nyut... nyut...

Sudah beberapa hari ini ada yang nyut-nyut... Apakah itu?? Kepala? Iya sih kepalaku juga kadang nyut-nyut, tapi bukan itu yang ingin aku ceritakan.. Perut? Adakah perut nyut-nyut? Ada mungkin di'.. Tapi bukan itu juga... Yang benar adalahhhh... gigi... Hiksss... Bangunan kokoh di dalam mulutku dan mulut kalian semua itu, memang perlu mendapat perhatian intensif dari pemiliknya.

Paling simple yaitu menyikat gigi 3 kali sehari, adapun yang lainnya jangan makan makanan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin, kalau bisa... seperti lirik lagu dangdut "yang sedang-sedang saja...." yang dinyanyikan oleh Vety Vera, kata ka Budi, kalo dia nyanyi, crew pengiringnya harus hati-hati karena gaya jogetnya pake jurus nendang-nendang... Hehehe... Dan... masih banyak lagi petuah pak dokter dan bu dokter yang spesialis dengan benda bernama gigi ini.

Tiga hari terakhir ini rasanya komplit! Mulai dari nyut-nyut di bagian gusi, naik di kepala, badan demam dan sampai turun ke kocek (lho! apa hubungannya yah...) Ini sekedar merangkaikan dengan keluhanku bahwa saya lagi bokek... Hehehe.. Kadang rasa komplit itu, membuat emosi saya pun meluap-luap.. Sedikit ditegur aja, bawaannya pengen marah.. So... Jangan pernah mengklaim bahwa perempuan itu suka badmood kalo lagi menstruasi aja, tapi bisa juga karena lagi sakit gigi + bokek (kayaknya ini ji intinya, hihihi)

"nyut... nyut... nyut.. nyut...!!" Ya ampuunnn... It hurts!.. Kadang.. saat saya berada dalam kondisi yang kurang nyaman alias BeTe, MP4 ku itu sangat ngefek untuk sedikit melunturkan rasa, tapi kayaknya gak dehhh buat gigi ku... bahkan yang ada semakin sakit.. Memang benar lagi-lagi lirik lagu salah satu penyanyi dangdut kita, Maggie Z (oh iya, siapa tau ada yang bisa membantu, apa kepanjangan huruf "Z"-nya itu??? sudah lama membuatku penasaran, kata k Budi lagi, yang jelas "Z" itu bukan "Zulkifli" hahaha), "lebih baik sakit hati daripada sakit gigi"... Kalo sakit hati, ada sister 'n brother, sepupu, teman-teman yang bisa menghibur kita dan asalkan mereka ada di samping kita, hahhh... rasanya sedikit lega.. Tapi kalo sakit gigi!!!! Jangankan kalian... Cowok setampan Christian Sugiono sekalipun yang main gitar dan menyanyikan selusin lagu di sampingku, tidak mempan!!!! Hiks....

Saya pun memutuskan ke dokter gigi, ahhh.... padahal saya paling malas ke dokter.. Percaya gak percaya... Dari empat bersaudara, sayalah putri mama dan papa yang paling jarang ke dokter gigi.. Tapi... Hiksss... Entahlah.. Semenjak saya menggunakan behel (kawat gigi), saat itu umurku 16 tahun, It's something like a curse to me... Sejak saat itu, tempat praktek beberapa dokter gigi, merupakan salah satu tempat nongkrongku di kala senja, yahh meskipun itu masih didominasi alasan check up dan perawatan behel-ku.

Namanya drg. Hendrik Rasubala, salah satu kenalan dan keluarga jauh papa.. Yah menurutku diantara semua dokter gigi dia yang qualified... Bukan karena dia dekat dengan keluarga, tapi memang kemampuannya yang bisa membuatku berhenti nangis terisak-isak setahun lalu dengan kasus nyut-nyut juga, saat itu saya sudah coba di tiga dokter gigi lain dan terakhir ke dia karena kami agak segan padanya yang tidak pernah minta ongkos reparasi gigi kami.. Selain itu, bukti lain adalah, jumlah pasiennya yang tiap hari ramai lancar dan rela begadang sampe jam-jaman alias sampe jam 2 subuh hanya untuk bertemu dan mengobati berbagai keluhan penyakit gigi mereka.

