kumpul-kumpul lagi

Kupikir acara jalan-jalan kali ini akan sama seperti biasa.. Eummm.. Sebenarnya sih sudah tidak biasa lagi apabila saya menghabiskan waktu jalan-jalan bersama adik-adikku yang cantik dan centil, ataupun bersama lima orang temanku yang sangat lucu dan sangat pengertian kepadaku, bagiku itu luar biasa. Waktu yang kuluangkan untuk bekerja, sudah hampir mengubur kebiasaanku melewati zaman bersama mereka... Yap... Hanya mereka... Soalnya saya jarang spending time sama orang lain, bagiku... Dengan mereka saya sudah merasa cukup.. Tapi yang hari ini, beda... Sudah lama kami tidak sekonyol ini, oh ya... they are Ayu, Immi, Rolita, Gita, dan Nuni. Yahhh memang semenjak Gita sudah balik ke Gorontalo, Immi yang alhamdulillah sudah bekerja.. Serta saya yang mendapatkan pekerjaan baru yang memang lebih baik untuk saat itu.. Tapi memang lebih sibuk dan memang beda lah pokoknya ­^_^ Kami sepertinya kehilangan waktu-waktu yang berharga untuk ngumpul, becanda, gila-gilaan (tolong... para pembaca tidak terlalu ekstrim menginterpretasikan kata ”gila-gilaan”, karena kami masih sangat waras...)

Hari ini adalah hari ulang tahun Ayu, tepatnya dua puluh lima mei dua ribu delapan.. Hahhh anak centil dan cerewet itu akhirnya berusia dua puluh dua tahun, memang dia dan Immi terhitung lebih muda dibanding kami... Tapi cuma beda satu tahun koq.. So please don’t think that we are too old.. pleaseeeee... Seperti biasa sudah hukum rimbanya, yang berulang tahun mentraktir kami-kami yang lagi bokek karena sudah mengeluarkan duit beli kado buat si bday girl.. Hehehe... Terlalu berlebihan kali yah.. Hari itu Ayu mengirimkan sms berupa undangan makan di Mall Panakkukang (MP).. Dalam kalimat smsnya seolah-olah MP itu adalah rumahnya.. Hahhh.. Dasar Ayu narsis.. Sebenarnya kami semua kayak gitu.. Huehehe.. Memang sih... Gita gak bisa ikut, yahhh... Mau diapa lagi, pilihan hidup serta takdir yang membuat dia harus kembali ke kota kelahirannya itu, sekedar info alhamdulillah dia juga sudah dapat kerja sejak bulan kemarin.. Wish you the best sister.. Missyou...

Akhirnya kami ketemuan di depan toilet di MP.. Yap... tempat itu seperti tempat favorit buat janjian, lebih gampang ketemunya, meskipun gak keren.. Ternyata saya bukan orang paling telat, masih ada si Nuni yang tidak bisa melepaskan predikatnya sebagai yang selalu ditunggu... Jadi ingat masa kuliah dulu, Nuni selalu membuat kita semua gemesss... Yah selain dia yang paling “berisi” dan chubby.. kami gemes karena keleletannya... Kadang udah last minute kuliah dimulai, dia masih ditunggu.. Okelah kalo cuma kuliah biasa, kami senang-senang juga sihh... Tapi gimana kalo mid atau bahkan final test.. Nah lhooo!! Mampuslah kita.. Dannn ini yang paling parah!! Kalau kita lagi lapeeerrrr banget, dan dia masih dengan segala kesibukannya, dan akhirnya buntut-buntutnya dia bilang “kayaknya saya gak makan siang sama kalian, masih banyak tugas”... Aduuhhhh Nuni sayang, cinta, manis, madu... Kenapa gak bilang daritadi?? Tapi untunglah dia jarang membatalkan, tapi menunggu bagi kami, itu pasti! Yahhh sudahlah.. we still love you, karena kami juga punya kelakuan-kelakuan aneh, saking anehnya.. kami menyebutnya aib.. Hahaha.. (sekali lagi para pembaca, tolong jangan se-ekstrim itu menilai kami)

Setelah Ayu berniat memborong satu buah baju yang diskon 50% ditambah 20% kalau membawa kupon yang tercantum di koran Kompas hari itu, hiks... sungguh tidak adil, dua bulan lalu saya membelinya dengan harga utuhhhh!!... Kami pun bertemu dengan si Nuni... Menuju MG Resto untuk makan siang yang menurutku sudah cukup telat, jam dua siang, padahal janji kumpulnya jam 12:00. Tapi saya mengerti, kami selalu begitu, dan bagiku itu sangat berharga dari mereka. Mereka selalu berusaha mendahulukan kewajiban shalatnya, saya belajar banyak dari mereka. Saya saja terlambat karena menunaikan kewajibanku itu, Nuni juga pasti telat karena itu, meskipun rumah kami berdua terhitung dekat dengan MP. Dan saya yakin Immi, Ayu, dan Lita datang lebih awal di MP karena mereka berpikir rumah mereka jauh, jadi shalatnya di mushollah yang tersedia. Kadang.. Meskipun kami melakukan hal-hal yang menyenangkan seharian, satu yang membuat saya selalu merasa terjaga, keyakinan mereka yang begitu besar, kecintaan mereka pada Sang Pencipta, dan janji melaksanakan kewajiban mereka kepada Allah. Yahhh.. kami kadang juga khilaf karena kesibukan yang seabrek-abrek, tapi bagi kami itu penyesalan juga.

“Mir pake tangan kanan” tegur Ayu yang memang menyapaku dengan nama Mira, melihat saya yang mencicipi es teler miliknya. Yahh saya kidal.. Dulu lebih parah, semuanya harus menggunakan tangan kiri. Hmmm... sekarang alhamdulillah untuk makan dan beberapa hal yang harus menggunakan tangan kanan, saya usahakan. Meskipun kadang saya masih kelupaan, apalagi kalau makan hanya dengan sendok minus garpu. “Saya masih ingin kita semua berkumpul dan menghabiskan waktu di akhirat nanti, tempat yang dijanjikan kepada kita yang berada di jalanNya” Yahhh... Seperti biasa, kami narsis lagi, tapi insya Allah,, Hahh.. cuma senyum, namun hatiku ini terenyuh mendengarkannya. Kami bercanda dan bercerita, membuat jadwal jalan-jalan baru lagi, karena kami sadar sudah tidak intens lagi bertemu.

Kami pun mengabadikan kebersamaan itu, biassa take a picture. Sekali lagi.. Emang narsis kali yah.. Hahahaha.. Jadinya sih delapan foto.. Tapi kami harus dikutip sampe 20 kali dan makan waktu setengah sampe satu jam, tentunya dengan hiruk pikuk yang kami ciptakan. Humm.. Seandainya si kecil itu ada, yap Gita memang bertubuh mungil.. Salah satu dosenku pun terheran-heran ada mahasiswa semungil Gita, “seharusnya kau ini masih duduk di SMP, bukannya di universitas” ujar Pak Darwis Ali. Kami pun gak bisa menahan riak tawa yang keluar begitu saja, yahh that’s real. Setelah mengitari seluruh pelosok mall, kami akhirnya menemani Nuni ke sebuah resto yang baru diresmikan, namanya D’cost restoran bintang lima, harga kaki lima, (bagi pembaca, ini memang baru di Makassar, harap dimaklumi. Hehehehe..) Nuni ingin membungkus makanan untuk dibawa pulang buat santap malam, yahh.. saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 17:30.

