cinta pertama dan terakhir

by : Sherina Munaf

Sebelumnya tak ada yang mampu,
mengajakku untuk bertahan,
dikala sedih

Sebelumnya ku ikat hatiku,

hanya untuk aku seorang

Sekarang kau disini..
Hilang rasanya,
semua bimbang, tangis kesepian

Reff:
Kau buat aku bertanya..
Kau buat aku mencari...
Tentang rasa ini..
Aku tak mengerti...

Akankah sama jadinya,
bila bukan kamu..
Lalu senyummu menyadarkanku..
kau cinta pertama dan terakhirku..

Sebelumnya tak mudah bagiku,
tertawa sendiri di kehidupan,
yang kelam ini...

Sebelumnya rasanya tak perlu,
membagi kisahku,
saat ada yang mengerti

Sekarang kau disini..
Hilang rasanya,
semua bimbang tangis kesepian

Bila suatu saat kau harus, pergi
jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik...
Karena senyummu menyadarkanku,
kaulah cinta pertama dan terakhirku...


04 Agustus 2009
19:12 wita

aku, mama, dan mereka

Beberapa hari lalu…
"Kamu tuh sebenarnya cantik banget, nak.. Asal badannya dikecilin lagi, kamu diet dikitlah"
"Yeeee mama.. tega banget.. Mira diangkat-angkat.. lalu dibanting.... Hehehe.."
"Ihhh.. Mama gak boong lho.. Bukan karena kamu anak mama lantas mama muji-muji kamu... Tapi emang kamu cantik.. Mama maunya badan kamu dikurusin lagi, biar lebih enak diliatnya, apalagi kerjaan kamu itu lhoooww.."
"Iyah.. iyah, mam.. Sapa dulu dong mamanya... Hehehehe"
"Ya dong ! Mamanya kan cantik, jadi anaknya juga pasti cantik... Hehehehe.."

Itu merupakan kutipan percakapan antara aku dan mama... Senangnya saat itu, kami seperti sahabat... Sangat akrab.. Mama memang selalu begitu, berusaha menjadikan dirinya sahabat bagi anak-anaknya.. Pikirnya dengan cara seperti itu dia mampu menasehati kita namun tidak terkesan sebuah petuah dari seorang tua seperti dia...

Satu yang selalu kusenangi dari mama, dia tidak pernah membiarkan anak-anak perempuannya terlihat jelek.. Mama selalu menegur atau menyuruh kami mengganti busana, apabila menurutnya penampilan kami tidak menarik saat akan keluar rumah, bahkan dia rela membelanjakan apapun agar kami terlihat cantik di depan orang lain.

Selain itu, mama selalu mengajarkan kami untuk menghargai orang lain.. Bagaimanapun wujud dan rupanya, entah kaya atau miskin (maaf), tua maupun muda.. Selama mereka baik kepada kita, maka kita harus selalu menghargai dan menghormati mereka.. Mama selalu mengajarkan kami untuk saling menyayangi sesama saudara..

Namun... Beberapa waktu lalu... Tiba-tiba saja dia berubah padaku.. Ibarat langit yang cerah, menjadi mendung, dan akhirnya gelap, disertai petir yang mengejutkan.. Beitulah yang terjadi... Kecewa, sedih, dan bingung.. Semua bercampur.. Kepalaku terasa berat seketika, kemudian disusul rasa mual..

Bukan sesuatu yang kudramatisir.. Karena itu memang benar kualami, sampai membuatku tidak konsentrasi dalam bekerja.. Sangat kusayangkan atas perubahan yang signifikan mama kepadaku akibat hasutan, cerita, dan fitnah mereka tentangku.. Mereka yang selalu kuhormati dan kuhargai.. Yang selalu kujaga perasaannya..

Aku marah... Iya marahhh.. Hanya aku selalu berusaha meredam emosiku, meski akibat peristiwa itu, mama menjadi "orang lain" bagiku.. Kepercayaan yang kubangun susah payah.. Kasih sayang yang selalu kami pupuk tiap pagi jelang berangkat ke kantor, dan malam saat sisa letihku kupaksa untuk tersenyum dan ngobrol dengannya.. semua HILANG!!

Tapi aku tak dendam... Aku bersyukur karena apa yang mereka lakukan terhadapku dan mama membuatku sadar, bahwa setinggi-tinggi aku menyanjung dan menghormati mereka, aku seakan diperingatkan, bahwa mereka juga bisa berbalik menjatuhkanku.. Namun seperti kalian, aku terlahir bukan untuk mengadili..

Itu adalah ke-khilafan mereka.. dan saya tidak akan menyerah untuk membangun ulang menara kasih sayang antara aku dan mama.. insya Allah bisa.. Karena aku selalu tulus...

03 Agustus 2009
19:15 wita

ini caraku memandangnya

Saya tak bisa menyebutkan nama sebenarnya.. Katakanlah namanya Yuriko, kami memanggilnya Yuri.. Gadis itu memiliki senyum yang manis dan bersahabat.. Penampilannya sederhana, tidak banyak bicara, dan sapaannya pun sangat lembut. Bisa dikatakan dia adalah satu dari sekian “mawar” di angkatanku saat duduk di bangku kuliah dulu..

Konon kabarnya Yuri berasal dari kota kembang, Bandung, yang sangat identik dengan gadis berparas manis dengan kulit yang super mulus.. Yuri ke Makassar karena lulus tes SPMB di Universitas Hasanuddin Makassar.. Kebetulan juga Yuri memiliki keluarga di Makassar dimana adalah salah seorang senior kami yang juga berkuliah di fakultas yang sama dengan kami ..

Dia menjadi pusat perhatian beberapa senior cowok di kampusku, bahkan salah satu dari mereka yang telah menjalin hubungan dengan seorang gadis di fakultas kedokteran, rela melepaskan sang kekasih demi Yuriko… Well.. Saya sangat maklum, meski tidak cerdas dan tidak menonjol dalam bidang akademik, tapi Yuri memiliki sejumlah kelebihan lain yang mampu menutupi kekurangannya itu..

Salah satunya yaitu keputusannya menutup auratnya dengan menggunakan jilbab.. Dia terlihat semakin ayu dibalik jilbabnya yang teduh.. Lantas saya berpikir, maka semua pria pun akan tertarik untuk memiliki si Yuri yang merupakan gambaran calon istri yang soleha.. Meski terlihat pendiam, tapi Yuri pun memiliki sahabat-sahabat dekat.. Mereka terlihat kompak, yahh layaknya saya dan sahabat-sahabatku juga..

Lalu.. Setelah melewati beberapa semester, saya mendengar kabar bahwa Yuriko lolos dalam tes pramugari haji untuk salah satu maskapai penerbangan.. Tidak hanya sahabat dekatnya, kami teman-teman se-angkatannya pun menyambut gembira kabar itu.. Banyak yang mengucapkan selamat kepada Yuri.. Secara yahh.. gaji pramugari cukup besar, apalagi di usia seperti kami yang saat itu masih sibuk berkutat dengan jadwal kuliah, transkrip nilai, dan final test..

Akibat kegiatan dan aktivitasnya sebagai pramugari mengakibatkan frekwensinya ke kampus semakin menurun.. Dia mulai sering bolos, dan akhirnya kami mendengar kabar dia mengambil cuti satu atau dua semester *Ve sudah lupa, satu atau dua semester yah ?* Sahabat-sahabatnya pun sudah jarang berkomunikasi dengannya.. Mereka bahkan terlibat konflik yang akhirnya membuat Yuri terkucilkan dari komunitasnya..

Masa cutinya belum selesai, namun ada kabar beredar bahwa Yuri akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah.. Mungkin Yuri sudah kehilangan motivator ke kempus, dia kehilangan sahabatnya yang senantiasa menjadi pelipur laranya.. Tapi saya berani bertaruh bahwa itu bukan kesalahn Yuri sepenuhnya, dan bukan juga kesalahan sahabat-sahabatnya.. Ini hanya masalah prinsip.. Bisa juga karena sudah tergiur dengan gaji yang banyak dan gaya hidup yang menyenangkan, sehingga dia tidak sanggup meninggalkan pekerjaan itu, meski itu adalah konsekwensi untuk dapat melanjutkan kuliah..

Yuri pernah sekali dua kali ke kampus ketika kami lagi sibuk-sibuknya menyusun laporan praktek lapang dan asistensi.. Saya sempat bertegur sapa dengannya, dan tak lupa menyunggingkan senyum sebagai tanda bahwa saya masih selalu menjadi temannya, agar dia tidak pernah merasa minder.. Merasa minder ?? Itu karena kabar miring yang santer terdengar di beberapa angkatan, apalagi angkatanku di fakultas kami... Berbagai gosip yang menceritakan keburukan dirinya menyebar luas, hingga bisa dikatakan namanya pun seakan "terhina", bagi sejumlah penghuni kampus yang merasa diri mereka bersih dari dosa..

Ada yang mengatakan bahwa gaya hidupnya sekarang sudah glamour, bergaul dengan sejumlah lelaki tidak jelas. Bahkan kain jilbab yang dulu terpasang rapi menutup auratnya dan hanya memperlihatkan wajah teduhnya, kini hilang entah kemana.. Namun saya tidak pernah melihatnya sebagai sesuatu yang buruk, karena tiap kali kami bertemu, yang ada hanya senyum dan sapaan persahabatan..

