sekali tak tau mengenai si bapak..<br /><br />Huffff... Nyesel juga, saya gak pernah ngobrol lama dengan si bapak, tapi itu juga karena dia cukup tertutup dan malas berbasa-basi denganku... Yahhhh sudahlah... Mungkinn saat ini dia sudah letih berjualan, kemudian kembali ke kampung halamannya dan berkumpul dengan orang-orang yang benar-benar adalah keluarganya.. Yang membuat dia merasa berarti, lebih dari seorang penjual pulsa dan beragam jualan lain, dari pagi sampai malam.. sehingga dia tidak punya alasan untuk tinggal di kota yang rame dengan hiruk pikuk ini, dan memilih menghabiskan masa tuanya di tempat yang nyaman...<br /><br />Saya pun kembali merenung.. Apakah kota rumit itu jawaban yang tepat untuk mengadu nasib??? Apakah itu mampu memperjelas status seseorang di rumah ataupun di kantor? Ataukah.. Kota itu hanya menyihir kita menjadi robot pekerja keras tanpa henti dan tidak memiliki tujuan akhir... </div><div align="justify">....<em><strong>hanya bekerja dan menjadi budak untuk mereka yang haus akan materi dan jabatan</strong></em>...<br /><br />27 Mei 2009<br />19:53 wita<br /></div></span>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-56180606086716826202009-04-17T07:33:00.001-07:002009-04-20T19:59:38.519-07:00agnes dulu dan sekarang, memang beda..<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sudah empat kali saya bertemu muka serta bertegur sapa dengannya.. Namanya Agnes, seorang <em>customer service</em> di salah satu bank swasta.. Jujur saja.. Saya sangat senang dengannya, dan itu sejak awal saya melihatnya.. <span style="font-size:85%;">*hehehehe… najis banged yah... Ve udah kayak l*sbi.. Sumpahh!! Ve masih normal, mengagumi sesama jenis, belum tentu memiliki perasaan seperti dengan lawan jenis, kan*</span><br /><br />Okehhh… Lanjut.. Dia sepertinya seumuran denganku, hanya wajahnya oriental abis, saya pun jamin darah Tiong Hoa mengalir kental dalam dirinya.. Kulitnya putih, rambut ombak-nya pendek sebahu berwarna hitam pekat, dan matanya sipitttt banged, dihiasi <em>contact lense</em> warna biru tua.... Asal dia senyum aja, maka kelihatan dua matanya itu hanya se-garis.. Namun itu yang lucu dan menarik dari dia….<br /><br />Sesekali saya menatapnya saat dia melayani <em>customer</em> lain, sembari saya menunggu di tempat antri bersama sejumlah antrian lain yang sudah mulai bete, dan terus saja melihat nomor antrian mereka, dengan harapan nomor itu berubah menjadi nomor paling pertama setelah <em>customer</em> yang sedang dilayani.. Agnes memiliki senyum yang manis.. Bekerja dengan cepat dan lincah, serta sangat ramah.. <span style="font-size:85%;">*jelas aja.. dia kan emang harus terus tersenyum selama melayani <em>customer-</em>nya.. Udah SOP*<br /></span><br />Terdapat dua meja <em>customer service</em> di bank tersebut, satu meja Agnes, dan yang satu meja Lidya, begitu nama yang tertera di papan nama berwarna biru yang terletak di meja masing-masing.. Tiba giliran saya, dan saya sepertinya ditakdirkan selalu bertemu Agnes, mengingat saya mengalaminya empat kali selama empat kali pula saya ke bank tersebut.. Awalnya dia seperti robot atau mesin penjawab yang begitu lancar mengucapkan salam serta sejumlah sapaan lainnya kepada <em>customer</em> pada umumnya..<br /><br />Pembicaraan dimulai dengan tujuan saya mendepositokan sejumlah uang di bank tersebut, kemudian berlanjut pada lowongan kerja yang sedang marak di koran dan media cetak lainnya. Akhirnya pembicaraan itu mulai mencair, dan mengalir apa adanya.. Ternyata Agnes adalah gadis yang sangat cerewet.. Sumpahhh… Tapi saya senang berkenalan dengannya.. Ke-kaku-anku pun mulai melunak..<br /><br />Untuk pertemuan kedua, ketiga, dan keempat.. Dia tetap mengucapkan salam formal saat saya duduk di depannya namun sambil cengengesan, dan begitupun diriku.. Kami seolah-olah bersandiwara.. Hihihihi.. Tapi setelah itu.. pembicaraan lebih banyak didominasi dengan keluh kesah dan konsultasi mengenai hal yang jauh berbeda dengan atmosfer tempat kami berada saat itu..