Hmm.. Desainnya boleh juga, harganya juga.. boleh dehh.. Hehehe.. terhitung murah untuk tempat makan di sebuah mall, dan Nuni yang suka mencoba hal-hal yang baru, meskipun itu adalah makanan, tapi kami menganggap dia cukup berani, dan memang pilihannya selalu enak. Seporsi kerang dan Nasi goreng, membuat kami menemani Nuni menunggu sekitar 30 menit di kursi sofa yang memang disediakan buat orang-orang yang hanya membungkus. Kami sudah seperti pagar ayu di sebuah acara pernikahan, atau penyambut tamu di sebuah acara seminar.. Ini karena letak duduk kami dekat dengan pintu masuk. Berbagai lelucon-lelucon konyol kami ciptakan, yang membuat kami tertawa terbahak-bahak.. Upss.. Lucu sekaliii... Sampai supervisor yang tidak bersalah pun kami jadikan bahan tertawaan.. Maafkan kami yang begitu menikmati hari kami... Itu juga karena gaya jalannya yang aneh, dengan HT dan headset ditelinganya, layaknya pengawal istana atau bodyguard seorang Mariah Carey, plussssss dasinya yang bergambar Bugs Bunny.

Setelah semuanya selesai, saya putuskan untuk balik ke rumah lebih cepat karena pengen shalat magrib di rumah, sementara mereka pengen melakukannya di mushollah, mengingat jarak rumah yang tidak mengizinkan mereka untuk bisa tiba tepat waktu. Kami berpisah dengan senyuman sisa-sisa candaan seharian.. Hahhhh makasih buat hari ini, makasih buat semuanya, makasih untuk persahabatan yang semakin mengerti satu dengan yang lain..

“teman adalah anugerah yang membuat kita tertawa, menangis, menerima, memberi.. dan yang paling penting ialah membuat kita menghargai hidup... jika suatu hari, entah esok atau kapan pun kamu pergi dan melupakanku.. ketahuilah.. hadiah terindahku adalah.. mengenalmu....”

27 Mei 2008
07:58 wita

dan saat semua yang membahagiakan ini kutulis, hahhh.... papa berulah lagi.. please pa.. jangan suka mengatakan hal-hal yang menyakiti kami...

panggil dia "Abo"

"Vero.. titip salam juga buat anak MetroTv, Budi, Opik, dan Abo", begitulah sekenanya yang disampaikan ka Dayat, campers di studio. Dialog itu terjadi saat saya menjadi presenter acara Sambalu di salah satu stasiun tv lokal tempatku bekerja, setahun yang lalu sihh.. Tempat dimana saya banyak belajar dan berkarya, memulai sesuatu yang berharga dan menjadi bekalku sampai saat ini... Tapi tunggu dulu.. kita kembali ke dialog yang tadi, ada nama yang dicetak tebal dan miring, "Abo". Saat itu saya berpikir dan mencoba menggambarkan sosok seorang Abo, secara yah saya sudah cukup mengenal ka Opik dan ka Budi. Pendek, agak gendut, dan plontos, itu gambaranku tentang dia. Hahahaha... Soalnya nama "Abo" fisiknya lebih cocok seperti itu menurutku.

Dan akhirnya saya bertemu dia saat saya mengikuti test di MetroTv.. Astaga... Jauh dari yang saya bayangkan, saya tidak menyangka penampakannya seperti itu, kutilang, kurus-tinggi-langsing... Humm.. Hanya sebatas itu yang bisa saya jelaskan mengenai dia saat itu... Saya tidak menyangka kalau akhirnya saya berada di satu wadah berlogo merah dengan simbol lingkaran merah dan angka satu yang berdiri dengan kokohnya dalam lingkaran tersebut, tvOne.

Andi Ahmar... Begitu nama lengkapnya.. Eummm bagaimana skenarionya sampai dia dipanggil "Abo" yah? Saya agak khawatir dengan dia, guratan tegas di wajahnya menampakkan sesuatu yang berbeda. Apalagi begitu dia melihat saya yang kesannya seperti perempuan yang manja, dan saat itu memang intensitasku turun ke lapangan hanya sesekali. Tapi saya pikir justru dialah dan teman-teman di kantor yang akan mengajarku lebih banyak lagi tentang hidup sebagai seorang jurnalis.

Bagi saya, dia adalah sosok kontroversial.. Jawabannya selalu dengan nada tinggi dan kalimat-kalimat yang tegas.. Kadang menyinggung, kadang juga mengesalkan.. Maaf yeee untuk anak-anak kontributor.. Sebulan, dua bulan kerja sama dia cukup membuat jantungku berdegup gak karuan kalau ngomong sama dia, takut kalau-kalau salah ngomong.. Takut kalau dinilai gak mampu, apalagi kalau disandingkan dengan mereka yang sudah sering menghiasi layar dengan laporan mereka. Tulisannya di papan putih yang merupakan papan koordinasi, cukup sulit untuk dibaca. Kalau dilihat dari tulisannya, dia lebih cocok jadi dokter deh.. Tapi janganlah dokter anak, nanti pada nangis semua pasiennya.. Taulahhh ka Abo.. Meskipun setiap huruf itu kurang sempurna, tapi tulisan di papan itu selalu menjadi perhatian kami. Suaranya yang sekali lagi... bisa menyaingi suara HT dan suara TV dengan volume 20 ke atas, kadang saya pikir, yang mana mi ini mau didengar.. Dia yang tidak bisa diam kecuali tertidur pulas, lebih tepatnya tidur balas dendam karena sulitnya dia memejamkan mata di malam hari....

Ka....
Meski semua itu adalah kejujuran, saya mohon jangan tersinggung. Ibarat sebuah lagu, tulisan di atas adalah intro. Saya hanya ingin bilang.. Dengan dirimu yang kugambarkan lewat kata-kataku yang sederhana, kau adalah sesuatu yang kami banggakan. Kau adalah satu dari empat panglima perang di benteng ini. Kau adalah dirimu, dan tak tergantikan... Kau adalah... Ahh.. Kau adalah bagian dari kami...

Saya adalah adikmu??? Makasih ka... Maka ijinkanlah saya menyampaikan apa yang saya inginkan.. Janganlah meninggalkan semua ini begitu saja, yakinkan dirimu ka.. Pikirkan yang terbaik bagimu.. Dan saat semua ini layak untuk kau pertaruhkan... Saat semua ini akan tetap menjadi yang tidak terlupakan... Ijinkan lagi saya menyampaikan sesuatu.. Raihlah apa yang terbaik buatmu.. Apapun itu, selagi itu baik buatmu... Selagi itu aman dan nyaman buatmu, karena semua ini bukan hanya karya, tapi juga rasa..

Masih ada satu lagi ka... Maaf saya menambah bebanmu, tapi menurutku ini adalah jalan keselamatan buatmu... Bersujudlah kepada Sang Penciptamu, agar jalan gelap di depan menjadi terang dengan cahaya di ujung jalan itu (sedikit kutipan dari Budi Zulkifli)... Agar semuanya jadi lebih jelas untukmu... Kami akan selalu membantu dengan serangkaian doa yang kami lafazkan untukmu.. Bagi kami.. Jejak yang kau torehkan di hati kami, akan selalu menjadi kenangan buat kami, saat kau tetap dekat dengan kami, ataupun sebaliknya... Hahhh.. Heii penjejak.. seandainya semuanya bisa ditawar....


22 Mei 2008
01:09 wita

hehehe... namanya juga usaha ka...

tujuh belas mei yang menyenangkan

Langkahku terayun dengan semangat begitu memasuki teras kantor... Terlihat wajah si Itol, Aja, pa Haking yang cukup terperanjat melihatku. "Yahhh.. koq sepi", pikirku.. Tapi saya cukup antusias memasuki ruang tengah kantor dengan membawa dua kantong terang bulan, teman-teman lalu menyambutku dengan gembira.. Biassalah kalo makanan jieeee, palagi gratis.. hehehe.. Sowry friend, but it's real, and that's why I like you.. Ternyata mereka sedang menyaksikan pertandingan final uber cup, well.. saya agak malas menyaksikannya mengingat pertandingan final thomas cup yang gagal.. Ah... benar kata ka Budi, apalagi yang bisa dibanggakan, masih adakah yang tersisa.. Tapi saya masih juga merasa bangga dengan warna merah putih itu..