Pukul 20:50 wita, saya, papa dan dua adikku debi dan desi, tiba di tempat praktek yang juga sekaligus tempat tinggalnya, di jalan gunung latimojong. "Oh, dokter Hendrik baru sekali masuk istirahat, dia capek, soalnya baru pasang kawat gigi pasiennya tadi. Mungkin sekitar jam 11 malam baru mulai praktek lagi", ujar salah seorang suster di tempat praktek tersebut. Astaga.... Jadilah saya salah satu pasien yang ngeronda di tempat prakteknya hanya karena rasa nyut-nyut ini... Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 wita, dan tiba-tiba pembantu di rumah itu keluar, ingin mengunci pagar, dan sekaligus menyampaikan kabar buruk kepada kami bahwa....... dokter sudah tidur!!

hiks... hiks.. hiks... Padahal saya berharap penderitaanku akan berkurang bahkan rasa nyut-nyut itu bisa pamit pulang... Yahhh ternyata... Saya harus membuat jadwal baru dan sibuk ngantri lagi... dan juga... saya harus berusaha bersahabat dengan rasa nyut-nyut itu untuk beberapa jam, meskipun itu tidak mungkin... hiksss....

26 Juni 2008
00:03 wita
atiiiitttttttt......

malam ini suntuk

Malam ini suntuk...
Tidak ada lagi tawa geli ku
Menanggapi candaanmu..

Malam ini suntuk...
Saat semua lebih berwarna
dan tiba-tiba kelabu..

Malam ini suntuk...
Senyum itu tidak begitu jelas tergambar di benakku
Tapi tidakkah kau pikirkan senyumku??

Malam ini suntuk...
Saat semua dinding kesombongan terbangun kokoh
runtuh akan kesadaran karenamu


Malam ini suntuk...
Tidak ada kau dan dirimu..
yang selalu merasa terbaik

Malam ini suntuk..
Padahal menurutku kau tidak penting!!
Aku hanya penghiburmu dikala gemerlap mulai redup..

Malam ini suntuk...
Namun aku yakin ini tidak akan lama
Sebentar lagi lelap akan menyelimutiku

....dan meskipun malam ini suntuk, semua terngiang dengan jelas dibenakku...
bahwa kau hidup dalam sepi di tengah belantara yang riuh
bahwa itu demi sebuah pembuktian untuk semua yang terindah
bahwa semua ini belum saatnya dengan perasaan tanpa asa....

Ahhhh... Kukira kau sebilah pedang panjang yang tajam dan kokoh yang membiaskan warna pelangi saat cahaya menerpamu...
Bagimu hidup ini bukan sebuah rasa...
Bagimu, hidup adalah yang memuaskan dahagamu tanpa memikirkan bias yang hilang terbungkus malam...


Ingat kawan...
yang menyedihkan dalam hidup, saat dimana kau tertawa tanpa ada seseorang yang menemanimu, seseorang yang harusnya mendampingi hidupmu
tapi sepertinya....
tidak ada masalah bagi dirimu, karena senja masih bersahabat denganmu,

namun...
waktu tidak akan pernah berhenti...

22 Juni 2008
23:47 wita
selalu egois dan merasa terbaik, eummm.. dilarang protes!! akui saja!!

hikss.. sakit...

Duhhh... sakittt.... Entah di bagian mana yang sakitt, yang pasti ini sakit.... Tolong… Seandainya bisa berbagi penawar… Agar aku bisa tertawa lepas seperti biasa....
Hahhh... dasar Ve cengeng... manja...!! Tapi ini bukan yang seperti biasanya... Komplikasi??? Hummm… Bisa jadi… Demam, sakit kepala, terkulai lemas, dan.. ahhh… lebih dari semuanya…..

Badanku dingin… takutt… kecewa… arrgghhh… sakitlah pokoknya!! Padahal tadi siang semua berjalan normal.. Sempat tertawa geli membaca sms dari teman jauh yang gokil abis, yang bercerita tentang dia dan kehidupannya di kota yang rumit itu sampai pada aliran narcisme yang dia pelihara, pantas saja dia merasa cakep, dasar playboy cap kadal. Sempat tertawa terbahak-bahak melihat ulah ka Budi dan juga beberapa teman di kantor… Ditambah ka Abo yang ngotot menjadi penata make-up buat ka Budi…

Sempat menikmati suasana teras di sore hari… (my favourite after lunch)… Hari ini anginnya bersahabat denganku, bertiup sayup-sayup menerpaku ditemani lantunan lagu milik "Roulette-Jatuh cinta" di MP4 kesayanganku...