<br /><br />Kami membahas mengenai nyaman tidaknya pekerjaan yang kami jalani, keluh kesah mengenai teman-teman di kantornya yang kadang egois dan masih mementingkan ke-senioritas-an <span style="font-size:85%;">*duhhh udah gak nge-trend kaliii.. kapan bisa berkembang kalo selalu merasa ada senior, dan junior harus selalu di bawah senior*.</span> Saya pun sempat membahas mengenai niatku menggunakan <em>contact lense</em> seperti dia, sampai pada dia lebih senang bekerja di Makassar dibanding di luar kota, karena ingin menemani mamanya…<br /><br />Pada hari keepat kami bertemu.. Saya lalu menyadari bahwa sepertinya saya pernah bertemu dia sebelumnya di waktu dan kesempatan yang berbeda.. <em>De javu??</em> Awalnya sih pikirku begitu juga… Namun setelah urusanku kelar dan kembali ke kantor, saya pun duduk di depan meja <em>make up</em>-ku untuk melakukan rutinitas persiapan siaran, <em>like I used to do</em>.. Dannnn.. Ahhaaaaa!!!!!! Saya tau sekarang.. Ternyata dia adalah temanku saat duduk di bangku taman kanak-kanak dulu..<br /><br />Mungkin kalian lalu mengangguk dan mengatakan dalam hati bahwa pantas saja kami cepat akrab layaknya seorang sahabat.. Tapi tunggu dulu!!! Agnes yang sekarang.. Jauh berbeda karakternya dengan yang kutemui 19 tahun silam di taman kanak-kanak.. Astaga.. Saya hanya mampu tergelak dan bersandar di depan cermin yang menampakkan diriku yang penuh gulungan rambut di kepala, serta wajahku yang penuh dempul bedak namun belum usai kuhiasi dengan warna <em>eyeshadow, blush on, lipstick</em>, dan sejumlah<em> item</em> lainnya…<br /><br />Saya kemudian <em>flashback</em> ke beberapa tahun silam, mencoba mengingat ulahnya yang sering membuatku terganggu dan menyulut emosiku.. Dia dari dulu memang sangat cerewet.. Juteeeeekkkk bangeddd… Diktator, selalu merasa benar dan berkuasa atas apapun di lingkungan kelas bahkan sekolah.. Terkadang saat sedang baris masuk ke kelas, dia sengaja mendorongku ataupun beberapa teman lain, hanya karena ingin mengambil posisi kami dalam barisan…<br /><br />Dia selalu merasa cantik, meskipun sumpahhhh..!! gak ada cantik-cantiknya sama sekali dengan potongan rambut mirip tokoh kartun yang lagi ‘in’ sekarang, ‘DORA’.. Terkadang saat dia melihat setelan tempat kue dan botol air minumku yang lucu lengkap dengan warna <em>pink</em> yang imut, dia suka nyeletuk, “Aku punya yang lebih bagus dari itu, yang itu murahan!” Ihhhhh.. Rasanya pengen kutimpuk dengan sepatuku.. Mana mukanya jutek banget lagi.. <span style="font-size:85%;">*Maaf, Nes.. Loe dulu nyebelin bangedddd* </span><span style="font-size:100%;">Tapi selalu kubawa sante saja, karena kalo mengikuti emosi ini, bisa-bisa tuh anak sudah kujadikan 'dendeng' <span style="font-size:85%;">*duhh sadisnya*..</span><br /></span><br />Bahkan dia punya kebiasaan yang kalo dia lakukan di sekitar kompleks rumah-nya ka Abo yang penuh dengan preman, mungkin dia udah diburu parang, bahkan dijadiin gantungan kunci.. Hahahaha… Dia suka mencubit! Mencubit dengan sangat kuat kepada beberapa orang yang dia anggap pasrah dan terima dengan kelakuan anehnya itu.. Salah satu korbannya adalah sahabatku dulu bernama Debi.. Debi sering menangis karena perbuatan teganya itu..<br /><br />Hingga suatu waktu saat dia melakukan itu ke Debi, saya mendatangi mereka lalu menepis tangannya.. <span style="font-size:85%;">*hihihi Ve udah kayak anggota <em>Power Puff Girls</em>*</span> Dia melihatku dengan tatapan tajamnya, tapi menurutku sangat jelek karena matanya yang sipit itu. “Ngapain kamu?? Sirik aja.. Mau saya cubit juga?* Gileee.. Dia ngomong sudah kayak penguasa sekolah aja, yang ancamannya hanya mencubit..<br /><br />Sayapun menarik tangan Debi dan berlalu meninggalkannya.. Sejak saat itu, dia pun sering menatapku dengan rasa benci yang akhirnya membuat dia tambah ceking <span style="font-size:85%;">*hehehehe.. itu analisaku lho.. ngapain juga sirik dipelihara, bisa jadi penyakit*</span> Berhubung peraturan di sekolah taman kanak-kanak-ku dulu sangat ketat dengan pengawasan suster serta guru yang disiplin abis, maka saya sama sekali tidak tertarik membuat gara-gara..