Kuperbaiki karpet biru yang terbiasa di parkir di samping meja presenter, mencoba mencari PW alias posisi wenak, dan aku pun duduk. Itol, Aja, pak Haking, dan ka Takbir yang keluar dari peraduannya di ruang komputer, bersorak menikmati terang bulan hangat itu. Kelihatannya enak, tapi saya sudah keburu kenyang, mama dan papa mengajak saya dan adik-adik makan di tempat favorit kami, seafood, hmm... nyummy.. Ruang tengah jadi terlihat lebih rame, teriakan teman-teman seolah-olah menggambarkan suasana lapangan bulu tangkis. Hahahaha.. Saya seperti lagi nonton lawakan, kerjaku cuma ketawa dan ketawa saja. Mereka terus saja nyeletuk hal-hal yang lucu dan menurutku aneh, seperti ka Takbir yang terus saja bersorak untuk negara China karena merasa bahwa dia keturunan tiong hoa, hallllaaaaahhh.. Belum lagi pak Haking, Aja , dan itol yang mebuat dialog pendek yang menurutku lucu sekali, dan ka Budi yang melengkapi suasana malam itu dengan humor-humornya yang kadang idealis, kadang juga konyol...


Malam minggu kali ini, berbeda dari biasanya. Kemarin-kemarin saya menghabiskan waktu dengan keluarga kemudian mendekam di dalam kamar, malam ini lain. Ini karena ajakan Nanie dan anak magang yang lain.. "Ka... sekali-sekali nginapki di kantor.. Supaya bisa menghabiskan malam sama-sama, apalagi kami udah mau diusir nih dari kantor", yahh saya ngerti.. jadwal magang mereka sudah hampir selesai. Meskipun gak nginap, tapi saya coba untuk menghargai permintaan pemirsa.. Hehehe.. Saya juga penasaran dengan suasana malam di lantai atas kantor yang beratapkan langit. Dengan semangatnya saya naik ke atas. Ada Indi, Nani, Mimin yang sedang ngobrol dan bercanda. Sekali lagi mencari PW untuk duduk, dan aku sadar ada si Madi yang sedang duduk di atas genteng sambil menyanyi, dan saya yakin... dia tau kalau suaranya itu fals!!.. Hahahaha.. tapi saya ngerti, pengen meluapkan sesuatu lewat lagu kali yah...


T
iba-tiba ada Anchu, menyusul ka Budi, dan suasana jadi begitu ramai. Hahhhh candaan kalian itu bagaikan tiupan angin bagiku yang kegerahan dengan penat yang membungkusku. Tawa ini terus menghiasi wajahku dan teman-teman meskipun hanya diterangi cahaya rembulan dan gemerlap bintang.. Nani dan Indi pun turun, mereka pengen cari makan, wahhh asyiknya hunting makanan malam-malam, "hati-hati yah de", yahh mereka sudah saya anggap sebagai adik sendiri.


Seperti sebuah pertunjukkan lawak srimulat yang sedang berganti pemain, tiba-tiba ka Abo, menyusul Itol, dan suasana itu tidak hambar ataupun stagnan, justru semakin menyenangkan. Apa yahhhh... Yap!!! Penyajian mereka... Mereka mampu menyajikannya begitu special buat saya, saya hanya tertawa, dan sedih yang membelenggu, hilang seketika... Ahhh.. Kalian ini.. Apa sih kalian itu... pakaian yang kadang lusuh dengan menggunakan metode side A - side B, wajah yang dekil karena terkena terik matahari dan debu, keringat yang menempel di tubuh kalian, sendal jepit yang cocok banget dengan tampilan kalian, yaaa kadang juga sepatu sih, tapi tidak menambah 1% pun ketampanan kalian... Apa sih kalian yang hanya sibuk dengan handycam yang sudah seperti pacar kalian... Hahahaha...


Kalian adalah segalanya yang melunturkan rasa sedih ini.. Segalanya yang menghapus kegalauan ini walau sesaat.. Segalanya yang berjuang, bertarung, dan menang, meski kadang juga harus menelan pahit kekalahan. Hmmm... Teruslah seperti ini... Teruslah menjadi pemeran utama dalam rumah putih ini.. Teruslah berkarya.. Teruslah menanam benih persahabatan itu... Jangan pernah letih menghiburku.. Karena saya tidak pernah letih mendengarkan kalian, sekali lagi.. di dalam rumah putih ini...


21 Mei 2008
00:21 wita

malam minggu yang menyenangkan.. makasih yahhhh...

untitled5

diammmmmmmmmm!!!!!!!!!!!!!... Jangan bicara lagi.. Biarkan saya berhenti sejenak.. Ijinkan saya menyelamatkan semua yang masih tersisa.. Meskipun saya tidak sanggup untuk semuanya, tapi tenanglah... Saya tidak akan melibatkanmu... Meskipun ini sakit... Meskipun ini berat... Meskipun ini sulit saya terima....
Jalan di depan masih sangat kabur.. Tapi saya janji, saat semuanya jelas, itu hanya untuk kebahagiaanku...

19 Mei 2008
21:53 wita
entah sudah yang ke berapa kalinya, yang jelas hanya ini yang bisa saya lakukan, menangis....

untitled4

Harusnya saya sudah menuliskan sesuatu yang menarik malam ini.. Tapi.. Tiba-tiba saja bayangan itu datang... Gelap??? Iya... Meski dulu ada secercah harapan buat semua itu.. Ahh.. kenapa harus datang lagi? Kenapa bayangan itu tidak mencari tempat persinggahan yang lain? Apakah semua halte sudah penuh? Ataukah ini memang ujian buatku?? Kalau ini memang ujian, tolong jangan terlalu lama.. Saya capek dan letih untuk menangis dalam hening, bersembunyi dibalik tirai tawa, dan berharap dalam ruang hampa... Bolehkah saya menawar????
19 Mei 2008
00.10 wita

pak Gusni.. pak Gusni..

Hahahahaha... Saya teringat kisah di kantor tadi sore.. Seorang SPB (sales promotion boy) datang ke kantor biro, mencoba mempromosikan produk yang dia jual dengan harapan menarik minat kami. Dia datang memecah keramaian tawa kami mendengar lelucon ka Abo, "permisi pak, saya minta waktu bapak 3 menit saja untuk sosialisasi produk saya ini." Ka Abo dengan sigapnya mengarahkan telunjuknya ke Chandra, "oh.. ini pak!.. sama dia cocok...", ujar ka Abo. Chandra yang tidak ikhlas dengan semua itu, lalu berlari memanggil pak Gusni yang berada di dalam kantor, dengan niat untuk menghibahkan tawaran SPB itu ke pak Gusni saja. Pak Gusni lalu keluar dengan wajah heran, dan seandainya saya bisa membaca pikirannya, dia seperti menanyakan siapa gerangan yang mencarinya sore-sore begini. Saya yakin Chandra memancing pak Gusni dengan dalih bahwa ada orang yang datang mencari pak Gusni dan sepertinya penting.

Hehehe.. Kasian pak Gusni, memang sih dia hanya bisa senyum-senyum apabila diganggu atau diledekin sama anak-anak di kantor, tapi apakah yang seperti ini bisa dia tolerir. Saya masih ingat di suatu sore, ka Abo yang turun tangan langsung mencuci motornya demi menyadarkan dia bahwa motor itu sudah sangat dekil dan membutuhkan perhatian dari tuannya. Seandainya motor itu bisa memilih tuannya, dia pasti lebih memilih Chandra, kenapa???? Karena mobil kantor saja dia cuci berjam-jam, bahkan melebihi waktu mandinya sendiri, apalagi motor pak Gusni. "Maaf komandan..." Hehehe itu panggilan sayangnya buat ka Abo, ka Takbir, ka Budi, dan ka Tody. Dia lalu menarik selang dari tangan ka Abo dan melanjutkan untuk mencuci motornya. Motornya itu penuh debu, pasir, dan tanah. Seandainya ditanam jagung ataupun tumbuh-tumbuhan lain, pasti tumbuh, hahaha... itu kata ka Abo dan beberapa anak kontributor. Yahh.. tapi begitulah pak Gusni, dia hanya tersenyum dan nyengir-nyengir.