Hmmm... Saya tidak mengatakan kabar itu benar ataupun salah.. Namun andaikan semua gosip tentang keburukannya itu benar, Yuri pasti punya alasan.. Dan apapun alasan itu, saya yakin Yuri pun tau konsekwensinya.. Tugasku bukan untuk mengadili seorang Yuri… Saya pun hanya titipan di dunia ini dan tugasku menjaga orang lain yang juga adalah titipan Allah.. Agar kiranya kita saling menyadari bahwa kita tidak sendiri..

Saya lalu teringat beberapa cerita teman tentang diriku.. Cerita yang seolah mencemooh dan menghujatku…. Saat itu juga emosiku nyaris menjelma menjadi dendam.. Fiuuhhh.. Untungnya semua itu redam sembari istigfar kulafadzkan.. Dan saya sadar, saya tidak punya hak mengadili mereka.. Lebih baik kusyukuri diriku yang masih dikelilingi oleh cinta dan kasih sayang mereka yang benar-benar tau siapa diriku dan menerimaku apa adanya…

Beberapa minggu lalu, saat tengah makan siang di salah satu mall, dari jauh saya melihat Yuri yang berjalan dengan teman perempuannya.. Dia tetap manis, dengan penampilan yang emmm... mungkin agak sedikit berbeda, rambut pendek model bob, kemeja coklat tanpa lengan dipadukan dengan celana jeans biru.. Ingin rasanya teriak menyapanya, namun kami dipisahkan kaca yang tebal, dia terlihat asyik ngobrol sambil berlalu..

Sayapun tersenyum, dan kudoakan yang terbaik bagimu, teman.. Semoga dimanapun kita tersesat, akan selalu ada jalan untuk kembali..

31 July 2009
23:45 wita

di balik bangunan tua

Dua hari ini cukup berat buatku… Semua yang di kepalaku rasanya ingin kukeluarkan dengan satu teriakan di alam bebas, namun seperti biasa saya hanya mampu mengeluarkannya lewat isakan tangis yang semakin lama semakin mirip rengekan gadis kecil yang kehilangan boneka beruang putihnya..

Terlalu privasi untuk kubagi kepada kalian… Maaf.. Pagi ini sisa kesedihanku itu seperti diuji dengan peristiwa yang nyaris sama.. Ufff… Seandainya hujan yang menyapaku hari ini bisa menjadi temanku berbagi, rasanya ingin kuadukan semua keluh ini.. Ingin kubiarkan air mataku mengalir sederas nya yang turun membasahi kotaku pagi ini…

Saya hanya mampu menatap rintikan hujan dari balik jendela angkot dan menikmati hawanya lewat tiupan angin, berharap dapat menenangkan pikiranku yang kalut.. Tangisan itu sedikit lagi akan tumpah namun berusaha kutahan hingga tenggorokan ini tercekat, perih…

Bagi kalian yang tau kisah beratku dua hari terakhir ini, mungkin akan tergelak membaca tulisanku.. Mungkin kalian menganggap kisah ini hanya isapan jempol yang kupaparkan demi menarik perhatian.. Ataukah.. Hanya peristiwa ringan yang memang tidak bisa dihadapi gadis cengeng sepertiku…

Terserah..!! Saya tidak pernah peduli dengan apa yang kalian pikirkan tentangku.. Saya hanya peduli pada mereka yang ingin membagi bahunya untukku bersandar.. mereka yang ingin menyempatkan waktu sejenak untuk mendengarkanku dan tidak tertawa setelahnya.. Asas manfaat?? Tentu tidak! Kalian bisa belajar sesuatu dari apa yang terjadi padaku…

Sesampaiku di teras kantor, perdebatan dengan adikku, kembali terjadi lewat telepon selulerku.. Uggghhhh.. seandainya kuikuti emosiku yang kian menyulut, rasanya ingin kubanting benda itu agar percakapan terhenti.. Namun saya hanya berani mengakhiri pembicaraan secara sepihak.. Saya tak sanggup! Hehehe.. *mungkin kamu akan menuduhku mendramatisir keadaan lewat tulisan ini*

Saya mencoba mencari bala bantuan lewat sahabatku dan dia.. Tapi entahlah.. Sepertinya memang kalian susah merasakan apa yang saya rasakan.. Wajar koq… Tidak ada yang bisa mengerti orang yang berpikir dengan emosi meluap-luap sepertiku.. Setelah kuhabiskan beberapa menit di teras dengan mata sembab, saya putuskan mencari tempat aman di kamar kantor..

Kududuk di kursi kecil yang terletak di depan meja riasku.. Sambil melepaskan desahan panjang, saya menatap lekat cermin, dan tampak wajah lusuh dan tidak bersemangat itu… Dari sampingku, kurasakan udara dingin yang terus meniup wajahku seolah mencoba mencuri perhatianku, dan saya saya pun menoleh… Ternyata jendela ruangan ini terbuka lebar..

Seperti biasa, bangunan tua yang “telanjang” itu menarik perhatianku… Bentuknya memang nyata sebuah bangunan bertingkat dua, susunan batu bata rapi tanpa dibalut semen dan cat tembok, terlihat sangat jelas.. Canopy berbentuk setengah lingkaran yang mungkin dulunya dicat putih mulus, kini tertutup dengan jamur serta debu yang menempel sehingga terlihat usang dan kotor, begitupun pilar-pilarnya..

Sejumlah dedaunan kering kecoklatan seolah “menemani” nya sambil bergelantungan di sekitarnya… Sejenak saya berpikir.. Apakah rencana pemilik bangunan ini? Seandainya bangunan itu direnovasi, pasti akan terlihat megah, apik, dan indah, karena terhitung bangunan yang cukup besar… Tapi sama sekali tak ada jawaban yang kutemukan..

Bangunan itu tidak menarik sama sekali… Apalagi disekitarnya hanya barisan pohon kelapa dan beberapa jenis pohon lain yang tidak kuketahui pasti jenisnya.. Daun-daun pohon itu lebat berwarna hijau dan kekuningan.. Sekali lagi tidak menarik, dan begitulah pemandangan yang selalu kudapati dibalik jendela kamar ini, hampir setiap hari ketika akan menunaikan ibadahku serta melakukan rutinitas merias wajah..

Berkali-kali saya yakinkan diriku bahwa pemandangan itu tidak sedap.. Tidak artistic dan tidak ada nilai estetika sedikitpun.. *ceilehhh bahasanya, sudah kayak pakar seni dan desain interior-eksterior* Namun berkali-kali pula saya mengagumi pemandangan itu dalam hati kecilku, dan hingga saat ini nyaris menyita seluruh rasa kagumku…

Apalagi siang ini.. Dimana dinginnya angin menusuk hingga ke kulit tubuhku, dan mengalahkan terik matahari yang sering menemani rintikan hujan.. Pemandangan itu semakin indah.. Akhhhh.. Seketika semua rasa benci ini terabaikan, rasa sedih ini tak kuindahkan lagi.. Kucoba sampaikan pandangan mataku ini ke orang-orang yang kusayangi, berharap mereka tau, ada sesuatu yang indah dibalik semua keburukan itu..

Yappp.. Sesuatu yang indah dibalik keburukan itu.. Dannn saya berpikir.. Mungkin disitulah Pemilik Kehidupan ini menyimpan nikmatnya harta yang tak dapat dibeli dengan uang dari jenis mata uang manapun.. Keindahan yang dia simpan rapi, yang kerap manusia cari dengan menggali alam ini, dengan menggunakan teknologi canggih demi menciptakannya, dengan mengubek-ubek semua toko dan pusat perbelanjaan..

Ini hanya satu dari sekian yang tidak pernah kusadari… Bahwa Dia menegurku dengan cara yang benar-benar indah hari ini, meski risau ini ada, namun terlalu naif apabila saya tidak mengakui keindahan di depan mataku ini.. Terlalu naif karena selalu bercerita tentang kesedihan, padahal Dia tidak pernah jauh dariku.. Meski dua belas warna dan tujuh purnama kulewati… Meski ada yang telah berubah…

14 Juli 2009
23:26 wita


cerita tentang Cinta

Kriiiiiinnnngggggggggg……!!!!! Seperti biasa jam weker yang “bawel” nya minta ampun itu selalu membangunkanku tepat pukul lima pagi… Kuseret langkahku menuju kamar mandi sambil mengucek-ucek mata, hummm.. Kebiasaan yang selalu ditegurkan mantan pacarku dulu.. Katanya itu bisa membuat mataku merah dan iritasi, dan teguran itu tidak pernah kuindahkan..

Setelah menggosok gigi, aku pun berwudhu dan kulanjutkan dengan shalat subuh.. Usai shalat, kusempatkan membaca 2 - 3 halaman Al- Qur'an-ku.. Meski aku tak mengetahui secara pasti arti tulisan itu, tapi ada rasa sejuk berdesir tiap kali aku melafadzkan kalimat-kalimat yang tertera.. Nikmat..

Mengaji singkatku pun selesai.. Aku punya kebiasaan mengecek kotak pesan di ponselku, berharap pesan singkat berisi kalimat-kalimat penyejuk iman yang biasanya dikirimkan Deni, pria yang telah berpacaran denganku salama setahun… Namun kebiasaannya itu sudah hilang sejak 3 bulan lalu…

Aku hanya bisa menelan ludah dan menahan keresahan itu.. Pernah kutanyakan padanya mengenai hal tersebut, saat kami ngobrol lewat telpon..

"Say... Kamu koq udah gak pernah kirimin aku sms di waktu subuh lagi?" tanyaku

"Yahhh.. Aku kan capek.. Bangun untuk shalat subuh aja udah jarang.. Kamu tau kan, semenjak aku naik jabatan di kantor, tanggung jawabku semakin besar.. Sehari 24 jam aja, rasanya gak cukup, Cin" jawabnya..