<br /><br />Saya tergolong anak yang pendiam <span style="font-size:85%;">*oh yaaaaaa Ve??*</span> dan hanya ingin berteman dan belajar banyak hal.. Tidak tertarik untuk berantem ataupun menjadi preman sekolah seperti si Agnes itu.. Maka sayapun lebih baik menjaga jarak dengannya.. Radius 2 meter saja, hawa usil bin jahilnya udah kerasa, maka lebih baik mencari tempat yang aman sambil menikmati bekal siangku bersama temanku yang memang jumlahnya tak banyak, dibanding pasukan Agnes yang jumlahnya udah kayak jumlah anggota <em>Gang Yakuza</em> dari Jepang itu..<br /><br />****<br />Saya kemudian tersadar dari lamunanku… dan tertawa sendiri.. Hahhh.. Agnes.. Agnes… Betapa kau berubah sekarang.. Kau sangat ramah.. Kelihatan lebih manis, namun tetap aja cerewet… Hihihi.. Mudah-mudahan kita bisa tetap seperti tiap kali saling menyapa di tempat kau bekerja.. Dunia memang tidak selebar celana kolor yak.. ehhh.. selebar daun kelor, maksudku.. Hayooo.. Siapa yang ngerresss…??<br /><br />Hummmm.. Lalu saya berpikir.. Sungguh kurun waktu yang panjang penuh dengan pelajaran bagi hidup kita.. Menjadi tempat kita me-nyekolah-kan diri kita.. Entah menjadi lebih baik ataukah kita terlalu banyak bermain dan bersikap apatis terhadap tiap ilmu sederhana yang kita dapatkan, sehingga justru semakin jauh dari kebahagiaan dan kebaikan…<br /><br />Apapun itu.. Saya bersyukur kembali melihat Agnes dengan karakter yang beda dan lebih baik dari yang dulu.. Saya berpikir menjadikan dia sahabatku.. Hummm.. Dan setelah itu, akan kuingatkan dia masa 19 tahun silam dimana saya hanya gadis kecil yang pendiam dan pemalu, sementara dia… gadis kecil yang sangat berani dan penindas sejati.. Wakakakakak…<br /><br />17 April 2009<br />22:30 wita</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-90255217757959112702009-04-15T22:12:00.000-07:002009-04-16T11:00:33.016-07:00what a fashion (1)<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Oke.. Okee.. Maybe.. <em>I am not a fashionable girl.. Buttt… I really love Fashion World.. As you know…</em> dunia <em>fashion</em> itu sangat dekat dengan kita.. Khususnya buat cewek-cewek yang <em>concern</em> banget dengan <em>mix-match dress up</em>.. <em>Like me of course</em>.. Hummm.. Sebenarnya.. Tidak semua perempuan yang 'cinta' <em>fashion</em> dan berusaha tampil <em>fashionable</em> adalah mereka yang ingin mencari perhatian kalangan kaum Adam.. And souuuwww duuu ai<em>…</em> <strong><em>ABSOLUTELY NOT!!</em></strong><br /><br />Ini hanya bagaimana saya merasa nyaman dengan tampilan saya, dan membentuk <em>image</em> saya sendiri.. Meskipun setelah berpakaian sesuai gayaku lantas banyak <em>negative comment.. So what????</em> Yang jelas.. Saya masih berada di koridor yang benar dan masih ‘tau diri’ dengan kultur di negaraku dan lebih tepatnya di kota tercintaku yang kental banged dengan budaya “sirik” alias budaya malu..<br /><br />Namun mengapa saya begitu tertarik dengan dunia <em>fashion</em> serta sejumlah artis dan model yang menurutku <em>fashionable</em>??? Karena bagi saya <em>fashion</em> itu bagian dari seni, penuh warna, <em>design</em> indah bagi si pemakai, seksi.. <span style="font-size:85%;">*ingat!!!! banyak persepsi mengenai seksi dan tidak selalu fokus pada bagian tubuh tertentu melainkan lebih kepada tampilan keseluruhan*</span> Selain itu.. <em>Fashion</em> selalu unik dan sangat dekat dengan kaum prempuan, seperti saya ini, neng, akang, jeung, mas… Hehehehe..<br /><br />Hummm.. Sebelum saya berbicara mengenai <em>item-item</em> yang kental banged dengan <em>fashion</em>.. Ada baiknya kita mengetahui secuil sejarah <em>fashion</em> itu sendiri.. Okehhh… <em>Deal guysss??