Ternyata produk yang dibawa oleh Amri, nama SPB itu, adalah alat pemijat. Dia menyalakan alat yang bergetar itu dan tinggal diletakkan di bagian tubuh yang pegal atau keseleo. Meskipun tampangnya agak kuyu karena mengelilingi sejumlah perumahan, namun dia tetap bersemangat mendemonstrasikan alat tersebut. Terlintas di benakku... Betapa sulitnya Amri ini mencari makan untuk hidupnya, tapi insya Allah suatu saat dia bisa menjadi orang hebat karena usahanya yang begitu gigih, amin.

Sambil meletakkan alat pemijat yang sedang bergetar tersebut ke beberapa bagian tubuh pak Gusni, Amri bertanya, "Apa keluhannya pak selama beberapa hari terakhir ini??". Pertanyaan tersebut dia lontarkan dengan harapan bahwa pak Gusni mengeluhkan salah satu bagian tubuhnya yang agak pegal, dan Amri akan mencoba membuktikan bahwa alat itu sangat berguna.

Hahahaha... Hmmmphhff.. Maaf... Jawaban pak Gusni justru jauh dari harapan, "eummm.. anu... kurang beritaku...." HUAHAHAHAHAHA!!!! Sontak kami semua yang ada di sekitar mereka, tertawa terbahak-bahak. Seorang pak Gusni gitu lho, dengan tampilan yang seadanya dan usia kira-kira di atas 35 tahun.. Yahhh kalian bisa lihat, kami sampai memanggilnya dengan sebutan "pak".

Suasana sore tersebut sangat ramai.. Namun saya sempat tertegun sejenak dibalik senyum tipisku saat melihat Amri berlalu dari hadapan kami. Dia pamit dengan wajah yang tetap ceria namun sekali lagi!! dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang kuyu dan tanpa asa. Hahhh... Tenanglah Amri... Suatu saat benih yang kau tanam, akan menghidupi dirimu dan orang-orang yang kau sayangi... Amin...




16 Mei 2008
23:37 wita
thanks God.. You create me in the midst of perfect moment..

untitled3

Sulit sekali bersembunyi dibalik senyum dan tawa ini.. Sulit sekali menahan air mata yang seandainya kuikhlaskan untuk mengalir, maka semua peluhku ini menjelma, mengalir sampai batas dan waktunya.. Sulitkah memberi izin padaku untuk memuaskan dahaga ini dengan karya tangan sendiri?? Saya seperti penonton yang tolol yang duduk di sisi ruangan menyaksikan semua keberhasilan kalian. Rasanya seperti dipermainkan zaman.. Ya Tuhan.. Maafkan kelancanganku.. Aku hanya ingin berkarya seperti dulu lagi, bukan untuk siapa-siapa... Hanya untuk diriku

15 Mei 2008
22:10 wita
.......

It's my choice

Hujan batu... Astaga…..!!! Saya berada di antara serangkaian hujaman batu tersebut, entah ditujukan kepada siapa sebenarnya.. Jangankan polisi, para pengguna jalan dan pemilik toko yang tidak berdosa, juga terkena lemparan.. Mahasiswa universitas 45 tersebut seolah-olah mengajak berperang. Sambil mencoba mencari tempat berlindung dari lemparan batu, terlintas di benakku, "apa yang mereka pikirkan saat melempar batu-batu tersebut?". Yang saya tau, mereka berorasi sampai tenggorokan mereka kering, membakar ban di tengah jalan, rela membakar kulitnya di bawah terik matahari, untuk sebuah perjuangan demi rakyat. Mereka menyampaikan aspirasi rakyat yang khawatir dengan rencana kenaikan harga BBM, menyuarakan betapa beratnya beban rakyat sekarang dan harus ditambah dengan beban lain seperti kenaikan harga BBM tersebut. Tapi...... Mengapa mereka menutup jalan sehingga arus lalu lintas macet dan membiarkan aktivitas masyarakat yang mencari sesuap nasi terhambat?? Bahkan.. Mengapa mereka melakukan serangan membabi buta yang resikonya dapat melukai masyarakat yang melintas, dan memecahkan kaca toko milik masyarakat?? Bukankah itu semua justru semakin memberatkan? Image para mahasiswa sebagai kaum "intelektual" pun mulai dipertanyakan. Di sisi lain, orang lain mengatakan bahwa mereka itu sedang berjuang, hmm.. itukah yang dinamakan perjuangan? Saya justru lebih mengakui perjuangan para wartawan untuk mendapatkan gambar keren dari bentrokan tersebut. Gila.. Aksi unjuk rasa mahasiswa ini sudah terjadi selama kurang lebih tiga hari terakhir ini, kira-kira apa yah aksi puncaknya?

Setelah keluar dari tempatku berlindung, sebuah distro kecil… Saya bertemu ka Humaerah yang menyapaku dengan ramah. Ahhh… Saya merasa bertemu sahabat.. Begitulah yang saya rasakan saat bertemu wartawan perempuan di lapangan, yang menyambutku dengan senyuman dan sapaan. Yahhh.. tau sendirilah tipe cewek seperti saya, sulit beradaptasi dengan kondisi yang baru, apalagi dengan makhluk yang namanya laki-laki. Kenapa yah?? Bukan maksudku tidak mau menanggapi balik candaan kalian.. Lebih tepatnya saya kesulitan, dan memilih senyum sebagai isyarat bahwa “tenanglah, meskipun saya tidak membalas dengan kata-kata, tapi senyumku ini bermaksud ingin bersahabat dengan kalian (kadang-kadang)” Hehehe.. Saat mendapatkan posisi yang cukup aman bersama ka Humaerah, saya sempat berbalik ke belakang.. Saya mendapati seorang polisi yang wajahnya terluka akibat terkena lemparan batu… Kira-kira apa kata anak dan istrinya saat melihatnya? Apakah mereka akan memaki-maki siapapun yang melukai ayah atau suami mereka, ataukah… mereka justru memaklumi itu semua, secara yah.. pekerjaan itu resikonya tinggi.. Hm… Kasihan dia.... Hanya itu gumamku dengan perasaan iba.. Yang jelas akan lain kasusnya kalau itu adalah… Ah.. mudah-mudahan tidak pernah… Amin…

Jalanan di depan universitas 45 itu penuh dengan batu. Aparat sempat masuk ke dalam kampus, mencoba meloby dengan mahasiswa, “kalian boleh unjuk rasa, tapi jangan sampai mengganggu aktivitas para pengguna jalan” begitulah sekenanya. Keadaan cukup genting saat itu. “Aja dimana yah?” Sambil clingak-clinguk mencari kontributorku yang satu itu. Hmm.. boleh dikatakan saya paling sering liputan sama dia, mungkin karena urat ketawaku yang sudah putus atau memang dia yang humoris, sehingga liputan apapun itu kadang diwarnai ledekan dan tawaku bersamanya. Mudah-mudahan dia baik-baik saja seperti ka Tody yang sangat mudah tertangkap mataku, sekali lagi karena postur tubuhnya yang tinggi. Saya teringat kata ka Budi, bahwa seorang reporter tidak boleh jauh dari campersnya jadi bisa saling melindungi. Teori sih gampang, tapi saat semua itu terjadi… Campersku yang haus akan gambar, tentu tidak akan melewatkan moment itu, sementara saya yang awalnya mengganggap remeh lemparan batu itu, akhirnya harus berlari melindungi diriku setelah sebuah batu nyaris mengena tubuhku, lebih tepatnya lewat di sampingku.. Serius ternyata.. Hahaha… Salah satu anggota polisi bahkan stress melihatku yang masih sempat berdiri di tengah jalan saat ogah-ogahan berlindung. Tapi untunglah saya baik-baik saja, karena kalau tidak, bagaimana saya menjelaskan semuanya di depan pak Benny dan bu Hasnah, mereka pasti ngomel-ngomel, dan buntut-buntutnya, “udahhhh berhenti aja, cari kerja yang aman”. Well… Saya akui terlalu tua untuk diriku dikhawatirkan seperti itu (malu-maluka), apalagi saya kan kerja sebagai jurnalis. “Tenang aja ma.. pa… Saya percaya, semua sudah diatur oleh Sang Pemilik Kehidupan ini, apapun itu, pasti itulah yang saya butuhkan”.