Merasa hari ini hampir sempurna dengan membawa pulang sesisir pisang raja…


Tapi…

Tiba-tiba saja…

Kenapa harus datang di saat seperti ini…
Di saat tinggal menunaikan ibadah isya’ ku kemudian menenggelamkan diriku dalam istirahat nyenyak. Ternyata… Tidak semudah itu…


Masih ada yang mampu merusak semua yang telah terbingkai indah… Dan sampai saat ini, saya masih saja menjadi orang tolol tanpa rasa, di dalam kotak masa lalu itu…


17 Juni 2008
23:08 wita

Ini lebih dari sakit kepala… Maaf… Jangan salahkan saya dengan ketakutan dan kekhawatiranku….

untitled6

Cukup...!! Kalau kau merasa aku ini adalah jalan yang kau tuju, kau salah... Tidak ada yang dapat saya janjikan untukmu sebagai jaminan masa depan yang kau idamkan. Hahhh... Kau bisa bermimpi tanpa hambatan tentang semua yang indah dan nyaris sempurna untuk hidupmu. Iya.. saya tau, kau ingin menikmati lembaran hidupmu yang baru, menikmati kesempatan yang sekali lagi diberikan oleh Sang Pemilik kehidupan ini kepadamu... Tapi bukan berarti dengan sesukamu kau mengatur semuanya dengan rapi dan memintaku berdamai dan mengikuti jalan setapak yang kau lewati...

Saya ini..
Bukan seseorang yang mampu menenangkanmu, karena saya butuh ditenangkan..
Bukan cahayamu di tengah lorong gelap, karena saya mulai meredup dengan harapanku...
Bukan kabar gembira yang datang dalam kehidupanmu, karena saya hanya diselimuti kesedihan..
Bukan kepastian tentang sebuah pilihan, karena saya hanyut dalam kebingunganku...
Bukan kebenaran yang kau yakini selama ini, karena saya masih buram tentang kejujuran..

Tapi...
Tohh saya selalu berusaha menghargai kehadiranmu
Menikmati segala kesempatan yang ada...
Membiarkan semuanya terbang saat itu keinginanmu, meskipun tak mampu mendekap lebih erat saat itu semua kembali
Selalu meyakinkan semuanya baik-baik, kemudian berjalan pulang..
Membuat diriku berada dalam pandanganmu, meskipun bukan bingkai masa depanmu..

Maafkan saya....
Kau tidak salah... Sama sekali tidak...
Yang salah hanya saya dan kebimbanganku...

Karena....
Dari semua perkataan dan tulisanku...
yang tersedih adalah... sebenarnya saya bisa...

14 Juni 2008
23:55 wita
kau tidak perlu mencari baling-baling bambu ataupun pintu kemana saja hanya untuk sebuah batang pohon yang rapuh di tengah riak ombak..

If you think...




If you think you have huge tension, look at them







If you think your job is tough, how about him?








If you think your salary is low, how about her?






If you think you don't have many friends, ask yourself if you have one sincere friend










If you think study is burden, how about her?






If you think you suffer in life, do you suffer as much as he does?








If you complaint about your transport system, how about them?







If your society is unfair to you, how about her??








Hummm... Saya rasa renungan di atas cukup jelas untuk menegur sekaligus memberikan angin segar di tengah jenuhnya hidup dan cahaya terang di tengah kalutnya hati...
Well... When you feel nothing.. Remember that you are meaningfull... Mungkin bagi orang lain tidak, tapi bagi-Nya... You are everything...

14 Juni 2008
13:20 wita
Masih terlalu pagi membuatku terharu.. But you did it... Meskipun hanya mengajakku menoleh sebentar...

just sing it Vee!!