<br /><br />Fashion</em> dimulai dari tahun <strong>1920…</strong> Udah lama banget, yak.. Pada dekade inilah awal dunia <em>fashion</em>. Tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum cewek mencapai kebebasan dan kemerdekaannya. Yippiieeeyyy… Hidup cewek..!! Asal kalian tau, yahh.. Pada dekade sebelumnya, yang 'in' itu model baju ala Cinderella dengan rok super megar, serta pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum cewek <span style="font-size:85%;">*benerrrrr banged.. palagi kalau pinggangnya se-gede Ve… Gubrraakkk.. Bisa mati lemas..*<br /></span><br />Oleh sebab itu kawan-kawan.. <span style="font-size:85%;">*cieee.. sok pidato gitu*</span> sejak tahun 20-an, model baju tersebut ditinggalkan. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan yang berbeda. Inovasi terbaru muncul dari designer dunia, seperti <strong>Coco Chanel</strong> yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yang <strong>mementingkan karakter seorang cewek</strong>, dan dari sinilah dunia <em>fashion</em> mulai berkibar.<br /><br />Nahhh… Memasuki tahun 1930, perkembangan <em>fashion</em> agak lambat.. Hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946). Fashion akhirnya mulai <em>exist</em> lagi, dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, akhirnya kita bisa lihat bahwa sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi 'cantik' <span style="font-size:85%;">*setuju kannn*..<br /></span><br />Fashion bahkan memberi pengaruh hebat bagi dunia di luar fashion.. Terutama dunia film di awal tahun 50-an hingga 60-an. Beberapa <em>movie star</em> menjadi panutan di dunia <em>fashion </em>bahkan menjadi icon, Contoh aja nih, <strong>Marlene Dietrich</strong> dengan baju <strong>androginy</strong>-nya. Di era ini juga, <em>designer</em> dunia banyak melakukan inovasi. Dari London ada <strong>Mary Quant</strong> dengan <strong>rok mini</strong>nya dan <strong>Barbara Hulanicki</strong> dengan gaya <strong>street wear</strong> remaja London.<br /><br />Dari Amerika ada <strong>James Galanos</strong> dengan baju <strong>fitted</strong> dan <strong>Rudi Gernreich</strong> dengan baju-baju <strong>unisex</strong>. Kalau di Paris <span style="font-size:85%;">*<em>Goshh.. my really wanna visit city</em>*</span> dikenal <strong>Yves Saint Laurent</strong> dengan gaya <strong>tailoring</strong> buat cewek, lalu <strong>Pierre Cardin</strong> dengan baju <strong>space-</strong>nya dan <strong>Emmanuel Ungaro</strong> dengan <strong>fashion couture</strong>-nya. Berkembangnya zaman emang bikin dunia <em>fashion</em> juga terus berkembang. Dan, tidak menutup kemungkinan <em>fashion </em>dulu bisa kita rasakan kembali...<br /><br />Nahhhh… Udah kannn.. Masih banyak yang ingin Ve bahas mengenai <em>mix –match dress up which is deserve for me, for you, and for her... So.. Juz wait and see, galz…<br /></em><br />16 April 2009</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;">14:00 wita</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-69507039373424253862009-04-11T09:59:00.000-07:002009-04-11T10:09:27.521-07:0053 menit 49 detik<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Betapa hari ini begitu kunikmati.. Bagaimana tidak… Sahabatku Rolita berkunjung ke Makassar setelah entah sudah berapa bulan dia meninggalkan kota kenangan ini, untuk bekerja di Tangerang.. dan pastinya dia sudah cukup lama tidak bersua denganku.. Sejak hari Rabu kemarin, Rolita sudah tiba di Makassar bersama orang tuanya.. Dasar nihhh anak.. sampe sekarang gak bisa juga kalo gak ada orang tuanya.. <span style="font-size:85%;">*Emang kamu nggak Ve??? Hehehehe*<br /></span><br />Maka setelah jungkir balik liputan dan <em>live</em> di lapangan selama dua hari PEMILU, saya pun minta kebijakan untuk mengambil liburku di hari Sabtu dan Minggu, tidak seperti biasanya di hari Minggu dan Senin… Ini pun demi menyempatkan berkumpul dengan sahabatku di hari ini, karena esok siang, Lita <span style="font-size:85%;">*nama panggilan Rolita*</span> akan kembali ke Tangerang lagi…<br /><br />Hari ini kuhabiskan untuk bersenang-senang dengan Ayu, Rolita, dan Nuni.. Sayangnya Gita dan Immi tidak bisa ikut gabung untuk meramaikan kegilaan hari ini.. Wakakakak.. Secara yahhh Gita sudah di Gorontalo.. dan Immi sedang <em>honeymoon</em> di Bali.. Ouuuhhh Co cwiiittt… Sapa juga yang mau menukarkan waktu bulan madunya hanya untuk ngumpul sama cewek-cewek ceriwis seperti kami.. Hihihi..