Yahhhh... Dan aku hanya tersenyum mengangguk... Meskipun kecewa dan sedih.. Terkadang bahkan aku sewot, kalau tiba-tiba dia membatalkan acara malam mingguan kami karena ada meeting dengan klien-nya..

"Lhooo? Tapi kan kita udah pesan tempat.. Kamu kan udah janji, say... Aku udah siap-siap niiiihhh! Gimana sihhh...!" tanggapku ketika dia membatalkan acara dinner kami, hanya karena kliennya yang katanya udah jauh-jauh datang dari Singapura... Perasaan gak jauh-jauh amat deh, masih masuk Asia Tenggara juga kan... Yahhh kecuali kalo jalan kaki.. Ughhhh.. Sebel!!!

"Duhhh.. Sayyy.. Kamu kan tau kerjaan aku kayak gimana... Harus stand by 24 jam..." jawabnya

"Tapi kan kamu udah janji sama aku!! Aku harusnya lebih penting!!"

"Cinta!.. Aku perhatiin, kamu sudah mulai sewot dengan kerjaan aku! Aku gak suka!!"

Obrolan lewat telepon saat itu, membuatku tidak enak hati.. Tidak enak hati karena sekali lagi aku harus mengalah dari pekerjaannya itu.. Aku pikir itu hanya terjadi di sinetron-sinetron saja, namun akhirnya kualami sendiri... Terkadang kupendam rasa kecewa itu berhari-hari, dan akhirnya kumuntahkan lewat tangisan panjang di malam pengantar tidurku.. Begitulah aku, satu yang paling tidak disukainya, karena aku sangat sensitif, "cengeng", kata dia...

Tapi berbicara soal kesibukannya yang bertumpuk, aku pada akhirnya harus selalu mengerti bahwa itu semua dia lakukan demi masa depan kami berdua...

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 07.00, aku lalu bergegas mandi sebelum mama mengomel dengan nada setinggi 7 oktaf, karena anak gadisnya yang sekiranya mengantarnya pagi ini, masih malas-malasan di kasur empuknya.. Hari ini mama pengen diantar ke beberapa tempat, mengingat persiapan pernikahan kakak ku, Hani, yang tinggal menghitung hari..

Usai mandi, aku menuju ruang makan.. Hummm.. Ruangan favoritku.. Hihihi.. Yahh tentulah.. Hidup sehat itu perlu, sarapan adalah kunci aktivitas kita di pagi hari.. Hallahhh.. Padahal aku memang lapar banget, karena semalam gak sempat menyantap makan malamku...

Kemudian, kupanaskan mesin mobil sambil menunggu mama yang sedang menggunakan jilbabnya yang berwarna pink. Dia sangat cantik dengan setelan baju yang dia kenakan.. Baju gamis berwarna hijau daun *wellehh sudah kayak nama band, teman duet Luna Maya*, dengan bordiran pink. Penampilan mama tidak pernah mengecewakan..
Kami menuju rumah tanteku, yang ditempuh dalam waktu 30 menit, sehingga aku dan mama mulai mengobrol beberapa hal..

"Deni mana, Ta?" yapp.. Namaku Cinta, Deni memanggilku dengan sebutan "Cin", kata dia sih kependekan dari Cina, karena wajahku yang oriental. Ihhh usil banget, meskipun tidak bisa kupungkiri darah Tiong Hoa papa yang sangat kuat dalam diriku. Sementara mama dan keluarga malah asyik memanggilku dengan sebutan "Ta" atau "Tita"

"Biassa mam.. Kerjaaa...." jawabku sambil konsentrasi nyetir

"Sabtu kerja juga? Dia koq udah jarang ke rumah sih? Mama perhatiin tiap malam minggu dia udah jarang apelin kamu"

"Mamaaku sayang.. Deni tuh sibuk banget semenjak naik jabatan di kantornya, bukan dia gak mau apelin Tita, tapi klien-kliennya lagi rame berdatangan"

"Humm.. Iya.. iya.. Tapi kamu harus hati-hatil lho, tetap waspada, nak.. Tau kan.. Pria hidung belang udah mulai berkeliaran dimana-mana.. Takutnya si Deni terjangkit"

"Hihihihi.. Mama ini.. Emang penyakit demam berdarah, sampe pake kata " terjangkit" segala... Insya Allah nggak, mam.. Dia rajin sms dan telpon, koq" candaku, meskipun gak sepenuhnya benar..

Deni pun sudah jarang menelponku di malam hari, hanya itu waktu buat kita berkomunikasi.. Smsku juga lebih banyak dicuekin, dan tentunya masih dengan alasan yang itu-itu ajah.. Lagi meeting-lah, lagi ribet-lah.. ngobrol dengan klien-lah.. dan.. bla.. bla.. bla...

Suasana di rumah tante sangat rame, beberapa sepupuku dari luar kota pun berdatangan.. Yahhh gitu deh.. Asal ada perhelatan aja, pasti udah kayak pasar sentral deh..

"Titaaaa chayankkkk" sapa Uni salah satu sepupuku yang baru datang dari Makassar. Dia ikut suaminya yang dipindah tugaskan ke kota Daeng itu, pahal dia Bandung abisss.. Anaknya emang rame.. Satu orang kayak dia udah bisa menyemarakkan sebuah pesta.. Gak perlu pake badut dan master of ceremony, dia bisa rangkap koq.. Hihihihi.. Saat ini dia sedang hamil 4 bulan..

"Hay, Ni...! Ya ampuunnn.. Kapan datang? Gileee.. Hamil lagi, Bu?!"

"Halllahh.. Namanya juga udah bini orang.. Wajar kali kalo hamil.. Aku baru tiba kemarin.. Kamu sih sibuk kerja, jadi udah gak nyadar kalo sepupumu yang cute dan imut ini udah tiba dengan selamat.. By the way, on the way, busway... Tambah cantik loe..!" cerocosnya dengan penampilan yang berantakan habis, oh yah.. narsisnya juga mulai se-akut diriku.. Hihihihi..

"Yahhh.. Namanya juga kerja buat sepiring nasi, harus giat dong, Ni.. Ahhh.. Masa sih gue tambah cantik.. Tapi iya juga.. Ibu-ibu yang hobi gosip di kompleks rumah, malah bilang gini, si Cinta anak ibu Sherly itu, cantik banged yah.. Udah ngalahin si Manohara, istri pangeran Kelantan itu lhouuwww“

"Ihhh.. Najis loe ah...! Manohara..? Kamu tuh bukan Manohara, tapi Manokwari! Udah.. Jangan banyak bacot.. Loe anterin aku balik ke rumah.. Semalam aku nginap.. Mau pulang mandi dulu, ntar balik ke sini lagi“ jawabnya sambil cekikikan..

"Hahahahaha... Sialan loe!"

Dari dulu kami sering becanda... Pokoknya kalo udah ketemu sma Uni, rasanya lagi rumpi sama burung Beo yang bawel abis.. Hehehehe..

Setelah pamit, kami pun berangkat.. Yahhh hitung-hitung melepas kangen, kami mulai bercerita banyak hal di atas mobil Honda Jazz hitam keakunganku.. Mulai dari aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dengan putra-putri kembarnya, Josh dan Jenny, sampai pada cerita antara dia dan suami yang kadang harmonis, tapi terkadang juga diwarnai pertengkaran kecil..

Lantunan gitar Sandy – Be my lady, tiba-tiba memecah percakapan kami.. Upsss.. Ponselku berdering.. Humm.. Deni...

"Assalamualaikum.. Yah say..."

"Walaikumsalam.. Lagi dimana, Cin?"

"Gi di jalan.. Antar sepupuku, Uni, balik ke rumahnya.. Tadi sempat anterin mama ke rumah tante, Ros"

"Uni? Uni yang mana yah?"

"Itu lho.. Sepupuku yang baru datang dari Makassar.. Perasaan aku sempat cerita ma kamu dua hari yang lalu"

"Hmmm.. Aku koq lupa yah... Ya sudahlah, salam ajah.. Oh iya say... Maaf yah.. Malam ini lagi-lagi kita gak bisa jalan bareng... Soalnya ada wedding kemenakannya bosku.. Aku harus datanglah.. Gak enak..“

"Yahhh.. Kamu suka gitu deyh sekarang.. Sebel ahh.. Mmmm.. Atau gimana kalo aku temenin ke wedding?"

"Iyahh.. Maaf... Mau gimana lagi.. Gak usah, say.. Kamu istirahat ajah di rumah.. Lagian pernikahan Hani udah gak lama lagi kan.. Mending kamu bantuin mama dan keluarga untuk persiapannya.. Okey?"

"Huffff... Ya sudahlah.. Kamu lagi dimana?"

"On the way ke kantor, say... Udah dulu yah.. Lagi nyetir nih.. Ribet.. I love you, sweety.. Don’t forget have lunch“

Pembicaraan pun kami akhiri, dan wajah beteku semakin gak bisa kusembunyikan lagi.. Rasanya hubungan ini mulai hambar... Sudah tidak ada lagi masa-masa dimana kami bisa tertawa lepas.. Ngobrol dari hati ke hati.. Bercanda dan saling mengejek... Apakah aku sudah harus berpikir realistis dan mulai skeptis dengan hubunganku ini.. Mengingat di luar sana ada banyak pria yang bersedia menjagaku, lebih dari yang Deni lakukan.. Bahkan ingin meminangku...