Kuyakin cinta selalu mengerti...
Kuyakin cinta tak salah...
Kuyakin cinta kan selalu percaya...
Dararararara... huhuhuhuhu... (D’Cinnamons-Kuyakin Cinta)

Ouhhh bunda ada dan tiada..
Dirimu kan selalu...
Ada di dalam hatiku.... (Melly G-Bunda)

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn’t speak
You were my eye when I couldn’t see
You saw the best there was in me
Lifted me up when I couldn’t reach
You gave me faith cause you believe
I’m everything I am...
Because you loved me.. (Celine Dion-Because you loved me)

Part of me laugh
Part of me cry
Part of me wants to question why
Why is there joy
Why is there pain
Why is there sunshine in the rain
Wondering you're here
Next you were gone
No matter what we must go on
Just keep the faith and
Let love lead the way...
(Spice Girl-Let love lead the way)

***

Hahhh.. puas rasanya menghabiskan waktu dua jam untuk bernyanyi dalam sebuah ruangan remang-remang dan hawa sejuk Air Conditioner sehingga semuanya terasa nyaman, plus seperangkat alat karaoke lengkap dengan PC untuk memilih lagu-lagu yang kami inginkan. Hehehe... Meskipun setiap orang yang lewat di depan room kami akan terkaget-kaget mendengar suara kami yang nadanya kadang lari gak jelas kemana, atau memaksa diri mencapai nada yang terlalu tinggi sehingga kesannya kita lagi teriak minta tolong, atau bahkan suara berisik karena berebutan mic dan menertawakan lagu pilihan salah satu dari kami. Apakah terlalu kekanak-kanakan, dominan lagu patah hati, ataukah lagu yang nge-rock. Yahhhh... seperti biasa, mengisi hari istimewa ini dengan sesuatu yang menyenangkan bersama teman-temanku dan adikku Desi.

Kami memang sudah merencanakan jauh hari sebelumnya untuk pergi karaoke bareng. Hummm... salah satu kegiatan yang sudah lama tidak saya lakukan selain berenang.... Kalau nyanyi sihhh... biar di kantor juga sering.. meskipun kedengarannya seperti suara orang menangis karena dipukul teman kantornya.. Bahkan ka Budi saja kalau dengar saya nyanyi, malah bilang... “hehhh siapa pukulki???” Hiksss... Penghinaan... Padahal saya merasa suaraku ini eumm... yaahhh... lumayanlah.. Bahkan harusnya mereka bahagia karena ada suara merdu di kantor, secara yah.. kantor itu sepertinya memang didominasi oleh “kaum Adam”. Akhirnya rencana kami terlaksana juga.. Senang rasanya bernyanyi... Kalau dengan berteriak di alam bebas, olahraga atau kerja dengan begitu giat, clubbing, menulis di sebuah buku diary dengan habiskan berlembar-lembar halaman, adalah cara orang lain meluapkan semua rasa penat ataupun gembira itu, saya punya satu cara yang sangat ampuh, yaitu menyanyi atau paling tidak mendengarkan musik dan menurutku itu P3KH alias Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Hati. Hehehehe...

Sejak kecil, saya sangat suka menyanyi. Setiap malam sabtu dan minggu, di saat mama dan papa sudah tidur, saya suka bergerilya mengambil alat karaoke dan memutar vcd karaoke yang berisi lagu-lagu kesayanganku semasa kecil.. Yaaa ampunnn.... meskipun deg-degan takut kedapatan, tapi anehnya mereka tidak terbangun dengan suaraku yang cempreng, maklumlah anak-anak.. hahahahaha... Ataukah mungkin papa ku terbangun tapi pura-pura saja tidak mengetahui. Mungkin dia pikir, saya juga butuh hiburan... Hitung-hitung sudah akhir pekan...

Saya senang melibatkan diriku dalam kelompok pauan suara di sekolahku... Dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan kuliah... Hahhh... sayang sekali saya masih terbilang pengecut... Saya tidak seberani adikku Desi yang mempertaruhkan suaranya dalam setiap ajang olah vokal.. Saya hanya berani bergabung dalam keramaian paduan suara, berhasil meraih beberapa juara, tapi sekali lagi... dalam keramaian anggota paduan suara.. hmm... But for me.. that’s great... Which is many people must fight with their voice to become ONE voice... yeahhh just ONE VOICE!!! Hahh jadi teringat bersama teman-teman paduan suara mahasiswa (PSM) UNHAS, duet bersama RATU (waktu itu namanya masih RATU yang trerdiri dari Maia dan Pingkan) di Maraja ballroom Hotel Sahid Jaya Makassar, hummm... nyanyikan lagu “Bunda” miliknya Melly Goeslaw.