<br /><br />Yappp.. Meskipun sempat tertawa riang bersama mereka, foto-foto narsis, plusss.. karaoke-an gak jelas dengan tiga orang sahabatku itu.. Selaluuuuu saja ada yang mengganjal di pikiran.. Hufff… Ini sudah menumpang di pikiranku sejak dua hari kemarin.. Dan penyebabnya hanya satuuuu.. Ihhhhh… Menyebalkan!!<br /><br />Kenapa sih Ve gak bisa <em>independent</em>??? Kenapa harus selalu mengurusi mereka yang tidak pernah mau diurusi?? Mengapa begitu khawatir tanpanya?? Mengapa tidak berusaha tertawa lepas seperti yang mungkin saja dia lakukan jauh di sana..?? Mengapa tidak menikmati hidupmu dan lebih optimis bahwa masa depanmu akan indah pada saatnya…??<br /><br />Mana Ve tau.. Seandainya Ve tau.. Gak mungkin Ve kadang uring-uringan.. Gak mungkin Ve terlihat murung.. Pasti kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun Ve akan tertawa lepas, lebih riang, lebih ringan melangkah, tidak kepikiran macam-macam.. Berusaha mencair dengan siapapun.. Tidak menjadi seseorang yang kaku seolah tidak menikmati hidup dengan lepas...<br /><br />Dan saat sejuta pikiran itu berkecamuk dan berputar di kepalaku, sampe-sampe Ve gak konsen nonton <em>DVD</em> keren yang sedang di-<em>play</em>.. tiba-tiba saja deringan <em>handphone</em>-ku membuyarkan semua itu… Nama di layar <em>handphone</em> jelas membuatku mendengus kesal.. “Ahhh dia.. Kini apalagi...??”<br /><br />Seperti biasa dan dengan nada suara yang sama yang mungkin selalu dia rindukan, atau bisa juga justru membuatnya mual, saya pun menjawab teleponnya.. Pembicaraan pun mengalir.. Akkhhh.. Lama-kelamaan justru menyenangkan.. Melunturkan sebagian niat protesku.. dan meskipun saya protes, tidak dengan nada melengking kayak ibu kost yang lagi omelin penghuni kostnya karena menunggak bayaran 4 bulan…<br /><br />Yang terbersit hanya ‘rasa’ entah apa namanya, tapi memuatku tak ingin apa-apa selain memanfaatkan waktu menceritakan kebahagiaan yang kulewati sepanjang hari.. dan dia selalu setia mendengarkan <span style="font-size:85%;">*okeh.. kali ini dia benar.. mungkin saya KADANG ingin didengar, tapi ternyata masih banyak yang senang duduk di sampingku atau sekedar menerima telponku*</span>.. </span></div><div align="justify"></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Namun.. Saat itu.. saya hanya ingin mendengar tawa renyah itu.. Hanya ingin menciptakan sebuah <em>moment</em> dimana hanya itu yang kami bisa kenang saat kami sedang gundah dengan perasaan masing-masing… Saya tidak punya keberanian merusak gelak tawa kami.. Ataupun diam kami karena rindu ini sudah tidak bisa dibahasakan lagi..<br /><br />Tak ingin sama sekali saya mengacaukannya dengan sejumlah kekecewaan yang kusimpan rapi satu per satu, <em>bak</em> baju dan celana yang tersusun rapi di lemari.. dan mungkin suatu saat apabila sudah <em>full</em>, maka bisa saja terhambur keluar.. Hummm.. Saya kadang merasa seperti itu, tapi entahlah.. setelah kesempatan tiba.. Seperti semuanya tetap terjaga rapi.. Saya lebih pilih diam… dan menikmati sensasi 'waktu' itu..<br /><br />Uhmmm.. Selain menikmati sepanjang hari bersama sahabat-sahabatku.. Uhmm.. Terima kasih untuk 53 menit.. 49 detik yang kau berikan.. Mungkin esok.. tidak se-nikmat hari ini.. Tapi kata seorang kaka yang kaya akan kebijakan, kepadaku…..<br /><em>“Selalu bersyukur Ve.. Maka dengan begitu, kau akan merasa cukup, dik..”</em><br /><br />12 April 2009<br />00:58 wita</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-85364965309266641222009-04-05T07:47:00.000-07:002009-04-06T02:56:29.869-07:00antara cappucino dan teh tarik<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Hari <em>off</em> gini, gak biasanya saya nongkrong depan komputerku dan waktu masih menunjukkan pukul delapan malam… Namanya juga hari <em>off</em>, pastinya adalah hari dimana saya menghabiskan waktu dengan hal yang menyenangkan… Namun karena rasa capek dan lelah menyerangku lebih awal, jadilah aku kebingungan sendiri harus ngapain..