Ahhh.. Tidak..! Biar bagaimana, Deni adalah yang terbaik.. Ini hanya masalah tuntutan kerjaan dia saja.. Bener juga sih.. Gak mungkinlah dia tidak menghadiri wedding itu.. Apa kata bosnya nanti, bisa-bisa dia dicap sebagai karyawan yang tidak loyal... Lagian semua ini kan demi masa depan kami.. Aku akung koq sama dia, dan insya Allah dia pun begitu padaku..

"Pacar kamu, Ta?" tanya Uni, membuyarkan lamunanku..

"Hahh.. Iya nih.." jawabku sambil tersenyum

"Cieeee... Udah berapa lama, Ta?"
"Baru juga setahun, Bu.. Emang kamu sama ka Fadel.. pacaran udah kayak umur pohon mangga di belakang rumah.. Lima tahun, bo’"

"Ehhh.. Nyet..! Itu namanya awet... Toh akhirnya married juga kan.. Ada Josh dan Jenny juga kan.. And we still loving each other, honeyy"

"Iye.. iye.. Tau... Kamu beruntung banget yah"

"Alhamdulillah iya sih.. Emang dia kapan ngelamar kamu rencananya?"

"Not now maybe.. Kami masih sibuk dengan kerjaan masing-masing.. Pengen nabung dulu kata dia... Aku juga gak pengen desak..."

"Ehhhh... Kamu harus minta kepastiannya.. Jangan-jangan dia gak serius.. Status sih ada, tapi masalah akung dan cinta, siapa yang bisa nebak.. Kata tengku Fachry sama Manohara, you’re just my property, nah lho.."

Yah... Manohara lagi.. Manohara lagi.. Tapi emang sih.. Model darah Bugis-Perancis itu, kini lagi rame dibicarakan khalayak.. Sampai Presiden SBY dan Dubes Indonesia di Malaysia juga angkat bicara terhadap kasus model yang saat ini kontroversial itu... Hmmm.. Bisa tambah mahal nih "harga" nya...

"Yeee... Kamu tuh.. Bukannya doa yang baik, eh.. malah doain sepupunya yang cantik dan keren ini, yang nggak-nggak.." sanggahku

"Ihhh GR loe ya.. Baru juga dibilang tambah cantik dikitttt... Hihihihi.. Bukan begitu, say.. Aku tuh sebagai kaka, care sama kamu... Aku gak mau kamu jadi korban laki-laki hidung belang yang sudah berseliweran dimana-mana.. Kamu layak dapat yang terbaik, Ta"

"Mending GR daripada minder... Iyahhh.. Iyahh.. Insya Allah Deni bukan satu di antara mereka.. Hidungnya gak belang koq.. Mancung malah.... Hihihi.. Kamu tuh udah kayak mama aja deh.. Emang kalo udah jadi ibu, ngomongnya kayak gitu yah.. Banyakan nasehat dibanding candaan.. Jiwa mudanya udah meredup.."

"Hehhhh.. Loe tu yahhh.. Gue kasih tau malah, ngeledek.. Kualat loe...! Gue jitak juga loe, kayak Josh kalo lagi bandel" "Ampunnn, Bu!!!"

Tawa kami tiba-tiba meledak.. Yapp.. Sudah lama juga aku gak bercanda ria seperti ini.. Mau gimana lagi.. Seminggu lima hari kerja.. Sabtu, paling antar mama belanja. Minggu, nyuci plus seterika bajuku yang udah bertumpuk, malamnya harus istirahat. Sebenarnya itu gak nyita waktu banget, tapi teman buat ketawa bareng itu udah gak ada.. Sahabat-sahabatku banyakan di luar kota... Deni??? I think he's not the best solution anymore...

Setelah nungguin Uni mandi, yang udah ngabisin waktu sejammm! Gak tau deh kenapa ada manusia mandi selama itu, mungkin sekalian nyuci kamar mandi kali.. Akhirnya dia pun sudah tampil cantik, dengan dress yang emang khusus buat ibu hamil, warna biru muda, plus bordiran membentuk bunga-bunga di beberapa sisi dress itu.. Cantik..

Kami lalu meluncur ke Blok M Plaza.. Si uni yang bawel, pengen ditemani nyari dress buat acara kawinan Hani. Dia kayaknya mulai dilanda krisis PD dengan perutnya yang semakin buncit...

"Masalahnya nih, Ta.. Aku hamil di saat ceremony besar bakal digelar.. Yahhh aku gak bisa tampil langsing singset dengan kebaya dong.." jawab Uni, ketika aku memprotes dia yang gelisah milah-milih model dress di majalah Kartini, edisi trend fashion bagi ibu hamil.

"Astagfirullah! Nauzubillah Min Zalik, Ni..! Kamu tuh... Yang namanya hamil itu harus disyukuri.. Halal ini.. juga..“

"Iye Bu Ustadzah.. Amin Ya Rabbal Alamin.. Anjrit..! Loe udah kayak teh Nini istri As Gym ajah... Kalo dia mah cocok.. Lahhh.. Kamu gak cocok atuh, neng.. Mantan preman kampus gitu lho!! Si Deni emang anak pesantren yah kemarin?"

"Hahahahaha... Ngeledek loe yeee... Makanya kalo udah shalat subuh, jangan tidur lagi, tuhhhh nonton tuh kuliah subuh.. Kamu sih... Nontonnya gossiiiiiiip ajah.. Makanya Ngomongnya Manohara mulu"

"Ehhh, neng geulis... Aku ini punya suami.. Udah shalat subuh, harus nyediain segala perlengkapan suami dong... Kalo aku tidur lagi, lama-lama aku dipecat jadi istri sama Fadelku.. Lagian... Bagus kali aku tongkrongin Manohara.. Biar calon putriku, insya Allah secantik dia.. Tapi jangan sampe dehh bernasib apes kayak dia" kata Uni sambil mengusap-usap perutnya. Dia memang sangat menginginkan seorang putri lagi.. Kata dia, biar shopping bareng jadi rame..

"Iye.. iye.. Amin deh...." jawabku sambil tersenyum..

Pikiranku pun menerawang.. Mulai menyusun masa depanku sendiri.. Aku dan Deni, insya Allah akan memiliki keluarga yang bahagia nantinya.. Punya anak yang lucu-lucu.. Kehidupan rumah tangga yang harmonis.. Ahhh.. Betapa menyenangkannya seandainya itu tercapai.. Maka segala keresahanku pun, insya Allah tertepis..

Setelah memarkir mobil, kami lalu berjalan menyusuri blok M Plaza yang ampunn deh, bikin pegel kaki.. Bagi mereka yang sering menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti itu, mungkin udah terbiasa dan kebal.. Tapi bagi aku yang lebih banyak di ruang kerjaku dan nongkrong di depan laptopku, otomatis ngeluh juga sih...

Akhirnya kami singgah di sebuah toko yang memang khusus menjual pakaian buat ibu hamil..

"Aku pas dulu yah, Ta" kata Uni yang memilih dress sutra warna ungu tua metalic, dengan kerah "V", dihiasi payet silver-purple.. Dan ditambahkan tali bahan transparan berwarna ungu yang lebih muda sedikit, di bagian bawah dada, yang nantinya akan simpul berbentuk pita.. Modelnya simpel, tapi elegant.. Cocok dikenakan malam hari..

"Yupp.. Aku nunggu sini ajah" jawabku sambil melihat-lihat koleksi dress lain yang kiranya akan kubeli saat aku hamil anak pertamaku nanti... Amin.. Tapi kapan yahhh... Hehehehehe...

Setelah pas dengan ukurannya, Uni menuju ke kasir untuk membayar... Aku pun berdiri tepat disampingnya.. Kami terpaksa mengantri karena ada seorang ibu hamil, dan seorang gadis seumuranku yang sedang membayar.

Lalu...! Tiba-tiba saja mataku terbelalak ketika melihat isi dompet gadis yang berdiri di depanku.. Bukan karena merk Louis Vuitton dompet kulit mengkilap warna merah maroon itu, atau karena sekitar lima kartu kredit yang berjejer rapi... Tapi karena melihat foto mesra gadis itu bersama seorang pria yang familiar sekali wajahnya, terpasang rapi di dompetnya.. Pria itu adalah kekasihku selama setahun teakhir ini, Deni..

Tubuhku gemetar seketika.. Tidak.. Ta...! Pikir positif... Mungkin gadis itu keluarganya Deni yang datang dari jauh.. Ataukah adik Deni yang paling bungsu yang tidak pernah kau ketahui keberadaannya... Ahhh.. Percuma.. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat, seakan bakal "loncat" keluar.. Akhirnya aku tidak bisa menahan lagi rasa penasaranku,

"Maaf, mba.. Itu fotonya mba, dengan siapa yah?" tanyaku dengan agak gugup dan tanpa basa-basi.. Uni hanya melongo kaget melihatku yang menegur orang tak dikenal.

"Ohh yang ini, mba.. Dia tunangan aku... Namanya Daniel.." jawab si gadis dengan senyum sumringah, seolah menggambarkan kebahagiaannya yang sebentar lagi akan dipersunting sebagai istri...

Ya Tuhannn...! Daniel Deni Syahputra.. Begitulah nama lengkap pria yang terkadang kuprotes karena menurutku namanya itu boros banget.. Terdiri dari dua yang hampir sama bunyinya.. Pria yang selalu kudambakan sebagai suamiku nanti... Huffff...

Seandainya mati itu bisa berkali-kali.. Maka aku lebih milih mati saat itu, kemudian hidup lagi dengan nafas baru dan kapasitas memory yang bersih dari kenangan...
Terasa separuh rohku terangkat.. Kepalaku pening... Air mata ini sudah sampai di pelupuk mata, dan sedikit lagi akan tumpah.. Kakiku lemas.. Uni hanya terpaku melihatku... Tiba-tiba saja pandanganku kabur..

