memilih...

Bukannya mendramatisir keadaan, tapi mungkin saya yang tidak bisa tegas untuk hidupku... Semuanya menjadi semakin pelik.. Saya hanya mampu tersenyum manis di bibir.... Apabila saya sudah terdesak dengan kondisiku dan tetap tidak mampu melakukan sesuatu, saya memilih mengalihkan pikiranku.. Mengingat-ingat kisah orang di sekitarku, daripada terus mengarang kisahku sendiri..

Sebutlah namanya Runi *nama samaran*... Awalnya saya tidak begitu mengenalnya, namun dia begitu antusias mengajakku berkawan... Usianya memang lebih tua dariku, tapi saya tidak pernah menambahkan kata, "ka", "mba", atau apalah untuk sebutan bagi yang lebih tua dariku.. Saya tetap memanggil namanya, Runi.. Parasnya manis dengan tinggi badan yang tidak melebihiku sehingga dia kelihatan lebih muda 2 tahun dari usianya yang beranjak 28 tahun...

Sejauh yang kutau tentangnya.. Runi berasal dari keluarga yang "ber-ada"... Ayahnya mantan pejabat di salah satu daerah yang *maaf* tidak dapat kusebutkan.. Runi anak kedua dari tiga bersaudara.. Saat ayahnya masih memangku jabatan di pemerintahan daerah, Runi dan saudara-saudaranya hidup sangat berkecukupan, bahkan lebih.. Mereka bahkan diberikan fasilitas kendaraan masing-masing...

Mereka akhirnya terbiasa dengan urusan masing-masing tanpa ada waktu untuk memerdulikan satu sama lain.. Pasca sang ayah lengser dari jabatannya, hal tersebut menjadi pukulan besar bagi mereka sekeluarga.. Untungnya kaka Runi yang merupakan anak tertua, telah berkeluarga dan memiliki mata pencaharian sendiri.. Sebenarnya, Runi pun sudah memiliki pekerjaan saat itu, bahkan bisa dikatakan posisinya strategis sampai akhirnya dia mengundurkan diri karena ketidaknyamanannya atas bisikan serta gosip dari teman-teman kantor yang irih dengan Runi yang semakin eksis..

Runi pun sejak saat itu sering berpindah tempat kerja dengan alasan tidak cocok dengan suasana dan kondisi kantor... Runi sesekali bercerita tentang kondisi keluarganya.. Baik itu dengan orang tuanya sendiri, kakanya yang jauh dan seolah mengabaikannya. Terkadang Runi kelihatan tegar, tetapi tidak jarang dia harus mengakhiri ceritanya dengan tangisan.. Saat itu saya pun hanya mampu menepuk bahunya atau mengusap kepalanya, layaknya seorang sahabat..

Selain masalah keluarga, sama seperti wanita pada umumnya, Runi pun terjebak dengan kisah asmaranya yang menurutku cukup rumit... Persoalan beda keyakinan kerap menjadi mewarnai sejumlah pasangan yang kutemui belakangan.. Gak usah jauh-jauh, my parents is one of them.. Runi berada dalam dilema yang cukup besar... Dia memikirkan orang tuanya yang jelas tidak akan menyetujui pernikahannya dengan Nuno, pria yang dipacarinya cukup lama.. Yahh kira-kira 10 tahun..

Di sisi lain, Nuno sangat kuat dengan keyakinan agama yang dianutnya.. Meskipun Nuno tetap berharap bisa hidup bersama Runi sebagai sepasang suami istri dan membangun sebuah keluarga.. Satu-satunya hal yang membuat mereka masih berhubungan sampai sekarang, adalah perasaan saling memiliki yang sangat kuat.. Hingga akhirnya hubungan itu masih "menggantung".. Atau bisa saja ada masalah internal yang tak kuketahui yang membuat mereka tidak berani memperjuangkan kebahagiaan mereka berdua.. Karakter masing-masing mungkin...

Stop mengenai kisah Runi, sahabatku... Saya lalu mendesah dan meneguk air hangat dari botol minumanku yang kubeli beberapa bulan lalu bersama teman kerjaku di kantor usai liputan, saat itu harganya murah banget.. Hehehe.. Hmmm.. Sebenarnya kita diberi kuasa olehNya untuk memilih dalam hidup ini dan bertanggung jawab dengan pilihan kita.. Tidak seorang pun yang berhak mengadili pilihan kita selain Dia..

Apabila kita memilih untuk menyayangi seseorang, maka sayangilah dia dengan tulus dan ikhlas.. Bukankah Sang Pencipta mengajarkan kita membangun rasa indah itu...

