panggil dia "Abo"

"Vero.. titip salam juga buat anak MetroTv, Budi, Opik, dan Abo", begitulah sekenanya yang disampaikan ka Dayat, campers di studio. Dialog itu terjadi saat saya menjadi presenter acara Sambalu di salah satu stasiun tv lokal tempatku bekerja, setahun yang lalu sihh.. Tempat dimana saya banyak belajar dan berkarya, memulai sesuatu yang berharga dan menjadi bekalku sampai saat ini... Tapi tunggu dulu.. kita kembali ke dialog yang tadi, ada nama yang dicetak tebal dan miring, "Abo". Saat itu saya berpikir dan mencoba menggambarkan sosok seorang Abo, secara yah saya sudah cukup mengenal ka Opik dan ka Budi. Pendek, agak gendut, dan plontos, itu gambaranku tentang dia. Hahahaha... Soalnya nama "Abo" fisiknya lebih cocok seperti itu menurutku.

Dan akhirnya saya bertemu dia saat saya mengikuti test di MetroTv.. Astaga... Jauh dari yang saya bayangkan, saya tidak menyangka penampakannya seperti itu, kutilang, kurus-tinggi-langsing... Humm.. Hanya sebatas itu yang bisa saya jelaskan mengenai dia saat itu... Saya tidak menyangka kalau akhirnya saya berada di satu wadah berlogo merah dengan simbol lingkaran merah dan angka satu yang berdiri dengan kokohnya dalam lingkaran tersebut, tvOne.

Andi Ahmar... Begitu nama lengkapnya.. Eummm bagaimana skenarionya sampai dia dipanggil "Abo" yah? Saya agak khawatir dengan dia, guratan tegas di wajahnya menampakkan sesuatu yang berbeda. Apalagi begitu dia melihat saya yang kesannya seperti perempuan yang manja, dan saat itu memang intensitasku turun ke lapangan hanya sesekali. Tapi saya pikir justru dialah dan teman-teman di kantor yang akan mengajarku lebih banyak lagi tentang hidup sebagai seorang jurnalis.

Bagi saya, dia adalah sosok kontroversial.. Jawabannya selalu dengan nada tinggi dan kalimat-kalimat yang tegas.. Kadang menyinggung, kadang juga mengesalkan.. Maaf yeee untuk anak-anak kontributor.. Sebulan, dua bulan kerja sama dia cukup membuat jantungku berdegup gak karuan kalau ngomong sama dia, takut kalau-kalau salah ngomong.. Takut kalau dinilai gak mampu, apalagi kalau disandingkan dengan mereka yang sudah sering menghiasi layar dengan laporan mereka. Tulisannya di papan putih yang merupakan papan koordinasi, cukup sulit untuk dibaca. Kalau dilihat dari tulisannya, dia lebih cocok jadi dokter deh.. Tapi janganlah dokter anak, nanti pada nangis semua pasiennya.. Taulahhh ka Abo.. Meskipun setiap huruf itu kurang sempurna, tapi tulisan di papan itu selalu menjadi perhatian kami. Suaranya yang sekali lagi... bisa menyaingi suara HT dan suara TV dengan volume 20 ke atas, kadang saya pikir, yang mana mi ini mau didengar.. Dia yang tidak bisa diam kecuali tertidur pulas, lebih tepatnya tidur balas dendam karena sulitnya dia memejamkan mata di malam hari....

Ka....
Meski semua itu adalah kejujuran, saya mohon jangan tersinggung. Ibarat sebuah lagu, tulisan di atas adalah intro. Saya hanya ingin bilang.. Dengan dirimu yang kugambarkan lewat kata-kataku yang sederhana, kau adalah sesuatu yang kami banggakan. Kau adalah satu dari empat panglima perang di benteng ini. Kau adalah dirimu, dan tak tergantikan... Kau adalah... Ahh.. Kau adalah bagian dari kami...

Saya adalah adikmu??? Makasih ka... Maka ijinkanlah saya menyampaikan apa yang saya inginkan.. Janganlah meninggalkan semua ini begitu saja, yakinkan dirimu ka.. Pikirkan yang terbaik bagimu.. Dan saat semua ini layak untuk kau pertaruhkan... Saat semua ini akan tetap menjadi yang tidak terlupakan... Ijinkan lagi saya menyampaikan sesuatu.. Raihlah apa yang terbaik buatmu.. Apapun itu, selagi itu baik buatmu... Selagi itu aman dan nyaman buatmu, karena semua ini bukan hanya karya, tapi juga rasa..

Masih ada satu lagi ka... Maaf saya menambah bebanmu, tapi menurutku ini adalah jalan keselamatan buatmu... Bersujudlah kepada Sang Penciptamu, agar jalan gelap di depan menjadi terang dengan cahaya di ujung jalan itu (sedikit kutipan dari Budi Zulkifli)... Agar semuanya jadi lebih jelas untukmu... Kami akan selalu membantu dengan serangkaian doa yang kami lafazkan untukmu.. Bagi kami.. Jejak yang kau torehkan di hati kami, akan selalu menjadi kenangan buat kami, saat kau tetap dekat dengan kami, ataupun sebaliknya... Hahhh.. Heii penjejak.. seandainya semuanya bisa ditawar....


22 Mei 2008
01:09 wita

hehehe... namanya juga usaha ka...

1 comment:

Redaksi said...

CERITA MINI: "SUARA" suara itu selalu mengusik tidurku setiap sore di makassar, sampai aku hafal betul intonasinya. 3 tahun kemudian aku terdampar di Betawi, pada sore yang lain, aku dibangunkan lagi suara itu lewat suara tv milik tetangga. semula aku menduga hanya mimpi: Makassar TV sudah menjadi TV Nasional. Cepat-cepat kunyalakan TV mencari sumber suara. Eeehhh ternyata????? diaaaaaaaaaaaaaa lagiiiiiiiiiiiiiiiiii....hehehe Sukses!