"Ta..!! Tita...!! Ya ampun Cinta!!!.. Kamu kenapa, say!" teriak Uni yang masih sempat kudengar..

... dan setelah itu.. aku tak ingat apapun... berharap takkan pernah mengingat apapun, cairan hangat itupun menetes saat mataku tertutup pelan...


bapak tua penjaga toko

Dulunya.. yang sering menjaga toko tersebut adalah seorang bapak tua renta namun cukup gesit.. Saya sering singgah di toko itu untuk membeli pulsa ataupun cemilan buat bekal nonton DVD, karena letaknya yang sangat dekat dengan rumahku.. Saat saya menunggu bapak tua itu mengirimkan pulsa lewat fasilitas yang akrab disebut elektrik, yaitu dari kartu chip khusus M-Kios yang dia miliki dan berisi sejumlah pulsa, saya kerap memerhatikan bapak tua itu..

Usianya sekitar 65 – 70 tahun, dengan postur tubuh yang kurus dan pendek, lebih pendek sedikit dariku.. Kulitnya berwarna coklat kehitaman dan keriput.. Dia sering mengenakan kacamata dan busana berupa kutang/singlet, ataupun baju kaos berwarna putih… Dia sering menyapaku, lalu diakhiri dengan sebutan “nak”, misalnya, “Mau beli apa, nak?” ataukah, “Darimana? Pulang kerja yah, nak?”.. Yap dia sangat ramah..

Saya sempat satu dua kali ngobrol mengenai aktivitasnya..
“Bapak tinggal sama siapa?” tanyaku di suatu sore saat dia lagi sibuk mengambilkanku dua bungkus mie instant rasa kari ayam..

“Saya tinggal sama keluarga, nak?” Jawabnya singkat sambil mengaduk-aduk dus yang berisi mie instant..

“Lahhh.. Koq seharian hanya bapak yang jaga toko, emang keluarganya pada sibuk yah?” tanyaku lagi..

“Hehe… Ini sudah kerjaan saya, nak.. Nih mie instant-nya, rasa kari ayam kan? Semuanya tiga ribu rupiah, nak” jawabnya sambil menyerahkan kantong plastik hitam berisi belanjaanku..

Saya menyodorkan uang sambil tersenyum dan berlalu…

Yappp.. Dia tidak pernah menjelaskan secara detail mengenai dia dan statusnya di rumah sekaligus toko itu… Pernah juga saya singgah membeli pulsa di suatu malam sepulang kerja..
“Ada voucher kartu AS-nya yang lima puluh ribu, pak?” tanyaku..

“Ada nak, mau yang elektrik atau fisik?”

”Hehehe.. Biassa.. Yang elektrik ajah, pak..“

”Pulang kerja, nak?“ tanyanya tiba-tiba memulai obrolan..

”Iya nih.. Agak capek, pak..“ jawabku yang memang saat itu dalam kondisi kurang fit dengan demam yang sering menghinggapiku di malam hari… Kata pacarku sih, itu bergantung pada suasana hatiku.. Hehehe.. Artinya lagi gak mood..

“Bagus yah kamu.. Masih muda, kerja dengan semangad pula.. Sudah punya pacar?“ tanyanya lagi

”(sambil tersenyum malu-malu) Iyah punya, pak.. Kenapa? Kelihatannya gak mungkin punya pacar yah, pak?“ candaku...

Dia lalu tersenyum dan memperlihatkan giginya yang rapi dan terlihat sehat meski warnanya kekuningan.... Saya berharap dia melanjutkan dengan satu atau dua kalimat, tapi ternyata dia diam sambil mengutak-atik handphone yang dia genggam untuk mengirimkan pulsa yang saya pesan...

”Koq diam, pak? Jawab dong, pak... Wahhh.. Saya jelek yah, pak?“ desakku mencoba santai dan tersenyum, padahal paniknya minta ampun, gawat kalo emang saya jelek.. Kalo anggapan orang tua kayak dia saja, saya jelek, gimana dengan yang lebih muda dari usianya tau bahkan yang seumuranku.. Hiksss

”Ehmmm... Udah masuk tuh pulsanya, coba dicek.. Harganya lima puluh lima ribu“ dia lalu menyimpan handphone-nya ke dalam laci..

Dengan wajah cemberut yang gak pernah bisa kusembunyikan, saya lalu mengecek handphone-ku,
”Udah masuk, pak.. Nih duitnya.. Pas yah, pak.. Makasih“, saya kemudian beranjak pergi dengan rasa penasaran..

Lalu.. Tiba-tiba saja dia teriak dan menjawab rasa penasaranku, ”Saya tadi berpikir... Dan sampai menit ini, gak ada alasan untuk mengatakan kamu jelek, dia laki-laki yang beruntung!“

Saya pun berbalik dan menyunggingkan senyum, lalu menuju ke mobilku yang terparkir di depan tokonya..

Hehehehe.. Bukan ngarang lho.. Meski dengan dialek Makassar yang cukup kental, saya mencoba men-translate-kan kepada kalian, dan begitulah sekenanya.. Hihihihi.. Jadi GR euy... Saya juga punya cerita lucu tentang dia... Suatu waktu, Dodi adikku, singgah membeli pulsa di toko itu.. Dan seperti biasa, bapak tua itu yang meladeninya..
”Pak.. Beli voucher SIMPATI-nya yang lima puluh ribu“ kata Dodi

”Boleh nak, mau yang elektrik atau yang fisik ?? ” tanya si bapak

”Yang elektrik deh, pak”

”Wah kalo yang elektrik udah habis, nak”

”Kalo begitu yang fisik ajah, pak“

”Wah sama juga, nak... Fisik juga habis..“

Wakakakakakakak... Aneh kan.. Kalo tau gitu, ngapain Dodi disuruh milih, elektrik atau fisik.. Padahal nyata-nyata udah habis semua.. Hihihihi....

Yahhh itulah sedikit cerita mengenai bapak tua itu.. Belakangan saya mulai merindukannya.. Dia sudah tidak pernah menjaga di toko itu.. Toko itu saat ini dijaga oleh tiga gadis manis berjilbab seumuranku. Rasa penasaranku akhirnya mendorongku bertanya kepada satu di antara tiga gadis berjilbab tersebut saat saya singgah membeli pulsa di toko itu,
”Maaf.. Mau nanya.. Bapak tua yang biasa menjaga toko ini, kemana yah? Koq udah gak pernah kelihatan??“

Ketiga gadis itu saling memandang, lalu salah seorang dari mereka yang menggunakan jilbab warna pink menjawab, ”Ohh.. Dia sudah pulang ke kampungnya...“

”Hummm.. Begitu.. Dia kapan kembali? Kalian keluarganya?“ tanyaku lagi

”Kami bukan keluarganya.. Kayaknya dia sudah tidak kembali lagi..“ jawab gadis yang sama..

Sebelum saya bertanya lagi, salah seorang dari mereka dengan jilbab berwarna coklat motif kotak-kotak kecil, berkata, ”Maaf.. Kami tidak tahu banyak tentang si bapak.. Pulsanya sudah terkirim.. Uangnya pas yah.. Makasih“, lalu mereka menyibukkan diri dengan mengatur barang-barang jualan..

Saya pun paham bahwa mungkin mereka tak ingin berbagi info, atau memang sama sekali tak tau mengenai si bapak..

Huffff... Nyesel juga, saya gak pernah ngobrol lama dengan si bapak, tapi itu juga karena dia cukup tertutup dan malas berbasa-basi denganku... Yahhhh sudahlah... Mungkinn saat ini dia sudah letih berjualan, kemudian kembali ke kampung halamannya dan berkumpul dengan orang-orang yang benar-benar adalah keluarganya.. Yang membuat dia merasa berarti, lebih dari seorang penjual pulsa dan beragam jualan lain, dari pagi sampai malam.. sehingga dia tidak punya alasan untuk tinggal di kota yang rame dengan hiruk pikuk ini, dan memilih menghabiskan masa tuanya di tempat yang nyaman...

Saya pun kembali merenung.. Apakah kota rumit itu jawaban yang tepat untuk mengadu nasib??? Apakah itu mampu memperjelas status seseorang di rumah ataupun di kantor? Ataukah.. Kota itu hanya menyihir kita menjadi robot pekerja keras tanpa henti dan tidak memiliki tujuan akhir...
....hanya bekerja dan menjadi budak untuk mereka yang haus akan materi dan jabatan...

27 Mei 2009
19:53 wita

agnes dulu dan sekarang, memang beda..

Sudah empat kali saya bertemu muka serta bertegur sapa dengannya.. Namanya Agnes, seorang customer service di salah satu bank swasta.. Jujur saja.. Saya sangat senang dengannya, dan itu sejak awal saya melihatnya.. *hehehehe… najis banged yah... Ve udah kayak l*sbi.. Sumpahh!! Ve masih normal, mengagumi sesama jenis, belum tentu memiliki perasaan seperti dengan lawan jenis, kan*

Okehhh… Lanjut.. Dia sepertinya seumuran denganku, hanya wajahnya oriental abis, saya pun jamin darah Tiong Hoa mengalir kental dalam dirinya.. Kulitnya putih, rambut ombak-nya pendek sebahu berwarna hitam pekat, dan matanya sipitttt banged, dihiasi contact lense warna biru tua.... Asal dia senyum aja, maka kelihatan dua matanya itu hanya se-garis.. Namun itu yang lucu dan menarik dari dia….