Apabila kita memilih untuk berada di samping seseorang selamanya, maka lakukanlah dengan satu kata, setia... Bukankah Sang Pencipta pun tak pernah meninggalkan kita sejak dia memutuskan menciptakan kita...

Apabila kita memilih untuk mencintai seseorang, maka yakinkanlah dirimu bahwa bagaimanapun roda kehidupan berputar, kau akan menerima dia apa adanya...

Semua pilihan ada di tangan kita... Apapun hasil pilihan kita, tidak terlepas dari campur tanganNya selama kita memberikan ruang bagi Nya, Sang Pemilik Kehidupan..

Hihihihi.. Saya tertawa geli dengan tulisanku sendiri... Sok tau saja.. Terlalu teoritis.. Pertanyaannya sekarang.. Apakah saya harus selalu mengingat kisah orang lain? Bagaimana dengan kisahku?? Sanggupkah saya memilih??

30 April 2010
03.30 wib

all about my hair

Sebagian besar lelaki mungkin menyukai perempuan berambut panjang... Itu juga salah satu alasan kenapa perempuan memanjangkan rambutnya... Selain agar kelihatan lebih anggun, feminim, serta trik untuk mengakali wajah chubby nya... Hehehe...

Sementara aku... Perempuan dengan bentuk wajah yang tergolong chubby, justru betah dengan rambut pendekku yang kadang sulit ditata... Sebenarnya sih bukan betah juga, tapi emang sulit buat manjangin. Hasrat buat potong rambut itu datangnya sebulan sekali saat rambut sudah mulai tanggung di leher.

Macam-macam lah dalihku dalam hati tiap kali terjebak dalam dilema, mau dipanjangin atau dipotong lagi. Bentuknya gak beraturanlah, gerahlah, atau kadang niatnya nge-trim doang, tapi jadinya malah... Jreng! Model bob pendek!.. Udah kayak pake helm... *maaf... Ini bukan menyinggung model rambut bob yang masih menjadi tren tahun ini*

Sebenarnya waktu duduk di bangku SD dan SMP, aku malah senang manjangin rambut... Palagi waktu SMP, aku sampe motong model shaggy, terinspirasi sama Sarah Sechan. Saat itu doi lagi jaya-jayanya sebagai VJ MTv.. Uhhh... Nge-fans banggeeeetttt... Sampe sekarang sih sebenarnya, secara doi smart banget and talkable *hellehh bahasanya*

Tapi jelang masuk SMA, aku pun bereksperimen dengan model rambut pendek... Dan emang nyaman banget, terasa lebih ringan, gak repot nyisir, apalagi mondar-mandir di salon buat perawatan rambut. Bebaslah pokoknya... Lama-kelamaan saya tertarik lagi manjangin rambut, soalnya lagi jaman rebonding dan smoothing... Hihihi...

Model rambut panjang itu bertahan selama 3 tahun, dengan model yang gak panjang banget, yahhh sekitar 10 cm di bawah bahu *apa sih... Gak jelas* Lalu akhirnya aku kembali memotong pendek rambutku saat memutuskan kerja di slaah satu tv swasta sebagai reporter/presenter. Dalam bayanganku, kerjaan itu pastinya membuatku lebih sibuk dan akan cepat gerah, so no time for hair care.. And finally that's true!!!

Ini merupakan tahun kedua aku terjebak dengan model rambut pendek... Tiap kali memandang rambut panjang teman-teman di kantor, atau para artis di beberapa film yang ku nonton, hummm rasanya pengen banget manjangin rambut... Oh yahh... Sampe-sampe sekitar 3 bulan lalu, aku mengambil jalan pintas dengan menyambung rambutku a.k.a hair extension..

Hahahaha... Aku sering tertawa sendiri saat mengingat masa-masa ribet itu. Menurutku itu salah satu hal bodoh yang kulakukan... Baru hari pertama pasca sambung rambut itu, aku udah stress menata rambut sambungan yang tebal dan kering serta kusut... Tapi aku berusaha menikmatinya... Ada yang senang melihatku dengan rambut panjang "buatan" itu, tapi ada juga yang memprotes keras nya, khususnya beberapa sahabatku...

Namun lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya deh... Belum "ring" sambungannya yang bikin alergi di leher dan kulit kepalaku... Lalu jenis rambutnya yang beda dengan rambut asliku.. Kalo nyisir rambut, pasti sesekali aku teriak "auw! ouch!! akhh!!" soalnya sisirnya sering nyangkut di ring-nya *kayak petinju aja pake "ring" hehehe*

Lama-kelamaan aku mulai gerah dengan rambut panjang "buatan" itu, dan kuputuskan untuk mengikatnya.. Tapi malah tambah jelek! Secara rambut asliku sangat pendek sehingga saat kuikat, otomatis banyak rambut pendek yang "lari" sana-sini karena tidak terjangkau karet rambutku... Sumpah! Jadinya malah berantakan... Ternyata bukan hanya aku yang repot, penata rambut di kantor pun terkadang bingung mengaturnya...