Sampai hari ini, saya hanya menjadi peyanyi untuk diriku sendiri, ditemani MP4 kesayanganku yang meskipun sudah kelihatan butut dan ketinggalan zaman oleh rekan-rekannya, MP5, MP6, dan MP-MP lainnya.. Saya bersorak untuk diriku sendiri setiap kali menyelesaikan satu lagu. Well... at least I love my voice... Hehehe...

Dan suatu hari.....
Saat titisan-titisan kecil itu ingin mendengarkan lantunan suara merdu yang menghantarnya pada sebuah mimpi indah....
Saya siap... Karena saya yakin kalian pasti bersorak untukku...

9 Juni 2008
00:10 wita
Gud nite Vee...

antara bimbel, SPMB dan saat ini...

Kedua adik perempuanku yang saya banggakan, telah mengikuti Ujian Masuk Bersama, UMB, yang diselenggarakan oleh kurang lebih 5 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), salah satunya Universitas Hasanuddin (UNHAS). Debi dan Desi... Sekilas saat mendengar nama mereka, seperti anak kembar yah... Hehehe.. Padahal Debi lebih tua dari Desi. Meskipun ini adalah tahun kedua untuk Debi, karena tahun sebelumnya dia belum beruntung.. Mereka begitu bersemangat mengikuti UMB kali ini.. Semua terlihat dari semangat mereka bangun pagi dan mengorbankan waktu liburan mereka.. Semuanya diisi dengan kegiatan ”bimbel” alias bimbingan belajar, try out, dan lain-lain yang berbau mata pelajaran fisika, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sejarah, dll.

Hummmm... UMB sendiri sepertinya program seleksi baru yang digelar oleh PTN sebelum melaksanakan Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri, SNM-PTN, yang dulunya dikenal dengan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Entah itu artinya memberi peluang lebih besar buat calon mahasiswa, ataukah hanya salah satu cara untuk menambah uang saku panitia penyelenggara. Saya sudah bisa membayangkan besarnya harapan ribuan peserta agar dapat lulus di PTN pilihan mereka, Universitas Hasanuddin misalnya. Salah satu universitas kebanggaan di Makassar, tapi itu dulu.. Perlahan.. nilai kebanggaan itu terkikis oleh mereka yang ada di dalamnya. Namun hal tersebut tidak menciutkan semangat calon mahasiswa untuk menuntut pendidikan di sana, diantaranya Debi dan Desi.

Mulai dari pengambilan formulir, buat pas foto, memilah-milih jurusan dan mencoba terampil menentukan fakultas yang pas agar bisa lulus di UNHAS, yahhh biassalah passing grade yang tinggi coba disandingkan dengan yang rendah agar ada peluang untuk salah satunya, yang penting bisa kuliah... Hehehe...

Saya jadi ingat pertama kali saya akan mengikuti SPMB. Teman-teman SMAku sudah pada sibuk memilih tempat kost di Jakarta, Surabaya, dan Bandung... Hahhh.. Saya masih berkutat dengan jadwal “bimbel” yang padat ditambah dengan buku latihan yang tebal, kalo dipake tabok maling, pasti pingsan. Sebenarnya saya juga ingin mengadu nasib seperti teman-temanku... merantau ke luar kota.... Hahhhh tapi gara-gara isu narkoba, pergaulan bebas, AIDS, dll, membuat mama dan papa tidak mengijinkanku, dan itupun dialami ketiga adikku, sekali lagi karena ketakutan yang sama....

Saat itu kegiatan “bimbel” menjadi sebuah trend bagi mereka yang ingin masuk PTN. Istilahnya gini nih.. Jangan ngaku gaul deh kalo gak “bimbel”, itu yang saya amati dari teman-teman di tempat “bimbel”ku. Kegiatan tersebut bukan hanya sebagai media buat kita untuk belajar lebih giat dan punya peluang besar untuk lulus, yah untuk mereka yang disebut “kutu buku” okelah.. Tapi buat mereka yang acuh tak acuh dengan masa depannya, kegiatan itu hanya sebagai ajang ngumpul, nyari cewek/cowok, gaya-gayaan, dsb.