Sesekali saya menatapnya saat dia melayani customer lain, sembari saya menunggu di tempat antri bersama sejumlah antrian lain yang sudah mulai bete, dan terus saja melihat nomor antrian mereka, dengan harapan nomor itu berubah menjadi nomor paling pertama setelah customer yang sedang dilayani.. Agnes memiliki senyum yang manis.. Bekerja dengan cepat dan lincah, serta sangat ramah.. *jelas aja.. dia kan emang harus terus tersenyum selama melayani customer-nya.. Udah SOP*

Terdapat dua meja customer service di bank tersebut, satu meja Agnes, dan yang satu meja Lidya, begitu nama yang tertera di papan nama berwarna biru yang terletak di meja masing-masing.. Tiba giliran saya, dan saya sepertinya ditakdirkan selalu bertemu Agnes, mengingat saya mengalaminya empat kali selama empat kali pula saya ke bank tersebut.. Awalnya dia seperti robot atau mesin penjawab yang begitu lancar mengucapkan salam serta sejumlah sapaan lainnya kepada customer pada umumnya..

Pembicaraan dimulai dengan tujuan saya mendepositokan sejumlah uang di bank tersebut, kemudian berlanjut pada lowongan kerja yang sedang marak di koran dan media cetak lainnya. Akhirnya pembicaraan itu mulai mencair, dan mengalir apa adanya.. Ternyata Agnes adalah gadis yang sangat cerewet.. Sumpahhh… Tapi saya senang berkenalan dengannya.. Ke-kaku-anku pun mulai melunak..

Untuk pertemuan kedua, ketiga, dan keempat.. Dia tetap mengucapkan salam formal saat saya duduk di depannya namun sambil cengengesan, dan begitupun diriku.. Kami seolah-olah bersandiwara.. Hihihihi.. Tapi setelah itu.. pembicaraan lebih banyak didominasi dengan keluh kesah dan konsultasi mengenai hal yang jauh berbeda dengan atmosfer tempat kami berada saat itu..

Kami membahas mengenai nyaman tidaknya pekerjaan yang kami jalani, keluh kesah mengenai teman-teman di kantornya yang kadang egois dan masih mementingkan ke-senioritas-an *duhhh udah gak nge-trend kaliii.. kapan bisa berkembang kalo selalu merasa ada senior, dan junior harus selalu di bawah senior*. Saya pun sempat membahas mengenai niatku menggunakan contact lense seperti dia, sampai pada dia lebih senang bekerja di Makassar dibanding di luar kota, karena ingin menemani mamanya…

Pada hari keepat kami bertemu.. Saya lalu menyadari bahwa sepertinya saya pernah bertemu dia sebelumnya di waktu dan kesempatan yang berbeda.. De javu?? Awalnya sih pikirku begitu juga… Namun setelah urusanku kelar dan kembali ke kantor, saya pun duduk di depan meja make up-ku untuk melakukan rutinitas persiapan siaran, like I used to do.. Dannnn.. Ahhaaaaa!!!!!! Saya tau sekarang.. Ternyata dia adalah temanku saat duduk di bangku taman kanak-kanak dulu..

Mungkin kalian lalu mengangguk dan mengatakan dalam hati bahwa pantas saja kami cepat akrab layaknya seorang sahabat.. Tapi tunggu dulu!!! Agnes yang sekarang.. Jauh berbeda karakternya dengan yang kutemui 19 tahun silam di taman kanak-kanak.. Astaga.. Saya hanya mampu tergelak dan bersandar di depan cermin yang menampakkan diriku yang penuh gulungan rambut di kepala, serta wajahku yang penuh dempul bedak namun belum usai kuhiasi dengan warna eyeshadow, blush on, lipstick, dan sejumlah item lainnya…

Saya kemudian flashback ke beberapa tahun silam, mencoba mengingat ulahnya yang sering membuatku terganggu dan menyulut emosiku.. Dia dari dulu memang sangat cerewet.. Juteeeeekkkk bangeddd… Diktator, selalu merasa benar dan berkuasa atas apapun di lingkungan kelas bahkan sekolah.. Terkadang saat sedang baris masuk ke kelas, dia sengaja mendorongku ataupun beberapa teman lain, hanya karena ingin mengambil posisi kami dalam barisan…

Dia selalu merasa cantik, meskipun sumpahhhh..!! gak ada cantik-cantiknya sama sekali dengan potongan rambut mirip tokoh kartun yang lagi ‘in’ sekarang, ‘DORA’.. Terkadang saat dia melihat setelan tempat kue dan botol air minumku yang lucu lengkap dengan warna pink yang imut, dia suka nyeletuk, “Aku punya yang lebih bagus dari itu, yang itu murahan!” Ihhhhh.. Rasanya pengen kutimpuk dengan sepatuku.. Mana mukanya jutek banget lagi.. *Maaf, Nes.. Loe dulu nyebelin bangedddd* Tapi selalu kubawa sante saja, karena kalo mengikuti emosi ini, bisa-bisa tuh anak sudah kujadikan 'dendeng' *duhh sadisnya*..

Bahkan dia punya kebiasaan yang kalo dia lakukan di sekitar kompleks rumah-nya ka Abo yang penuh dengan preman, mungkin dia udah diburu parang, bahkan dijadiin gantungan kunci.. Hahahaha… Dia suka mencubit! Mencubit dengan sangat kuat kepada beberapa orang yang dia anggap pasrah dan terima dengan kelakuan anehnya itu.. Salah satu korbannya adalah sahabatku dulu bernama Debi.. Debi sering menangis karena perbuatan teganya itu..

Hingga suatu waktu saat dia melakukan itu ke Debi, saya mendatangi mereka lalu menepis tangannya.. *hihihi Ve udah kayak anggota Power Puff Girls* Dia melihatku dengan tatapan tajamnya, tapi menurutku sangat jelek karena matanya yang sipit itu. “Ngapain kamu?? Sirik aja.. Mau saya cubit juga?* Gileee.. Dia ngomong sudah kayak penguasa sekolah aja, yang ancamannya hanya mencubit..

Sayapun menarik tangan Debi dan berlalu meninggalkannya.. Sejak saat itu, dia pun sering menatapku dengan rasa benci yang akhirnya membuat dia tambah ceking *hehehehe.. itu analisaku lho.. ngapain juga sirik dipelihara, bisa jadi penyakit* Berhubung peraturan di sekolah taman kanak-kanak-ku dulu sangat ketat dengan pengawasan suster serta guru yang disiplin abis, maka saya sama sekali tidak tertarik membuat gara-gara..

Saya tergolong anak yang pendiam *oh yaaaaaa Ve??* dan hanya ingin berteman dan belajar banyak hal.. Tidak tertarik untuk berantem ataupun menjadi preman sekolah seperti si Agnes itu.. Maka sayapun lebih baik menjaga jarak dengannya.. Radius 2 meter saja, hawa usil bin jahilnya udah kerasa, maka lebih baik mencari tempat yang aman sambil menikmati bekal siangku bersama temanku yang memang jumlahnya tak banyak, dibanding pasukan Agnes yang jumlahnya udah kayak jumlah anggota Gang Yakuza dari Jepang itu..

****
Saya kemudian tersadar dari lamunanku… dan tertawa sendiri.. Hahhh.. Agnes.. Agnes… Betapa kau berubah sekarang.. Kau sangat ramah.. Kelihatan lebih manis, namun tetap aja cerewet… Hihihi.. Mudah-mudahan kita bisa tetap seperti tiap kali saling menyapa di tempat kau bekerja.. Dunia memang tidak selebar celana kolor yak.. ehhh.. selebar daun kelor, maksudku.. Hayooo.. Siapa yang ngerresss…??

Hummmm.. Lalu saya berpikir.. Sungguh kurun waktu yang panjang penuh dengan pelajaran bagi hidup kita.. Menjadi tempat kita me-nyekolah-kan diri kita.. Entah menjadi lebih baik ataukah kita terlalu banyak bermain dan bersikap apatis terhadap tiap ilmu sederhana yang kita dapatkan, sehingga justru semakin jauh dari kebahagiaan dan kebaikan…

Apapun itu.. Saya bersyukur kembali melihat Agnes dengan karakter yang beda dan lebih baik dari yang dulu.. Saya berpikir menjadikan dia sahabatku.. Hummm.. Dan setelah itu, akan kuingatkan dia masa 19 tahun silam dimana saya hanya gadis kecil yang pendiam dan pemalu, sementara dia… gadis kecil yang sangat berani dan penindas sejati.. Wakakakakak…

17 April 2009
22:30 wita

what a fashion (1)

Oke.. Okee.. Maybe.. I am not a fashionable girl.. Buttt… I really love Fashion World.. As you know… dunia fashion itu sangat dekat dengan kita.. Khususnya buat cewek-cewek yang concern banget dengan mix-match dress up.. Like me of course.. Hummm.. Sebenarnya.. Tidak semua perempuan yang 'cinta' fashion dan berusaha tampil fashionable adalah mereka yang ingin mencari perhatian kalangan kaum Adam.. And souuuwww duuu ai ABSOLUTELY NOT!!

Ini hanya bagaimana saya merasa nyaman dengan tampilan saya, dan membentuk image saya sendiri.. Meskipun setelah berpakaian sesuai gayaku lantas banyak negative comment.. So what???? Yang jelas.. Saya masih berada di koridor yang benar dan masih ‘tau diri’ dengan kultur di negaraku dan lebih tepatnya di kota tercintaku yang kental banged dengan budaya “sirik” alias budaya malu..