Meskipun kondisi itu masih “biasa” alias “cetek” untuk kalian para wartawan, tapi bagiku itu luar biasa.. Mungkin masih banyak hal yang luar biasa yang akan saya saksikan.. Makasih buat penugasannya ka Bud, makasih buat kalian mahasiswa yang mengaku sebagai leading of change, makasih buat kalian aparat kepolisian yang tidak pernah letih meladeni anak, sahabat, rekan, saudara kalian dengan segala kekisruhan yang mereka buat, makasih tvOne…. Kalaupun saya nantinya letih lebih awal, tidak ada masalah….. Sedikit kenangan itu bisa memberi makna besar buat hidupku, selebihnya kuserahkan dalam setiap sujudku kepadaNya….

15 Mei 2008
19:30 wita

more than office..


Yap… Hari ini seperti biasa, saya ke kantor pada waktunya. Bertemu dengan semua penghuni kantor… Melakukan rutinitas biasa, liat listingan yang biasanya dibuat ka Abo. Tapi saya tidak melihat kehadirannya di kantor, dan ternyata saya tau kalau dia lagi sakit perut. Yahhhh ka Abo, sesuatu yang tangguh bagiku tapi bisa juga berada dalam kondisi yang terancam.. Terancam bolak-balik toilet, maksudku.. Hehehehehe… Kelihatannya ka Budi juga kurang fit, hmmm.. saya ngerti… Setangguh apapun seseorang, suatu saat dia bisa saja berada dalam kondisi yang terlemah. Namanya juga kita manusia, kadang kita diberikan waktu untuk istirahat oleh Sang Pencipta. Apalagi workholic seperti anak-anak di kantor, hanya sakit yang membuat mereka istirahat dan itu pilihan yang diberikan buat mereka. Cepat sembuh yah kaka….

Selain memperhatikan listingan, saya juga membuka situs-situs koran local dan mencoba melihat isu-isu hangat di okezone, sedikit me-refresh otakku dari istirahatku seharian kemarin. Namun saya bersyukur sekali, saya masih diberi kesempatan menikmati hari bersama keluargaku.. "Makasih buat off day nya ka Takbir". Setelah memantau berita anak-anak kontributor di program “kabar siang”, hmm.. sudah waktunya makan siang. Sebelumnya, saya menawarkan ka Budi mengirim listingan berita lebih dahulu ke mas Korda, hehehehe… kami memanggil mereka dengan sebutan itu karena kami tidak mengetahui secara jelas nama tiap orang yang kami hubungi untuk menyampaikan berita-berita yang di di-supply oleh teman-teman kontri, secara juga mereka berganti-ganti sesuai waktu shiftnya.
Setelah mengirim listingan rasanya sudah nyaman untuk meninggalkan kantor sejenak dan mengisi perut sambil menyempatkan waktu ngobrol santai. Kadang banyak hal yang saya dapatkan setelah ngobrol dengan orang yang satu ini. Kalau orang bilang dia kaya akan karya, saya lebih setuju kalau dia kaya batin lewat pengalaman-pengalaman hidupnya. Obrolan itu jadi menarik karena disisipkan dengan hal-hal lucu, apakah itu sebuah cerita imajinasi ataukah cerita nyata, yang jelas kesannya dia mau membuatku tertawa.. Hehehe.. bukan hanya dengan saya dia bersikap seperti itu, dengan semua orang yang mau menghabiskan waktu ngobrol dengannya. Bahkan sampai hari ini, meskipun dia terlihat lemas, yahhh… itu terlihat dengan jelas.

Sepulang dari makan siang, saya ngobrol di teras bersama anak-anak magang di kantor. Ada Nanie, Rhia, dan Indhie.. Hahhhh saya tidak tau apa jadinya kalo mereka tidak ada, mungkin saya hanya duduk-duduk di teras sambil baca koran dan dengar MP4. Tiba-tiba saja mereka bercerita pengalaman malam minggu mereka menginap di kantor, dan itu menjadi rutinitas mereka tiap minggu. Mereka bercerita bagaimana nikmatnya ngobrol dengan teman-teman di kantor, bagaimana menyenangkannya menyeruput teh bersama-sama di satu gelas besar, bagaimana lucunya Itol salah seorang kontributor yang selalu dijadikan bulan-bulanannya ka Abo, bagaimana nikmatnya tempat peraduan di atas yang hanya berukuran 3m x 4m namun kita bisa menikmati langit senja, hawa malam yang sejuk, dan menyambut pagi yang cerah, bagaimana nyaman dan teduhnya teras kantor yang tidak begitu luas akan tetapi nyaman dan hangat menjadi tempat bercanda di suasana apapun yang selalu diwarnai tawa, canda, marah, ledekan, curahan hati, dan segalanya.
Menurut mereka meskipun kadang hingar-bingar kantor terasa dengan suara HT,suara ka Abo, ka Budi, ka Takbir, ka Tody, yang sibuk mengatur liputan dan kadang juga melampiaskan rasa kecewa mereka kepada para kontributor dengan omelan yang dilantunkan dengan jenis suara tenor mereka. Meskipun ka Abo selalu iseng kepada mereka dengan menggunakan power nya untuk membawa mereka pada kondisi serba salah, bingung, merasa aneh, dan kadang sedikit jengkel. Meskipun saat saya live semua harus tenang dan tak bersuara, dan meskipun-meskipun yang lain. Bagi mereka kantor tvOne biro Makassar ini adalah sesuatu yang berarti. Jika suatu saat mereka jalan-jalan ke Makassar (khusus yang dari Palu, Indhie, Madi, dan Rhia, Nanie juga paee... biar mami yang dari Makassar di'), tujuan mereka hanya satu, hanya kantor tvOne biro Makassar.. Makasih adek-adek… Wish you the bezzz lah pokoknya… Find your right way...