Akhirnya di suatu malam saat aku sudah gak tahan, aku mutusin untuk melepas rambut sambungan itu SENDIRI!! Sebenarnya tidak membutuhkan keahlian khusus untuk melepas rambut sambungan itu. Cukup menggunakan tang dan menguras tenaga lebih, maka satu per satu pun lepas.

Fiuhhhh... Setelah melewati 3 jam yang menegangkan, keringatku bercucuran udah kayak lari kelliling kompleks 10 kali *lebay*, dan akupun merasa lebih ringaaannn, bebas menyibakkan rambutku, meskipun pendek.. Rasanya gak ada beban... Saat itupun langsung kupensiunkan rambut-rambut sambungan itu...

Dan hari inipun, aku masih stay dengan rambut pendek ku, serta masih dengan niat tulus, ikhlas, lapang dada, tenggang rasa *loe kate pelajaran PPKn, Ve... Hihihi* memanjangkan rambutku.... Ufffff.... Berbagai upaya pun kulakukan, antara lain rajin keramas, pake hair tonic, creambath, dll... Tapi selaluuuu aja ada hal goib yang hasut Ve buat ke salon dengan alasan ngerapihin rambut... Hiksss...

Anyway... Gak penting sih cerita tentang model rambutku ini... But.. at least... Aku bisa sedikit menyampaikan uneg-uneg dan hal lucu tentang diriku yang berjibaku dengan niat memanjangkan rambut... Hihihi... Ohh yahhh... Terima kasih yah buatmu yang selalu terima diriku yang chubby dengan model rambut pendek yang tak sedikitpun menutupi kekurangan wajahku... Hehehe...

20 April 2010
00:32 wib

satu kisah

Ehm… Agak kaku untuk mulai bercerita.. It has been soooo long.. Ini sudah memasuki bulan ke delapan sejak Aku berhenti mengisahkan tentang Aku.. Banyak yang terjadi?? Yapp.. of course…!!! Sedih, senang, susah, gembira, dan lain-lain, uhhhh pokoknya banyak dehhh.. Udah berkarung-karung.. *hallahhh lebay*…

Yang jelas.. Ada satu kisah yang gimana yahh.. Bikin senang, nggak.. Sedih, dikit… Stress, banget.. Dan rasanya pengen berkemas dan berangkat ke bulan, menetap dan nyari kerja di sana.. Kali-kali aja mereka mau buka stasiun tipi lokal di sana.. Pemred-nya Neil Amstrong, lumayan tuh kalo jadi presenter atau reporter di sana, the one and only kan.. Gak perlu bargain lama-lama, pasti dapat gaji tinggi.. *wkwkwk.. terus gaji tinggi buat apaan non, belanja?? Jangankan mall, alfamart aja kagak ada*

Pengennya ceritanya ditulis, terus diblur gitu.. Tapi gak mungkin kali yakk.. Ummm.. Setahun lalu, Aku pernah punya cita-cita pengen nikah, pengen buka lembaran baru a.k.a berumah tangga.. Simpel sih yang ada di pikiran.. Yang penting bisa memenuhi tetek bengek kebutuhan pernikahan, pasangannya ada, sesuai harapan dan keinginan keluarga, built up feelings by the time, and then.. married!!!

But unfortunately... I am not that simple-think woman... I blame no one.. I just have an execlusive reason.. Well.. Not much I can explain 'bout my journey for three months about.. Udah kayak kisah sinetron dehh.. Ternyata semua yang kusebut di atas, bukan alasan utama sebuah pernikahan.. Aku mutar haluan secara tiba-tiba alias mengambil keputusan untuk berhenti menuju ke tahap perhelatan itu.. Gak tau deh siapa yang setuju, pastinya full of pro and kontra..

Yahhh.. Memang sulit untuk membuat orang sekitar mengerti alasanku.. Karena awalnya Aku pun tidak mengerti.. Sampai keyakinan semakin kuat setelah Aku mengambil keputusan tersebut… Meskipun itu akhirnya membuat banyak pihak yang kecewa, sedih, menentang, bahkan mungkin menghujat...