Namun mengapa saya begitu tertarik dengan dunia fashion serta sejumlah artis dan model yang menurutku fashionable??? Karena bagi saya fashion itu bagian dari seni, penuh warna, design indah bagi si pemakai, seksi.. *ingat!!!! banyak persepsi mengenai seksi dan tidak selalu fokus pada bagian tubuh tertentu melainkan lebih kepada tampilan keseluruhan* Selain itu.. Fashion selalu unik dan sangat dekat dengan kaum prempuan, seperti saya ini, neng, akang, jeung, mas… Hehehehe..

Hummm.. Sebelum saya berbicara mengenai item-item yang kental banged dengan fashion.. Ada baiknya kita mengetahui secuil sejarah fashion itu sendiri.. Okehhh… Deal guysss??

Fashion
dimulai dari tahun 1920… Udah lama banget, yak.. Pada dekade inilah awal dunia fashion. Tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum cewek mencapai kebebasan dan kemerdekaannya. Yippiieeeyyy… Hidup cewek..!! Asal kalian tau, yahh.. Pada dekade sebelumnya, yang 'in' itu model baju ala Cinderella dengan rok super megar, serta pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum cewek *benerrrrr banged.. palagi kalau pinggangnya se-gede Ve… Gubrraakkk.. Bisa mati lemas..*

Oleh sebab itu kawan-kawan.. *cieee.. sok pidato gitu* sejak tahun 20-an, model baju tersebut ditinggalkan. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan yang berbeda. Inovasi terbaru muncul dari designer dunia, seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang cewek, dan dari sinilah dunia fashion mulai berkibar.

Nahhh… Memasuki tahun 1930, perkembangan fashion agak lambat.. Hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946). Fashion akhirnya mulai exist lagi, dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, akhirnya kita bisa lihat bahwa sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi 'cantik' *setuju kannn*..

Fashion bahkan memberi pengaruh hebat bagi dunia di luar fashion.. Terutama dunia film di awal tahun 50-an hingga 60-an. Beberapa movie star menjadi panutan di dunia fashion bahkan menjadi icon, Contoh aja nih, Marlene Dietrich dengan baju androginy-nya. Di era ini juga, designer dunia banyak melakukan inovasi. Dari London ada Mary Quant dengan rok mininya dan Barbara Hulanicki dengan gaya street wear remaja London.

Dari Amerika ada James Galanos dengan baju fitted dan Rudi Gernreich dengan baju-baju unisex. Kalau di Paris *Goshh.. my really wanna visit city* dikenal Yves Saint Laurent dengan gaya tailoring buat cewek, lalu Pierre Cardin dengan baju space-nya dan Emmanuel Ungaro dengan fashion couture-nya. Berkembangnya zaman emang bikin dunia fashion juga terus berkembang. Dan, tidak menutup kemungkinan fashion dulu bisa kita rasakan kembali...

Nahhhh… Udah kannn.. Masih banyak yang ingin Ve bahas mengenai mix –match dress up which is deserve for me, for you, and for her... So.. Juz wait and see, galz…

16 April 2009
14:00 wita

53 menit 49 detik

Betapa hari ini begitu kunikmati.. Bagaimana tidak… Sahabatku Rolita berkunjung ke Makassar setelah entah sudah berapa bulan dia meninggalkan kota kenangan ini, untuk bekerja di Tangerang.. dan pastinya dia sudah cukup lama tidak bersua denganku.. Sejak hari Rabu kemarin, Rolita sudah tiba di Makassar bersama orang tuanya.. Dasar nihhh anak.. sampe sekarang gak bisa juga kalo gak ada orang tuanya.. *Emang kamu nggak Ve??? Hehehehe*

Maka setelah jungkir balik liputan dan live di lapangan selama dua hari PEMILU, saya pun minta kebijakan untuk mengambil liburku di hari Sabtu dan Minggu, tidak seperti biasanya di hari Minggu dan Senin… Ini pun demi menyempatkan berkumpul dengan sahabatku di hari ini, karena esok siang, Lita *nama panggilan Rolita* akan kembali ke Tangerang lagi…

Hari ini kuhabiskan untuk bersenang-senang dengan Ayu, Rolita, dan Nuni.. Sayangnya Gita dan Immi tidak bisa ikut gabung untuk meramaikan kegilaan hari ini.. Wakakakak.. Secara yahhh Gita sudah di Gorontalo.. dan Immi sedang honeymoon di Bali.. Ouuuhhh Co cwiiittt… Sapa juga yang mau menukarkan waktu bulan madunya hanya untuk ngumpul sama cewek-cewek ceriwis seperti kami.. Hihihi..

Yappp.. Meskipun sempat tertawa riang bersama mereka, foto-foto narsis, plusss.. karaoke-an gak jelas dengan tiga orang sahabatku itu.. Selaluuuuu saja ada yang mengganjal di pikiran.. Hufff… Ini sudah menumpang di pikiranku sejak dua hari kemarin.. Dan penyebabnya hanya satuuuu.. Ihhhhh… Menyebalkan!!

Kenapa sih Ve gak bisa independent??? Kenapa harus selalu mengurusi mereka yang tidak pernah mau diurusi?? Mengapa begitu khawatir tanpanya?? Mengapa tidak berusaha tertawa lepas seperti yang mungkin saja dia lakukan jauh di sana..?? Mengapa tidak menikmati hidupmu dan lebih optimis bahwa masa depanmu akan indah pada saatnya…??

Mana Ve tau.. Seandainya Ve tau.. Gak mungkin Ve kadang uring-uringan.. Gak mungkin Ve terlihat murung.. Pasti kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun Ve akan tertawa lepas, lebih riang, lebih ringan melangkah, tidak kepikiran macam-macam.. Berusaha mencair dengan siapapun.. Tidak menjadi seseorang yang kaku seolah tidak menikmati hidup dengan lepas...

Dan saat sejuta pikiran itu berkecamuk dan berputar di kepalaku, sampe-sampe Ve gak konsen nonton DVD keren yang sedang di-play.. tiba-tiba saja deringan handphone-ku membuyarkan semua itu… Nama di layar handphone jelas membuatku mendengus kesal.. “Ahhh dia.. Kini apalagi...??”

Seperti biasa dan dengan nada suara yang sama yang mungkin selalu dia rindukan, atau bisa juga justru membuatnya mual, saya pun menjawab teleponnya.. Pembicaraan pun mengalir.. Akkhhh.. Lama-kelamaan justru menyenangkan.. Melunturkan sebagian niat protesku.. dan meskipun saya protes, tidak dengan nada melengking kayak ibu kost yang lagi omelin penghuni kostnya karena menunggak bayaran 4 bulan…

Yang terbersit hanya ‘rasa’ entah apa namanya, tapi memuatku tak ingin apa-apa selain memanfaatkan waktu menceritakan kebahagiaan yang kulewati sepanjang hari.. dan dia selalu setia mendengarkan *okeh.. kali ini dia benar.. mungkin saya KADANG ingin didengar, tapi ternyata masih banyak yang senang duduk di sampingku atau sekedar menerima telponku*..

Namun.. Saat itu.. saya hanya ingin mendengar tawa renyah itu.. Hanya ingin menciptakan sebuah moment dimana hanya itu yang kami bisa kenang saat kami sedang gundah dengan perasaan masing-masing… Saya tidak punya keberanian merusak gelak tawa kami.. Ataupun diam kami karena rindu ini sudah tidak bisa dibahasakan lagi..

Tak ingin sama sekali saya mengacaukannya dengan sejumlah kekecewaan yang kusimpan rapi satu per satu, bak baju dan celana yang tersusun rapi di lemari.. dan mungkin suatu saat apabila sudah full, maka bisa saja terhambur keluar.. Hummm.. Saya kadang merasa seperti itu, tapi entahlah.. setelah kesempatan tiba.. Seperti semuanya tetap terjaga rapi.. Saya lebih pilih diam… dan menikmati sensasi 'waktu' itu..

Uhmmm.. Selain menikmati sepanjang hari bersama sahabat-sahabatku.. Uhmm.. Terima kasih untuk 53 menit.. 49 detik yang kau berikan.. Mungkin esok.. tidak se-nikmat hari ini.. Tapi kata seorang kaka yang kaya akan kebijakan, kepadaku…..
“Selalu bersyukur Ve.. Maka dengan begitu, kau akan merasa cukup, dik..”

12 April 2009
00:58 wita

antara cappucino dan teh tarik

Hari off gini, gak biasanya saya nongkrong depan komputerku dan waktu masih menunjukkan pukul delapan malam… Namanya juga hari off, pastinya adalah hari dimana saya menghabiskan waktu dengan hal yang menyenangkan… Namun karena rasa capek dan lelah menyerangku lebih awal, jadilah aku kebingungan sendiri harus ngapain..

Pengennya sieeehhhh minum kopi *ngapamieee yang coffee addict*, tapi gak tau cara buatnya.. Eitttsss… Don’t think that I’m too stupid to make it.. Hanya saja gak bisa jamin rasanya se-nikmat kopi di Dg. Anas.. Ternyata kegiatan minum kopi teman-teman kantor di warung kopi yang dulunya kuanggap membuang-buang waktu, ternyata dapat menjadi kegiatan yang sayang untuk dilewatkan, apalagi saat sore bersambut..