****


Tahun lalu… Terasa cukup aneh bagi saya, saat saya memutuskan untuk mengabdi di tvOne biro Makassar. Okelahhh untuk tempat kerja yang bukan sekedar menambah salary melainkan menambah ilmu dan pengalaman juga, ini merupakan tepat ideal buatku. Tapi di sisi lain saya berpikir, apa yang harus saya lakukan??? Kerja bareng cowok… Yap betul sekali! Semuanya laki-laki kecuali saya.. Walaupun kami punya dua kontributor cewek di luar daerah, Tika dan Sri, tapi kannnn itu di luar daerah. Bagaimana saya mengisi waktu senggang bersama mereka? Kalau saya mau ditemani makan?? Kalau saya mau konsultasi make up dan kostum untuk siaran??? Bahkan saya sempat ngeluh ke beberapa teman dekatku, menanyakan keraguanku, apakah ini yang terbaik buatku.
Hahhhh ternyata belum sampai 3 bulan, saya sudah merasa nyaman. Saya justru lebih sering tertawa melihat ulah mereka yang menurutku tidak sesuai usia tapi sesuai dengan kondisi dan waktu. Saya lebih bebas memilih siapa yang bisa menemani, atau mengantar, atau menjemput saya saat makan siang, mereka semua baik. Saya bisa melihat laki-laki tangguh di tengah getirnya keidupan, laki-laki yang bertanggung jawab akan hidupnya, laki-laki yang berbeda dengan laki-laki yang hanya menghabiskan waktu dengan berbagai fasilitas dari orang tuanya, laki-laki yang menjunjung tinggi rasa solidaritas dan persahabatan, laki-laki yang menghargai saya satu-satunya perempuan di kantor. Saya tidak merasa rugi, meskipun mereka tidak bisa menjadi teman konsultasi make up dan kostum ku, akhirnya saya harus belajar mandiri untuk itu. Saya yang manja harus menghadirkan diriku yang berbeda di kantor itu, namun saya tidak pernah sendiri, mereka selalu ada. Suara motor mereka yang terdengar masuk dan keluar kantor, tidak menggangguku sama sekali. Kebiasaan mereka yang suka merokok, kini sudah kumaklumi dan kuanggap biasa, tau sendiri lahh saya kadang tidak nyaman dengan asap rokok itu, tapi semua termaafkan dengan kehadiran kalian yang memberi warna buatku, memberi sentuhan yang berbeda dalam kehidupan seorang saya di bawah satu atap rumah yang sederhana, namun kaya akan keakraban dan suka cita, serta hal-hal konyol yang menjadikan semuanya unik untukku dan untukmu…. Yahh.. RUMAH.. Memang itu lebih cocok dikatakan sebuah rumah, rumah kami.

Mudah-mudahan semuanya itu menjadi sebuah rangkaian doa untuk menjadikan kita bukan hanya sebagai rekan kerja, tapi sebagai sahabat dan saudara. Doa buat kita untuk selalu kuat, tangguh, kompak. Dan segala kekuatan, ketangguhan, dan kekompakan kita untuk menyentuh kehidupan di sekeliling kita sebagai makhluk ciptaan Sang Penguasa alam semesta...
…karena hidup adalah bagaimana kita bisa menyentuh kehidupan orang lain…

13 Mei 2008
00:24 wita
hahhh kalian.. jadi terharu…

untitled2

Gak usah minta maaf.. Gak perlu... Capekkk.. Saya tau itu kebiasaanmu.. Tapi apakah harus selalu begitu.. Hahhhhh menjengkelkan... Kadang itu membuatku sedih, meskipun saya sadar saya gak punya hak. Iya yah.. Apa hak saya untuk semua itu? Tidak ada kan.. Seandainya ada, semua ini sudah tidak menjadi masalah, semua sudah berubah jadi lebih baik. Memang kamu sudah begitu kan.. Tidak ada yang bisa berubah, yang bisa hanyalah kembali berpikir, apakah ini memang yang terbaik????

12 Mei 2008
01:17 wita
Ngantuknya hilang... Hikzzz...

untitled

......Haaahhhh sungguh!! Tidak ada maksudku membuatmu kecewa, apalagi bersedih. Seandainya kau letih dengan semua ini, tinggalkanlah... Raihlah mimpi dan harapanmu dibalik rumah asri itu.. Mimpi yang diwujudkan semesta untukmu.. Mimpi yang akan setia menemanimu hingga lanjut usia... Mimpi itu akan menjadi pelita dalam hatimu.. Mimpi itu telah diwujudkan Allah untukmu sebelum kau meminta, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diperlihatkan padamu. Dan... Saat aku yakin jalan itu untukku, ijinkan aku bertanya kembali tentang semua rasa itu.. Aku pun siap apabila semua itu bukan milikku lagi.....

9 Mei 2008
22:58 wita

bad job.. good day..

“Apa kebakaran di KIMA??” Saya balik bertanya ke pak Haking, security di kantor biro tvOne. Meskipun begitu, saya yakin pak Haking tidak main-main. Dengan tergesa-gesa namun tak lupa memasang senyum yang manis buat teman-teman di kantor, hehehe… seperti biasa saya masuk menyimpan jas dan tasku di tempatnya masing-masing. Kembali saya mempertanyakan peristiwa kebakaran yang menurutku cukup besar, secara yahhhh… Kawasan Industri Makassar (KIMA), satu pabrik saja yang terbakar pasti sudah menjadi berita besar dan Anchu kontributor tvOne yang gokil itu, punya kesempatan mendapatkan gambar-gambar yang TOP dehhh. Teman-teman di kantor meng-iya-kan pertanyaanku, ditambah dengan tawaran Ka Takbir agar saya LOT di sana. “Eummm.. eeee.. ummm.. Okey ka!” Saya tidak ragu, namun saya tidak sangka kesempatan yang ke sekian kali itu datang tiba-tiba dan tanpa saya sadari, ditambah lagi dengan Ka Tody campers ku yang antusias pergi meliput. Saya segera memakai seragam tvOne yang oke punya lah menurutku, saya selalu merasa langsing kalo menggunakannya.. Hehehehe… Merasa cantik… Sedikit lebih pede…Merasa bahwa saya Veronica Moniaga, reporternya tvOne biro Makassar.. Hehehe… Maaf sedikit narsis.. Untungnya hari ini pilihan kostum dan sepatuku nyantai banget, gak biasanya, tapi itulah mungkin yang dikatakan firasat atau intuisi. Sempat saya disuruh ka Budi menghubungi ka Abo yang ternyata berada di lokasi tersebut untuk memastikan kondisi di TKP. Ya iyyalah.. tidak mungkin dia melewatkan hal seperti ini, saya setuju kalo dia memang seorang penjejak.

“Bismillahirrahmanirahim!” Sempat saya dengar Chandra driverku mengucapkannya sambil naik ke atas mobil, sesaat setelah saya, ka Tody, Nanie, dan Ria duduk manis di atasa mobil. Wahhhh kami kayak mau pergi perang, tapi itulah mungkin perang bagi para jurnalis, saat berjuang mendapatkan sebuah gambar eksklusif dan membuat berita yang spektakuler. Mobil berlogo tvOne yang cukup menarik perhatian para pengguna jalan, melaju dengan amat kencangnya. Chandra tidak tanggung-tanggung demi mengejar api yang ditakutkan akan padam, meskipun kami masih melihat bumbungan asap hitam yang tinggi dan tebal. Nani dan Ria sudah tidak terdengar suaranya, “Mungkin mereka mabuk”, pikirku. Perasaanku saja sudah mulai tidak nyaman, yang saya khawatirkan kalau saya sampai mabuk, yahhhh payah donk.. Payah untuk reporter sebuah tv nasional yang akan melanglang buana ke berbagai tempat.. Inni semua pasti belum apa-apa. Tapi alhamdulillah.. Lantunan lagu-lagu yang kudengar lewat MP4 kesayanganku, mampu menetralisir perasaanku. “Kayak main playstation di!”, kata ka Tody, hahhh untuk kali ini saya setuju dengan dia. Rasanya memang seperti berada di dalam mobil yang melaju kencang di dalam game playstation yang biasanya anak-anak mainkan di kantor untuk mengisi kejenuhan mereka sambil diwarnai teriakan-teriakan yang membuat suasana kantor jadi lebih rame. Kami melewati kemacetan yang panjang dan padat di kawasan industri tersebut. Chandra cukup lihai memainkan kopling, rem dan gas dengan waktu singkat, seolah-olah kakinya itu ada tiga. Sepertinya dia memang driver yang cocok untuk biro Makassar ini, hehehe… Bravo Chandra..