Aku yang sejak kecil mendapat perhatian penuh dari keluarga, khususnya dari papa dan mama… Aku yang selalu ingin dekat dan menjadi sahabat adik-adik di rumah… Aku yang selalu berusaha menjadi ponakan yang baik bagi tante dan om… Aku yang selalu merindukan sepupu dan kerabat.. Kini.. Hanya bisa menelan ludah dan melangkah sendiri menembus waktu tanpa kepercayaan dan keyakinan mereka semua..

Awalnya, Aku merasa semua ini tidak adil… Taukah mereka kalo aku pun sedih, bingung, membutuhkan bahu untuk menangis, bahkan sebuah pelukan hangat…?? Taukah mereka bahwa Aku tidak lalu bersenang-senang setelah mengambil keputusan itu?? Sayangnya mereka tidak tau, dan mungkin tidak mau tau…

“Yaaaa.. Itu resiko loe, Ve..!! Siapa yang suruh loe ambil keputusan aneh bin ajaib kayak gitu?? Loe mikir gak perasaan orang kayak gimana?? Kamu gak tau bersyukur!!” Kalimat semacam itu sering terngiang di telingaku, dan itu kuanggap ujian bagiku.. Sekali lagi, tidak ada yang mengerti alasannya, dan *bismillah* ini pastinya tidak lepas dari campur tangan Sang Pemilik Kehidupan..

Namun satu yang selalu buatku gelisah setiap waktu, mama… Sosok itu selalu terbayang… Keyakinan Aku yang begitu kuat, harus beradu dengan permohonan mama, dengan harapan mama… Dan itu yang paling berat… Bcoz she’s the one that I love so much!!

Tapi kata seorang kaka, “di dunia ini ada energi negative dan positif, adek” Maka.. Meski energi negative selalu menghantui Aku, membuat Aku menyalahkan diri sendiri, membuat Aku depresi.. Syukurlah energi positif itupun tak meninggalkanku… Akibat kejadian ini, Aku
belajar mengenal sisi lain kehidupan individu ataupun rumah tangga..

Banyak yang memang harus dipahami.. Bahwa cinta tidak hanya sekedar judul, ada beragam isinya yang kita abaikan.."Hari gini ngomong cinta Ve... Ayolahhh" Awalnya Aku juga mikir gitu... Tapi menurut Aku, hidup di jaman ini, justru harus lebih mengenal yang namanya "cinta".. Aku yakin, Aku terlahir dari cinta kedua orang tua.. Maka suatu hari, Aku ingin melahirkan jagoan dan peri kecil Aku atas dasar cinta itu... *amin*

Tulisan ini sama sekali tidak untuk menarik perhatian siapapun.. Ini Rumah Danau ku, apapun yang tertulis, maka itulah Aku.. Di sinilah tempat ku menemukan kehangatan tersendiri…

Dan.. Melalui rumah sederhana ini pun.. Kusampaikan maafku untuk ke sekian kalinya…

Kepada mama… Belum pun kubahagiakan dirimu, sudah kutorehkan luka perih padamu.. Percayalah, ma.. Luka yang kurasa jauh lebih pedih… Dan aku masih selalu merindukan sapaan hangat mama, serta lafadz doa yang tak kunjung letih…

Kepada papa… Mungkin putri sulungmu ini belum dewasa kemarin… Tapi ini adalah proses, pa.. I beg, don’t worry ‘bout me too much, you’ve taught me well.. Let me make it now.. I just ask your permit, and please keep my mom, brother, and sister…

Kepada adik-adik, sepupu, dan keluarga.. Well… This is me, If you don’t know me, It’s okay.. Just hug me tight… I need you, guys..

Kepadanya dan keluarga.. Maaf atas ulahku ini, mungkin tidak sekarang.. Suatu saat kau dan keluarga akan sadar bahwa inilah yang terbaik.. Bahwa keputusan ini kuambil bukan hanya memperhitungkan diriku, tapi juga dirimu, keluargamu, masa depanmu.. Kalau kau merasa ini tidak adil, katakan padaku.. Jangan mengeluh pada mereka di luar sana, karena mereka pun tidak benar-benar tau… Pesanku, jadikanlah peristiwa ini sebagai bahan evaluasi diri… Sujud maafku kepada ayahanda…

Lewat rumah danau ini pula, kusampaikan terimakasih yang tak berujung…

Kepada sahabatku yang masih percaya aku dan tak pernah letih mendengarku, serta senantiasa menopangku dengan semangat dan doa… Ternyata... Dalam kesendirianku, aku tak sendiri…

Kepada perantau…Aku punya satu kisah.. Dan aku masih yakin ini akan berakhir bahagia... Menururtmu??

7 April 2010
03:37 wib