<br /><br />Pengennya sieeehhhh minum kopi <span style="font-size:85%;">*ngapamieee yang <em>coffee addict</em>*</span>, tapi gak tau cara buatnya.. Eitttsss… <em>Don’t think that I’m too stupid to make it..</em> Hanya saja gak bisa jamin rasanya se-nikmat kopi di Dg. Anas.. Ternyata kegiatan minum kopi teman-teman kantor di warung kopi yang dulunya kuanggap membuang-buang waktu, ternyata dapat menjadi kegiatan yang sayang untuk dilewatkan, apalagi saat sore bersambut..<br /><br />Hummm.... Jujur yak, dulunya saya sangaaaattttt mmbenci yang namanya kopi.. Tiap kali saya meneguk secangkir kopi, seperti ada rasa aneh tertinggal di leherku, lalu tiba-tiba mengaktifkan alarm di kepalaku seolah tanda bahwa kepalaku akan mengalami pusing beberapa saat, jantung berdetak lebih cepat, yang akhirnya disusul dengan rasa mual, kemudian diakhiri dengan keringat dingin.. <span style="font-size:85%;">*Ve.. Kayaknya berlebihan banged deh.. Intinya kopi itu gak enak!!!!*<br /></span><br />Saya bahkan geleng-geleng kepala melihat dua temanku Ayu dan Gita yang tampak luarnya cantik, feminim, wangi, dan masih banyak lagi yang gak penting.. <span style="font-size:85%;">*hihihihi*, </span>yang merupakan pecinta kopi sejati, lebih tepatnya kopi susu atau bisa juga <em>cappucino</em>.. Tiap kali mengetahui mereka sedang menikmati secangkir <em>cappucino</em>, saya sering nyeletuk dengan kalimat, “Tinggal nambah sebatang rokok, asbak, dan koran, <em>and both of you seem like totally a MAN!!</em>”<br /><br />Hahahahaha... Saya lebih senang dengan minuman teh, khususnya teh tarik.. Merupakan minuman dengan campuran teh dan susu, cara membuatnya pun</span><span style="font-family:trebuchet ms;"> unik, yaitu dituang bolak-balik dalam wadah dan dalam jarak yang jauh, sehingga terkesan ditarik, dan akhirnya menghasilkan busa, tidak jauh beda dengan <em>cappuccino</em> kan.... Tapi tetep aja beda dongg… <span style="font-size:85%;">*maksudnyaaa*</span><br /><br />Pertama kali saya menikmati teh tarik, saat saya mengerjakan tugas penelitianku di bangku kuliah dulu. Kebetulan saya melakukan penelitian di sebuah warung kopi yang cukup terkenal di Makassar.. Sekali mencoba, saya pun benar-benar kecanduan.. Hehehehe.. Konvensional banged yak.. Menurutku itu sangat aman dan nyaman..<br /><br />Bagi saya.. Rasa teh yang sederhana dengan wangi yang khas, mampu mendamaikan perasaan seketika.. Kemudian campuran susu kental yang memberikan sensasi berbeda namun tidak se-“keras” <em>caffeine</em>, membuat saat-saat meneguknya menjadi begitu nikmat, tanpa ada rasa khawatir dengan <em>caffeine</em> yang berlebihan dan mempengaruhi kesehatan, ataukah pertanyaan mengapa rasanya agak pahit, atau mengapa rasanya tidak sebanding, dan pertanyaan aneh lainnya yang justru membuatku semakin panik... </span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Sementara <em>cappuccino</em>.. Okelah.. Memang minuman yang satu ini tidak 100% kopi, tapi tetap saja mengandung kopi.. Rasanya bagiku cukup “mengkhawatirkan”.. Saya menyebutnya sajian kopi <em>modern</em>, yapp nilai <em>exclusive</em>-nya tinggi dan sangat identik dengan mereka para <em>workaholic</em>. Mereka yang butuh kandungan <em>caffeine</em> sebagai tambahan “amunisi” yang mampu menambah semangad kerja dua kali lipat tanpa istirahat, hanya kerja.. kerja.. dan kerja..<br /><br />Namun.. Seminggu terakhir ini.. Entah angin macam apa yang menyambarku... Tiba-tiba saja di suatu siang<span style="font-size:85%;"> *halllahhhh kayak cerpen ajahhh*,</span> sepulangku dari <em>bank</em> setelah antri selama 45 menit dan cukup menguji kesabaranku, saya memutuskan melakukan suatu hal yang tidak ingin kulakukan sebelumnya… Minum kopi <em>or something which is contained of coffee..</em><br /><br />Saya pun menyempatkan diri ke <em>Excelco</em>.. Salah satu <em>unlike places</em> karena sajian minumannya yang kebanyakan mengandung kopi.. <em>But not for that day</em>.. Sluurrrp.. Sluurrrp.. Emmm.. Sluurrrrpp… Ternyata lumayan juga rasanya.. 