Saya juga sempat bolak balik UNHAS untuk mengambil dan mengembalikan formulir... astaga... “kampus ini koq seperti hutan belantara yah?”, yahhh ujarku dalam hati saat memasuki gerbang UNHAS, itupun saya belum sadar kalau sudah melewati gerbangnya sampai akhirnya sepupuku yang menyadarkanku. Kawasannya rindang, saya agak segan juga memasuki kampus itu, mengingat itu adalah salah satu PTN terbesar. Dengan memanjatkan doa dan harapan, saya meniatkan untuk bisa menuntut pendidikan di tempat itu.

Sampai akhirnya tiba juga saat yang dinanti, pelaksanaan SPMB. Saat itu lokasiku di sebuah Sekolah Dasar (SD)... eumm.. maaf pembaca.. saya lupa namanya... Ukuran meja dan kursinya kecil, hanya diperuntukkan untuk anak-anak umur 12 tahun ke bawah.. Lantas... Mengapa mereka menjadikan sekolah ini sebagai salah satu tempat pelaksanaan SPMB. Belum lagi toiletnya yang.... aduhhhh.... dapat kugambarkan... tempatnya itu seperti gua kecil, gelap, penuh sarang laba-laba, dan tak terurus sejak 3 bulan yang lalu. Sepintas dibenakku... “bagaimana adik-adik yang menuntut pendidikan di sini? Apakah mereka sudah terbiasa? Ataukah dipaksa untuk membiasakan diri?”

Dua hari pelaksanaan SPMB kulewati dengan kesulitan menjawab soal karena kursi dan meja yang tidak nyaman... serta penderitaan menahan hasrat ingin pipisku... Bahkan... Karena saya tidak mampu menahan, saya sempat memberanikan diri buang air kecil di toko sebelah SD tersebut, daripada jadi penyakit.. Dengan wajah lugu... (Betulanka kodong, saya pasang memang tong wajah luguku), saya minta izin sama pemilik toko, syukurlah jurusku berhasil, wajah lugu dengan trik beli satu permen... Hehehe...

Yahhh.... Kurang lebih 4 tahun yang lalu, semua itu begitu berat.... saya harus menelan ludah dan menerima kenyataan bahwa hanya bisa lulus di pilihan kedua..... Berat karena, itu semua bukan keinginan kedua orang tuaku..... Namun saat ini, saat dimana saya telah menyelesaikan semua itu, saat dimana saya mulai mendaki gunung yang lain, mulai menyelami samudera yang berbeda.... Saat dimana nantinya semua itu menjadi kebanggaan... Aminn...

8 Juni 2008
22:58 wita
bingung nentuin judul....

papa

Suatu hari, saat pulang kerja…
Saya tidak pernah menyangka, tidak seperti biasanya anak semata wayang saya Anna, menanyakan berapa gaji Ayahnya jika telah bekerja keras, mencari nafkah untuk keluarga selama sebulan…
“ Hmmm…anak yang manis..” Ujarku sambil mengecup pipi kiri kanannya.
“ Coba Anna hitung ya, dalam sehari ayah bekerja selama 10 jama, setiap jam Ayah dibayar 50 ribu rupiah, nah..berapa kira-kira ayah dibayar dalam sehari kerja??”
Dengan cekatan dia mengambil pensil dan kertas dari tas sekolahnya, kemudian menghitung-hitung berapa jumlah gajiku dalam sehari….. “500 ribu Ayaahh” Ujarnya dengan penuh semangat..
“Nah, artinya kamu sudah tahukan berapa jumlah gaji Ayah….” Ujarku sambil tersenyum, kemudian berlalu untuk menyimpan peralatan kerjaku…
Tapi belum beberapa saat, Anna sudah datang menemuiku kembali. “ Ayah….,Anna boleh pinjam uang ayah 15 ribu gak?”
“Untuk apa minjam uang sebanyak itu?, nanti saja, kalau hanya buat beli mainan nanti saja Ayah belikan yah…”
Tapi dia tetap ngotot dan memaksa saya untuk meminjamkan uang 15.000 rupiah untuknya, kondisi saya yang masih letih membuat saya sedikit kesal kepadanya, lalu dengan sedikit tegas kusuruh dia kembali ke kamarnya dan melanjutkan pelajarannya.
Beberapa saat usai saya beres-beres, kutemukan buah hatiku itu menangis sendiri dikamarnya. Dengan setumpuk permainan dan beberapa lembar uang sepuluh ribuan di tangannya. Saya menghampiri dan mengusap air matanya, membujuknya agar tidak menangis lagi dan berjanji akan membelikan mainan yang dia mau jika nanti saya libur kerja. Saya juga menanyakan kepadanya, untuk apa uang sebanyak itu ia simpan. Lalu jawabannya sungguh diluar yang saya perkirakan…….
“Uang ini adalah tabungan Anna, dari siasa uang jajan yang Ayah berikan. Tapi baru terkumpul 35.000, Anna masih butuh 15.000 lagi, supaya bisa mengganti waktu ayah yang dibayar kantor. Agar Ayah mau menemani Anna bermain, biar hanya satu jam saja……”. Ujarnya sambil terisak….
Ya Allah…..sungguh, saya tidak bisa berkata apa-apa, saya memeluknya dengan perasaan haru. Bahwa semua waktu yang saya korbankan bagi pekerjaan dan karir saya, saya selalu berpikir bahwa semuanya pasti untuk buah hati dan keluarga saya, dan mereka tentunya mengerti…tapi ternyata tidak selamanya seperti itu…….
****