Akhirnya kami sampai juga, meskipun harus sedikit berjalan kaki untuk mencapai TKP. Semangat, yah itulah yang saya rasakan. Saya ingin melihat sebagaimana besar kebakaran itu sambil melewati kerumunan warga yang menyaksikan proses pemadaman api. Sekitar puluhan mobil pemadam kebakaran terparkir dan petuga berbaju biru berlarian sambil memegang selang sambil teriak-teriak kepada teman-teman seperjuangannya. Bisa kulihat betapa besar dedikasi mereka terhadap profesi yang mereka sandang, meskipun mengancam keselamatan mereka sendiri. “Ve! Pabrik kasur busa Ve!, itu nama pabriknya!” dengan nada yang begitu semangat, ka Abo dengan sweater abu-abu favoritnya (sepertinya yah) plus scarf merah, dia datang menghampiriku. Ahhh.. ternyata ada Pak Bachtiar, Kepala Humas Dinas Damkar. Sambil menyunggingkan senyumku saya menjabat tangannya dan menanyakan kabarnya, saya jadi teringat janjiku beberapa bulan lalu akan menghubungi dia apabila wawancaraku bersama dia mengenai kasus korupsi damkar itu ditayangkan di tvOne. Hehehehe… Maaf pak, bukannya janji-janji buta, tapi emang belum dan gak tau kalo ditayangkan, insya Allah.

Saat bersiap-siap, saya teringat kata pa Takbir sesaat sebelum saya berangkat menuju lokasi, “LOT 1,5 menit yah, bukan oncam yang biasa” Hummm… what kind of LOT is that? I mean, I don’t understand I need more explain, tapi kalo saya bertanya lagi artinya saya mempertaruhkan waktu yang singkat itu. “Oke Ve, oncam yah!” kata Ka Tody menyadarkanku dari lamunanku. Hahhhhh… Sebenarnya malas cerita mengenai oncam, ini seperti bercerita tentang sesuatu yang memalukan, mengecewakan, dan my bad ability. LIMA KALI!!!! Hahhhh… Apaan itu, masa saya harus mengulang sampai lima kali untuk 1,5 meit. Ini semua karena saya belum mempersiapkan data dengan matang. Tidak seperti oncam ku yang kemarin-kemarin, mantap dan yakin. Rasanya malu sekali, sedih..

Panassss…. Sepertinya ini hawa api yang jaraknya cuma beberapa meter dari saya, Nani, dan Ria. Sambil ngobrol kami sedikit bercanda dan mereka menyeka keringatku yang menetes, ah… kalian.. adik-adikku.. baik sekali.. Kalian jangan pernah merasa sebagai anak magang, bagi saya kalian bagian dari biro kami. Saya jadi teringat ka Tody, saat oncam tadi, keringatnya menetes terus.. Hummmm… Pasti karena hawa panas dan kesibukannya mengatur kamera dan tripot. Sekarang dia pasti sibuk mengambil gambar-gambar pendukung. Tapi saya yakin dia tidak begitu kesulitan, karena didukung dengan postur tubuhnya yang tinggi.. Hahahaha jadi ingat cerita pohon Natal yang sempat kusandingkan dengan tinggi badannya.. Maaf yeeee...

Hmmm… Berapa banyak yah kerugian pemilik pabrik ini? Ratusan juta? Ah tidak mungkin! Mungkin miliaran yah??? Tapi pasti gedung dan peralatannya diasuransikan.. Malas bersedekah kali, atau jarang berbagi sama yang tidak mampu. Mudah-mudahan para pemilik saham di perusahaan itu mampu mengatasi semuanya dengan baik. Yang pasti… api yang sudah menyala selama dua jam itu harus padam!!! Kasihan warga yang tinggal di sekitar tempat itu, mereka berdiri dengan wajah yang panic dan khawatir kalau-kalau api menjalar ke pemukiman mereka, Ya Allah, mudah-mudahan itu tidak terjadi. Amin. Setelah tugas kami selesai (selesai??? Bagi saya tidak, karena oncam ku jelek).. Kami pamit sama ka Abo setelah sebelumnya saya berkenalan dengan bang Lukman salah satu anggota densus 88 (pasukan khusus anti terror), welll.. percaya.. percaya… dengan postur tubuhnya yang bongsor dan kekar. Mobil melaju dengan tenang menuju ke kantor biro, dalam hatiku "ah ka Tod dan Chandra… maafkanka, mungkin liputan kita gak tayang, karena sekali lagi my bad performance"… maafkan saya…

****


Hahhh… Sebenarnya saya mau ngobrol dulu sama kaka sebelum berangkat liputan. Mau minta sedikit petunjuk harus gimana setiba di sana dan apa yang harus saya sampaikan kepada pemirsa. Meskipun itu ilmu standar yang harus saya miliki sebagai reporter, setidaknya masukan kaka bisa membantuku… Tapi kaka lagi sarapan, hmm… gak enak juga sih membicarakan masalah kerja saat kaka terlihat menikmati hidangan indomie itu. Terpaksa saya urungkan niatku, dengan harapan via sms mungkin lebih nyaman. Yahhh ternyata diberi semangat doang (tapi makasih ka buat semangatnya). Hummm… Seandainya semua bisa lebih ideal, saya tidak perlu menyusahkan kalian. Tapi makasih untuk kesabaran kalian semua, untuk menuntunku, membimbingku, menyemangatiku, melepasku ke alam bebas, dan mendekapku kembali saat semuanya gagal.

9 Mei 2008
16:40 wita
Gi demam… Di ruang computer… Hiksssss

masa lalu

Hmmm... Itu sudah lampau... Saya gantungkan kebahagiaanku padamu dengan segala kepercayaanku.. Saya tidak minta kau sakiti, saya minta kau sayangi.. Saya tidak minta kau lepaskan, saya minta kau dekap... Semua terasa berbeda, sangat berbeda dari awal perkenalanku denganmu. Senyum itu, perhatian itu... Tidak berlebihan rasanya kalo saya katakan itu PALSU!!! Maafkan keegoisanku dalam tulisanku tentang dirimu.. Saya akui, kau baik untuk beberapa hal dan di waktu yang kau inginkan.. Tapi saya bukan thermometermu yang bisa mengikuti suhu perasaanmu, saya manusia yang punya hati.. Saya akui, saya miliki perasaan indah itu yang kadang dalam sekejap bukan hanya meneteskan lebih dari air mata dan itu karenamu.. Apa kau mengerti itu? Hahhhh... Tentu tidak, karena kita tidak bersama lagi.

Ahhhh.... Saya mohon... Tolong berhenti menggangguku dengan memanfaatkan kelemahanku.. Lemah.. Iya mungkin saya memang lemah. Saya selalu berusaha melengkapi ketidaksempurnaan dirimu di saat kau katakan kau rapuh. Saya tidak mampu mengatakan "tidak". Dalam setiap sujudku, namamu akan selalu kudengungkan... Kuminta pada Allah untuk selalu menjagamu.. Kalau memang bukan saya, berhentilah bersandar padaku. Bukan beban, tapi saya takut benteng yang kubangun perlahan-lahan runtuh. Datanglah sebagai kawan, ceritakan apa yang kau rasa... Datanglah sebagai saudara, ceritakan rasa sakit itu... Datanglah sebagai kerabat, sampaikan apa yang kau butuhkan.. Membuatku bimbang, bukan solusi terbaik, tolonglah...