5 menit.. 10 menit.. 20 menit.. Hummm.. Nikmat juga rasanya…<br /><br />Okey.. <em>How we say that I am getting addict now</em>.. Hehehehehe.. Yappp.. Ternyata rasa kopi lumayan juga, kopi susu yah.. Karena saya kayaknya belum mampu/berani menikmati kopi to’.. Bisa-bisa baru seteguk, rasa khawatirku sudah berlebihan. khususnya pada frekwensi detak jantungku dan nyut-nyut di kepalaku..<br /><br />Saat ini saya kemudian mulai menganalogikan diriku dengan dua jenis minuman itu.. Dua minuman itu seringkali tersedia di satu tempat yang sama, warung kopi misalnya.. Namun dua minuman itu tetap memiliki rasa yang berbeda.. Teh tarik melambangkan sisi konvensional dalam diriku..<br /><br />Diriku yang selalu menurut, yang selalu mengurungkan niatku membahagiakan diri dan lebih memilih untuk mendengar serta mematuhi, diriku yang berusaha berada di koridor yang benar, tidak senang dengan dunia gemerlap, ingin melakukan sesuatu dengan sempurna, berusaha menjadi kebanggaan..<br /><br />Dannn <em>cappuccino...</em> Refleksi diriku yang haus akan kebebasan, yang tidak monoton dipagari dengan peraturan yang harus dipatuhi.. <span style="font-size:85%;">*intinya <em>break the rules*</em></span> Ingin lebih fleksibel dari sekedar menyapa kenalan baruku hanya dengan senyum, melakukan hal-hal yang membahagiakan diriku dan tidak hanya terpaku pada kerja untuk mencari duit, tapi kerja adalah bersenang-senang…<br /><br />Mungkin sesekali keluar dari koridor demi menciptakan sensasi berbeda, bisa dilakukan.. Seperti.. Pulang kantor bisa <em>hang out</em> bareng teman dan pulang di atas waktu tengah malam... Salah??? Kesalahan?? Itu wajar Ve… Bahkan mengapa tidak mencoba melakukan banyak kesalahan, agar belajar lebih tegar dan belajar dari semua kesalahan itu..<br /><br />Dan.. hidup ini sebuah proses… proses itulah yang terpenting demi sebuah tujuann… <em>So.. Which one I have to choose cappuccino or</em> teh tarik? Emmm… <em>How about you, guys.. Which one do you prefer being for.. cappuccino or</em> teh tarik<em>????<br /></em><br />05 April 2009<br />21:00 wita<br /></div></span>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-10639287923560850392009-04-03T08:28:00.000-07:002009-04-03T08:34:49.843-07:00untitled 15<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ehhhmmm.. Permissiii <em><span style="font-size:85%;">(whispering)</span></em> <em>How do I say this?</em> Sebenarnyaaaaa saya pengen nulis banyak tentang perjalanan hariku.. Tapiii… Lagi gak ada <em>spirit</em> buat nulis.. Padahal kalo mau liat koleksi tulisan gak pentingku di tahun kemarin, hummm.. berlembar-lembar bowww… Kalo dijual di tukang loak, bisa beli satu indomi kari ayam + sebutir telur.. Okehh.. <em>You may say, I am unconsistent girl.. The important thing that I always be the real me.. Deal??!</em><br /><br />Mengenai saya?? Humm.. saya masih di tempat kerja yang dulu, sudah setahun lebih malah.. Meski tanpa kejelasan dan masih gitu-gitu ajah.. Pengen belajar banyak dengan suasana yang lebih menarik, but<em> unfortunately</em> <em>that is not the right place I think</em>.. Ve coba nikmati ajah apa yang sedang Ve jalani dan belajar bersyukur lebih banyak..<br /><br />Gileeee.. Koq jadi <em>wise </em>banged yahh.. Hehehehe.. Emang Ve lagi <em>cooling down</em> alias mendinginkan kepala di bawah AC kamar yang naujubileehhh panas seharian.. Yang ada emosiii mulu.. Pengen marah-marah gak jelas… Sensi-lah pokoknya… Kalo bisa teriak.. Ve bakal teriakk sekuat tenaga.. <span style="font-size:85%;">*ehh.. Ve emang dorong lemari pake sekuat tenaga segala.. ntar pita suaranya putus lho.. diganti jdengan pita kaset, mau??*<br /></span><br />Hubungan dengan dia?? Hummm.. <em>No comment</em> dulu deh.. Jangan ditanya dulu, Ve jadi mules banged nih.. Yang jelas ada nilai <em>plus</em> buat Ve dan dia.. Dan ternyata semua yang menyenangkan, emang fana yahh.. Gak ada abisnya dan gak ada puasnya.. Nuntut sana nuntut sini tanpa pernah bercermin.. *<span style="font-size:85%;"><em>Bet ai louve it... kip lerning</em> gituuww..