Cerita di atas saya peroleh dari ka Budi, salah satu teman di kantorku. Pertama kali saya mendengarnya, saya terharu, teringat papaku yang memang begitu sibuk dengan kerjaannya, sangat sibuk! Saya terus memaksa ka Budi mengirim cerita itu ke e-mailku. Awalnya saya ingin mem-postingnya ditambah dengan cerita kesibukan papa yang memang seabrek-abrek, tapi namanya rencana tinggal rencana.... Saya tidak sangka harus menyandingkan cerita mengharukan itu dengan curahan hatiku tentang orang yang sangat kusayangi dan mengemasnya dengan nuansa kesedihan yang amat dalam.

Hummm... Mungkin bagi kalian para pembaca, saya terlalu mendramatiskan cerita ini, kalian seperti membaca skenario cerita telenovela dimana para pemainnya harus berurai airmata dan saling berpelukan atau saling mengucapkan kata "selamat tinggal". Ahhh... Bagi saya ini lebih dari itu semua, karena kondisi ini harus kulewati.

Disiplin, yap.. kata itu yang bisa menggambarkan seorang Papaku. Aku merasakan semua itu sejak kecil, apalagi posisiku sebagai anak pertama, menjadikanku sebagai tempat dia menggantungkan semua cita-cita dan harapannya sebagai seorang ayah kepada anak. Saya jadi teringat sejak Taman Kanak-kanak, saya harus lebih cerdas dari teman-teman yang lain, lebih mandiri, tidak cengeng, makan harus dengan garpu dan sendok, "makan pake tangan itu kotor!". Mungkin karena itu juga, dia memasukkan saya ke sekolah yang menurutku sangat disiplin.

Memasuki Sekolah Dasar, tiap pulang sekolah, saya makan siang, kemudian menghapal perkalian 1 sampai 10, setiap hari... Sejak kelas 1 SD, buku matematikaku harus tebal, supaya di bagian belakangnya ada soal-soal latihan yang dia buatkan untukku sebanyak 100 nomor per hari, dan harus ku selesaikan dalam waktu setengah jam agar aku bisa menunaikan kewajibanku yang lain, "tidur siang". Soal latihan itu langsung diperiksanya, kemudian kalau ada yang salah, pasti saya harus menerima konsekwensinya berupa hukuman pukulan atau dijemur di teras rumahku di lantai 3. Dia sempat melakukan itu semua, yang dia sebut disiplin, karena kantornya itu berada di lantai 2 rumahku.

Okelah.. Untuk sikap disiplinnya, saya acungi jempol, karena semua hal itu menjadikan saya seperti ini, meskipun tidak sehebat dia, tapi waktu masih panjang dan kesempatan masih ada buatku. Namun seiring waktu, sikap disiplin itu diwarnai dengan sikap-sikapnya yang menurutku aneh dan egois. Maaf para pembaca, saya gak bisa, menyampaikan apa itu, karena sekali lagi, dia adalah papa ku. Dulu.. kami sering berekreasi ke luar kota saat umurku menginjak usia 6 tahun, itu berlangsung selama 7 sampai 9 tahun, rekreasi ke Malino dan beberapa tempat wisata lain, setiap hari Sabtu.. Yahhh sangat menyenangkan.. Tapi itu dulu...