Ya Allah.. Sampai kapan dia membutuhkan diriku??? Kalau memang tugasku sudah selesai untuknya, ijinkan saya melanjutkan perjalananku. Saya memang tidak tau seberapa jauh peta perjalanan yang Kau torehkan, tapi... saya juga punya cita-cita. Ada dia yang menungguku, ijinkanlah saya memiliki yang mencintaiku seperti Engkau mencintaiku. Ijinkanlah air mata ini terseka oleh jarinya yang kasar karena bekerja keras untuk menafkahiku dan anak-anakku. Ijinkanlah semua ini tidak terasa sebagai beban lagi, karena ada dia yang kau pilihkan untukku. Bukan yang terbaik, tapi Kau tau ya Allah, saya membutuhkannya. Amin

8 Mei 2008
00:55 wita

juz our life school

jangan pernah bilang cinta, kalau kau tak begitu peduli
jangan berbicara tentang perasaan, kalau sebenarnya itu semua tidak ada
jangan genggam tanganku, kalau maksudmu untuk mematahkan hatiku
jangan katakan selamanya, kalau kau pernah berniat berpisah
jangan pernah melihat mataku, kalau kau mengatakan bohong
jangan menyapaku, kalau ada kata selamat tinggal
jangan pernah mengunci hatiku, kalau kau tidak punya kunci
saya bukanlah satu-satunya, kalau mimpimu lebih dari seorang saya



****

Kena banget yah??? Hahhhhh... Sepertinya sebait di atas cukup menyita sebagian perasaan kita. Kenapa tidak??? Karena manusia selalu ingin disayang dan diperhatikan.. Tapi... Pernahkah kita memikirkan apa yang Dia rasakan? Saat kita lupa bersujud kepada-Nya dan lebih memilih menikmati duniawi dengan segala fasilitas hidup yang diberikan... Coba kita duduk sejenak, renungkan... Siapakah Dia? Dan... Apakah Dia tujuan kita atau Dia hanya tempat kita mengadu dalam setiap nafas kesedihan, dan berpaling dari-Nya saat semua kenikmatan dunia itu menghampiri kita.... Ka Bud.... Soal kontemplasi.... Saya setuju ka... Saya setuju juga bahwa ini semua adalah sekolah kehidupan....


7 Mei 2008
14:10 wita

lombokholic


Sedari tadi rasa itu melilit perutku... Itu membuat saya harus mondar-mandir tiga kali ke kamar mandi pagi tadi, ngapain lagi kalo bukan "hajatan". Keringat dingin, badan kaku dan perlahan-lahan terkulai lemas, serta yang paling dahsyat gemuruh di perutku... Mules... Yup... Sakit sekali... Sempat sangsi apakah bisa ke kantor atau tidak. Tapi saya teringat kata K Abo saat menegur Nanie (anak magang di kantor) saat menyampaikan izin si Ria (anak magang juga sihhhh) yang lagi sakit gigi dan gak bisa ngantor, "Sakit gigi saja, tidak ke kantor. Hehhhh!!! Wartawan itu patah pi kakinya atau tangannya, atau tidak bisa sekali pi ke kantor, baru izin". Yahhh meskipun saya tidak se-ekstrim itu yang harus nunggu kaki atau tangan patah baru istirahat, tapi ada benarnya juga dia. Saya memutuskan baring sedikit kemudian mandi, dan rasa mulesnya hilang, lega rasanya.

Saya menjalani aktivitas seperti biasa di kantor dengan warna-warni dan hiruk-pikuk atmosfernya, kemudian pulang ke rumah, sebelumnya singgah makan dulu. Sampai di rumah, seperti biasa masuk kamar, simpan seabrek-abrek baju yang ku laundry (berlebihannya dehhh), nyalakan laptop, merapikan kamar... Dan... Tiba-tiba... Haaaaaa!!!! Tidak...Mules itu datang lagi... Aduhh tolongmi kodong, kan tadi pagi sudahmi.. Suhu badanku naik, mondar-mandir dua kali di kamar mandi, "hajatan" lagi.. Ah.... ini juga salahku.. Berkali-kali orang-orang terdekat menasehatiku untuk berhenti memanjakan kebiasaanku yang suka makan lombok dengan takaran yang overdosis.. Tapii.. Itulah nikmatnya, rasa pedasnya itu seperti tantangan buatku, dan juga sebagai penyedap.. Hehehehe... Jadi teringat Ayu, sahabatku yang punya kebiasaan yang sama dengan saya. Sahabatku yang lain hanya bisa geleng kepala kalo melihat saya dan Ayu yang menjadikan lombok seolah-olah sebagai lauk utama dalam makanan kami..

Waktu kecil, saya dan adik-adik sangat takut makan lombok. Konon kabarnya rasanya itu pedis sekali dan bisa membuat kita menangis tujuh hari tujuh malam dengan bibir membengkak.. Hehehehe.. gak dink, hiperbola banget. Mamaku malah menggoda dan menantang kami untuk menjadikan lombok sebagai salah satu yang tak perlu kami takuti dan coba dinikmati. "Tambah cantik orang kalo makan lombok", dasar saya narsis saya coba saja dan akhirnya menjadi lombokholic..

Untungnya rasa mules itu datang dan pergi, meskipun sesuka hati, yang penting jangan lama-lama dehhhh... Ampun sakitnya... Ka Budi juga sudah sering tegur saya untuk hal-hal seperti ini.. Duhhhh sorry ka.. Maumi diapa, sama tonji kaka yang suka merokok.. Susah kan berhentinya... Mengurangi bisa tapi untuk menghilangkan kebiasaan itu, sulit ka.


6 Mei 2008
22:55 wita

..akhirnya..

Hahhhhhh..... Jadi juga blogku.... Padahal saya sudah pernah mencoba membuatnya tahun kemarin, namun tidak berhasil. Tapi itu bukan sebuah kegagalan, mungkin saat ini saya baru membutuhkan sebuah blog. Kemarin saya cuma ingin mengadu sama K Abo, bahwa beberapa hari ini saya cukup intens membaca blognya. Well... who knows that conversation has meaningfull for me, saya jadi tambah niat buat sebuah blog. Sepulang dari kantor, seperti biasa saya melakukan rutinitasku membersihkan diri. Saya sudah memilih nama blog yang cocok dan mantap dengan laptopnya papa yang standby, meskipun sebelumnya saya membaca blog ka Budi dan ka Abo dulu. Itu sudah menjadi rutinitas kecilku juga... Hahahaha... Jangan salahkan saya kalau mereka penulis yang baik, dan mungkin masih banyak blogger yang tulisannya belum terbacakan olehku. Saya akhirnya menelpon ka Budi yang berjanji akan membantuku membuat blog, dia begitu antusias seperti tahun kemarin saat saya minta bantuan untuk hal yang sama. Tapi... Astaga... koneksi internet yang lagi rewel akhirnya membuat semua buyar... berantakan... Semua yang ada di benakku seperti puzzle yang awalnya tersusun rapi, dan hanya dengan sapuan angin semuanya hilang. Saya putuskan mengakhiri pembicaraan dengan ka Budi sebelum rasa kesalku kuhibahkan ke dia, padahal itu kan bukan salahnya.

Tapi berbeda dengan pagi ini... Setelah shalat subuh, saya mencoba berdamai dengan koneksi internet yang rewel semalam. Dannn... akhirnya.... saya menyelesaikannya dengan cukup baik setelah akhirnya giliran keyboard laptopnya papa yang rewel. Sepagi ini, hanya Desi si bungsu itu yang terjaga, apalagi dia harus menghadapi ujian semesternya yang menurutku sama sulitnya saat dia mengerjakan Ujian Nasionalnya (UN) minggu kemarin.. Apa sih yang tidak sulit di bumi Rajawali itu, tidak tugas, ujian, praktek, jam masuk sekolah, cara berpakaian, dmbl (dan masih banyak lagi). Namun tidak bisa saya pungkiri semua itu menjadikan saya seperti sekarang ini, be tough.. Desi mempersilahkan saya menggunakan komputernya dan menyampaikan keinginannya membuat sebuah blog juga, "setelah ujian saja, insya Allah saya bantu de" jawabku. Sepertinya dia sudah on the way ke sekolahnya sekarang, dan saya juga harus turun ke bawah untuk melanjutkan aktivitasku..

Hanya satu tempatku beristirahat sejenak, jauh lebih tenang dari sebuah danau, dan lebih nyaman dari sebuah rumah.. Meskipun hanya sebuah "rumah danau"

06 Mei 2008
06:55 wita