*</span><br /><br />Okehhhh.. Ganti topik.. <em>Actually..</em> Ve sedang melakukan sesuatu.. Gak ngotot sihhh, tapi lumayan juga kalo misalnya berhasil.. Setidaknya ada peluang terbuka lagi, hanya saja orang di sekitarku mau gak yah nerima itu?? Uffff… Mau mencoba sesuatu yang baru, sekedar memberi warna bagi diriku yang kayaknya <em>getting grey.. </em><br /><br /><em>Anyway..</em> Tulisan pembukaku gak begitu menarik.. Maklum lagi kacauuu banged.. <em>But it’s okay… I’ll be fine.. Juz need time.. And see you so on…<br /></em> <br />03 April 2009<br />23:25 wita<br /><br /> </span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210905661056806848.post-12732809102943582782009-02-22T09:18:00.000-08:002009-02-22T09:23:47.396-08:00energi ganda<div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Malam itu segala penjuru ruang di kantor biro diramaikan oleh karyawan dan juga anak kontri Makassar dan kontri dari daerah yang dipanggil bergabung bersama kami. Puncak keramaian justru terjadi di teras depan, dimana telah terpasang tenda biru <span style="font-size:85%;">*bukan acara pengantin lhouuuwww*,</span> kursi-kursi yang tersusun rapi, dan berbagai <em>banner</em> bergambar karikatur <strong><em>bang One</em></strong> dan tulisan tvOne juga telah meramaikan suasana teras depan..<br /><br />Yappp.. Malam itu kami teman-teman di biro Makassar sedang membuat sukuran ulang tahun tvOne yang pertama secara sederhana.. Meski sudah lewat seminggu dari hari "H", namun masih disambut antusias oleh sejumlah undangan. Kami mengundang sejumlah wartawan yang ada di kota Makassar, serta kolega maupun rekanan yang telah mebantu dan mendukung kinerja kami, baik di lapangan maupun di studio selama kurang lebih setahun ini..<br /><br />Seperti biasa saat sejumlah tamu berdatangan, saya hanya mampu tetap duduk kaku di kursi presenter untuk menunaikan tugas siaranku sampai tuntas <span style="font-size:85%;">*itupun hanya satu berita, hiksssss*</span> Tiba-tiba saja ka Abo mulai mengeluarkan gurauannya.. “Aihhh Ve, maumi ulang tahunmu di? Mati mako kau, pokoknya bawako baju sekitar.. emmm.. lima.. eh.. emmm.. enam.. eh… tujuh lembar lah… Karena nda lolosko pasti disiram” Candaannya pun lalu disambut dengan protesku diiringi cekikikan teman-teman di kantor..<br /><br />Duhhh iyyalah.. Sapa sih yang mau disiram saat berulang tahun.. Namanya juga ulang tahun, usia bertambah, artinya tambah tuir dong… Makin dekat ajal kan.. Ehhh.. Ini malah mau disiram pula.. Ughhhh… Aneh-aneh aja kebiasaan anak-anak di kantor ini.. Entah sudah berapa orang yang menjadi korban <em>habituation</em> seperti itu, hanya karena yang lain ingin meramaikan suasana, dan paling seneeeeeengggg liat orang lain menderita..<br /><br />Setelah capek protes dan tertawa, saya lalu kembali berkonsentrasi dengan pekerjaanku <span style="font-size:85%;">*bukan pekerjaan siaran yah, pekerjaan utak-atik <em>Facebook</em>*</span> Saya lalu teringat tahun demi tahun yang lalu saat memasuki hari ke dua puluh empat di bulan Februari.. Selalu ada janji dan komitmen yang kubuat untuk memperbaiki diriku.. Untuk memperlihatkan sesuatu yang beda dan jauh lebih positif, sehingga semua proses yang kulalui memiliki arti.<br /><br />Namun... Ada saja yang tersisa.. Ada saja yang tertinggal.. Tidak terpisahkan dari diriku.. Menjadikanku sebagai sosok yang lemah… Pengecut… Penakut.. Hanya mampu bersahabat dengan riak kesedihan yang tiada reda.. Meski tawa kebahagiaan sempat menghiburku, tapi itu hanya penawar yang sekejap hilang…<br /><br />Lantas bagaimanakah di hari kedua puluh empat tepat pula di tahun ke dua puluh empat nanti??? Akankah ada sebuah perubahan besar yang terjadi?? Itu semua tergantung diriku.. Dan entahlah.. Saya butuh energi ganda untuk itu….<br /><br />22 Februari 2009<br />23:00 wita</span></div>Ve Mirantyhttp://www.blogger.com/profile/03124706194967496594noreply@blogger.com0