Semakin hari.. dia semakin keras... semakin merasa benar untuk semuanya... semakin merasa tidak ada yang peduli dengan keberadaannya... semakin merasa bahwa kami hanya mengganggunya.. Jangan kalian pikir saya tinggal diam untuk semua itu, saya sudah pernah beberapa kali menyampaikan keluh kesah dan kekhawatiran kami, namun yang ada, dia mendiamiku.. Dia lalu melihatku sebagai musuhnya.. Hahhhh Papa... Dan saat itu yang bisa saya lakukan, masuk di kamarku, duduk di sudut tembok, dan yahhh... menyesali sikap yang kuanggap berani itu, dan bukan salahku kalau saya harus menangis..

Sekarang usiaku sudah 23 tahun, saya selalu berusaha menyikapi hal-hal itu dengan lebih dewasa.. Tapi saya juga manusia biasa, semampu apakah saya bertahan... Mungkin karena dia sibuk, mungkin karena keyakinan kami yang berbeda, mungkin karena dia capek, dan kemungkinan-kemungkinan lain.. dimana saat dia memaki dan membentak untuk alasan yang tidak jelas, kami masih saja dipaksa untuk berpikir.. Ada apa Pa?? Kesalahan apalagi yang kami lakukan??


Ya Allah...
Seandainya....
Kami bisa duduk bersama Papa di sebuah ruangan...
Ruangannya ber-AC, karena kami tau, Papa tidak bisa kalau suasana gerah..
Dindingnya harus berkeramik, karena Papa tidak suka tembok yang kotor dengan tulisan..
Dalam ruangan itu harus ada meja dan kursi...
di atas meja ada makanan kesukaan Papa ataupun cemilan..
karena kami tau, Papa suka ngemil..
Tapi tidak boleh yang gorengan, apalagi kacangmente..
tidak boleh yang manis-manis... harus yang netral, kalau bisa yang direbus..
Minumnya itu air putih saja...
Itu semua.. karena kami Sayang sama Papa...

Kita ngobrol tentang kehidupan di kota yang bersih itu, Manado...
...tentang cita-citamu melihat kami menjadi orang hebat..
"Kalian itu sejak kecil, hidupnya sudah nyaman, jadi kalau bisa sampai tua, harus begitu"
yahh.. bagi kami itu doa Papa
Kita ngobrol tentang celana kain dan kemeja baru yang papa beli untuk dipakai ke kantor..
...tentang kondisi negara ini dan apa konsep yang ingin kau tawarkan kepada para pejabat-pejabat yang hanya tau korupsi itu....
...tentang kluppertart buatan oma yang menurutmu paling enak..
...tentang apa saja yang membuatmu tersenyum... apa saja Pa...

Kami rela membayar berapa pun untuk waktumu bagi kami...

Andaikan kau luangkan waktu untuk bersenda gurau dengan kami, kau akan tau..
...bahwa kau tidak sendiri, bahwa kau punya anak-anak yang setiap nafasnya hanya untuk membanggakanmu... setiap nafas Pa, karena kami tau siapa dan bagaimana dirimu...
...bahwa kau adalah ayah terbaik yang melindungi kami dari ujung rambut sampai ujung kaki...
Dan agar kau juga tau...
... bahwa kami telah dewasa, berikan kami kesempatan untuk memilih...
Namun tenanglah... Pilihan apapun itu tidak ada yang lebih dari dirimu, Pa....

Kami rela membayar dengan uang jajan hasil kumpulan kami, meski itu belum bisa menyamai pendapatan Papa per bulan..
ataukah dengan hasil keringat kami sendiri...
ataukah minta tambahan dari mama...
bahkan kalau bisa dibayar dengan anugerah Allah, hidup kami...
Biarlah Pa....
Asal bisa tertawa sepuas hati bersamamu...
Asal bisa merasakan usapan tanganmu yang besar dan kasar, di kepalaku...
Asal Papa tau... Mata bisa buta, tapi hati kami tidak akan pernah menyangkalmu...
maka tolong... dengar hati kecilmu... bahwa kami anak-anakmu tidak pernah berpaling darimu, kami....
Sayang sama Papa...
karena kau adalah... Papa kami..


1 Juni 2008
23:44 wita
maafkan saya Pa... ini masih sulit kuterima....