Hummm.... Jujur yak, dulunya saya sangaaaattttt mmbenci yang namanya kopi.. Tiap kali saya meneguk secangkir kopi, seperti ada rasa aneh tertinggal di leherku, lalu tiba-tiba mengaktifkan alarm di kepalaku seolah tanda bahwa kepalaku akan mengalami pusing beberapa saat, jantung berdetak lebih cepat, yang akhirnya disusul dengan rasa mual, kemudian diakhiri dengan keringat dingin.. *Ve.. Kayaknya berlebihan banged deh.. Intinya kopi itu gak enak!!!!*

Saya bahkan geleng-geleng kepala melihat dua temanku Ayu dan Gita yang tampak luarnya cantik, feminim, wangi, dan masih banyak lagi yang gak penting.. *hihihihi*, yang merupakan pecinta kopi sejati, lebih tepatnya kopi susu atau bisa juga cappucino.. Tiap kali mengetahui mereka sedang menikmati secangkir cappucino, saya sering nyeletuk dengan kalimat, “Tinggal nambah sebatang rokok, asbak, dan koran, and both of you seem like totally a MAN!!

Hahahahaha... Saya lebih senang dengan minuman teh, khususnya teh tarik.. Merupakan minuman dengan campuran teh dan susu, cara membuatnya pun
unik, yaitu dituang bolak-balik dalam wadah dan dalam jarak yang jauh, sehingga terkesan ditarik, dan akhirnya menghasilkan busa, tidak jauh beda dengan cappuccino kan.... Tapi tetep aja beda dongg… *maksudnyaaa*

Pertama kali saya menikmati teh tarik, saat saya mengerjakan tugas penelitianku di bangku kuliah dulu. Kebetulan saya melakukan penelitian di sebuah warung kopi yang cukup terkenal di Makassar.. Sekali mencoba, saya pun benar-benar kecanduan.. Hehehehe.. Konvensional banged yak.. Menurutku itu sangat aman dan nyaman..

Bagi saya.. Rasa teh yang sederhana dengan wangi yang khas, mampu mendamaikan perasaan seketika.. Kemudian campuran susu kental yang memberikan sensasi berbeda namun tidak se-“keras” caffeine, membuat saat-saat meneguknya menjadi begitu nikmat, tanpa ada rasa khawatir dengan caffeine yang berlebihan dan mempengaruhi kesehatan, ataukah pertanyaan mengapa rasanya agak pahit, atau mengapa rasanya tidak sebanding, dan pertanyaan aneh lainnya yang justru membuatku semakin panik...

Sementara cappuccino.. Okelah.. Memang minuman yang satu ini tidak 100% kopi, tapi tetap saja mengandung kopi.. Rasanya bagiku cukup “mengkhawatirkan”.. Saya menyebutnya sajian kopi modern, yapp nilai exclusive-nya tinggi dan sangat identik dengan mereka para workaholic. Mereka yang butuh kandungan caffeine sebagai tambahan “amunisi” yang mampu menambah semangad kerja dua kali lipat tanpa istirahat, hanya kerja.. kerja.. dan kerja..

Namun.. Seminggu terakhir ini.. Entah angin macam apa yang menyambarku... Tiba-tiba saja di suatu siang *halllahhhh kayak cerpen ajahhh*, sepulangku dari bank setelah antri selama 45 menit dan cukup menguji kesabaranku, saya memutuskan melakukan suatu hal yang tidak ingin kulakukan sebelumnya… Minum kopi or something which is contained of coffee..

Saya pun menyempatkan diri ke Excelco.. Salah satu unlike places karena sajian minumannya yang kebanyakan mengandung kopi.. But not for that day.. Sluurrrp.. Sluurrrp.. Emmm.. Sluurrrrpp… Ternyata lumayan juga rasanya.. 5 menit.. 10 menit.. 20 menit.. Hummm.. Nikmat juga rasanya…

Okey.. How we say that I am getting addict now.. Hehehehehe.. Yappp.. Ternyata rasa kopi lumayan juga, kopi susu yah.. Karena saya kayaknya belum mampu/berani menikmati kopi to’.. Bisa-bisa baru seteguk, rasa khawatirku sudah berlebihan. khususnya pada frekwensi detak jantungku dan nyut-nyut di kepalaku..

Saat ini saya kemudian mulai menganalogikan diriku dengan dua jenis minuman itu.. Dua minuman itu seringkali tersedia di satu tempat yang sama, warung kopi misalnya.. Namun dua minuman itu tetap memiliki rasa yang berbeda.. Teh tarik melambangkan sisi konvensional dalam diriku..

Diriku yang selalu menurut, yang selalu mengurungkan niatku membahagiakan diri dan lebih memilih untuk mendengar serta mematuhi, diriku yang berusaha berada di koridor yang benar, tidak senang dengan dunia gemerlap, ingin melakukan sesuatu dengan sempurna, berusaha menjadi kebanggaan..

Dannn cappuccino... Refleksi diriku yang haus akan kebebasan, yang tidak monoton dipagari dengan peraturan yang harus dipatuhi.. *intinya break the rules* Ingin lebih fleksibel dari sekedar menyapa kenalan baruku hanya dengan senyum, melakukan hal-hal yang membahagiakan diriku dan tidak hanya terpaku pada kerja untuk mencari duit, tapi kerja adalah bersenang-senang…

Mungkin sesekali keluar dari koridor demi menciptakan sensasi berbeda, bisa dilakukan.. Seperti.. Pulang kantor bisa hang out bareng teman dan pulang di atas waktu tengah malam... Salah??? Kesalahan?? Itu wajar Ve… Bahkan mengapa tidak mencoba melakukan banyak kesalahan, agar belajar lebih tegar dan belajar dari semua kesalahan itu..

Dan.. hidup ini sebuah proses… proses itulah yang terpenting demi sebuah tujuann… So.. Which one I have to choose cappuccino or teh tarik? Emmm… How about you, guys.. Which one do you prefer being for.. cappuccino or teh tarik????

05 April 2009
21:00 wita

untitled 15

Ehhhmmm.. Permissiii (whispering) How do I say this? Sebenarnyaaaaa saya pengen nulis banyak tentang perjalanan hariku.. Tapiii… Lagi gak ada spirit buat nulis.. Padahal kalo mau liat koleksi tulisan gak pentingku di tahun kemarin, hummm.. berlembar-lembar bowww… Kalo dijual di tukang loak, bisa beli satu indomi kari ayam + sebutir telur.. Okehh.. You may say, I am unconsistent girl.. The important thing that I always be the real me.. Deal??!

Mengenai saya?? Humm.. saya masih di tempat kerja yang dulu, sudah setahun lebih malah.. Meski tanpa kejelasan dan masih gitu-gitu ajah.. Pengen belajar banyak dengan suasana yang lebih menarik, but unfortunately that is not the right place I think.. Ve coba nikmati ajah apa yang sedang Ve jalani dan belajar bersyukur lebih banyak..

Gileeee.. Koq jadi wise banged yahh.. Hehehehe.. Emang Ve lagi cooling down alias mendinginkan kepala di bawah AC kamar yang naujubileehhh panas seharian.. Yang ada emosiii mulu.. Pengen marah-marah gak jelas… Sensi-lah pokoknya… Kalo bisa teriak.. Ve bakal teriakk sekuat tenaga.. *ehh.. Ve emang dorong lemari pake sekuat tenaga segala.. ntar pita suaranya putus lho.. diganti jdengan pita kaset, mau??*

Hubungan dengan dia?? Hummm.. No comment dulu deh.. Jangan ditanya dulu, Ve jadi mules banged nih.. Yang jelas ada nilai plus buat Ve dan dia.. Dan ternyata semua yang menyenangkan, emang fana yahh.. Gak ada abisnya dan gak ada puasnya.. Nuntut sana nuntut sini tanpa pernah bercermin.. *Bet ai louve it... kip lerning gituuww..*

Okehhhh.. Ganti topik.. Actually.. Ve sedang melakukan sesuatu.. Gak ngotot sihhh, tapi lumayan juga kalo misalnya berhasil.. Setidaknya ada peluang terbuka lagi, hanya saja orang di sekitarku mau gak yah nerima itu?? Uffff… Mau mencoba sesuatu yang baru, sekedar memberi warna bagi diriku yang kayaknya getting grey..

Anyway.. Tulisan pembukaku gak begitu menarik.. Maklum lagi kacauuu banged.. But it’s okay… I’ll be fine.. Juz need time.. And see you so on…

03 April 2009
23:25 wita

energi ganda

Malam itu segala penjuru ruang di kantor biro diramaikan oleh karyawan dan juga anak kontri Makassar dan kontri dari daerah yang dipanggil bergabung bersama kami. Puncak keramaian justru terjadi di teras depan, dimana telah terpasang tenda biru *bukan acara pengantin lhouuuwww*, kursi-kursi yang tersusun rapi, dan berbagai banner bergambar karikatur bang One dan tulisan tvOne juga telah meramaikan suasana teras depan..

Yappp.. Malam itu kami teman-teman di biro Makassar sedang membuat sukuran ulang tahun tvOne yang pertama secara sederhana.. Meski sudah lewat seminggu dari hari "H", namun masih disambut antusias oleh sejumlah undangan. Kami mengundang sejumlah wartawan yang ada di kota Makassar, serta kolega maupun rekanan yang telah mebantu dan mendukung kinerja kami, baik di lapangan maupun di studio selama kurang lebih setahun ini..

Seperti biasa saat sejumlah tamu berdatangan, saya hanya mampu tetap duduk kaku di kursi presenter untuk menunaikan tugas siaranku sampai tuntas *itupun hanya satu berita, hiksssss* Tiba-tiba saja ka Abo mulai mengeluarkan gurauannya.. “Aihhh Ve, maumi ulang tahunmu di? Mati mako kau, pokoknya bawako baju sekitar.. emmm.. lima.. eh.. emmm.. enam.. eh… tujuh lembar lah… Karena nda lolosko pasti disiram” Candaannya pun lalu disambut dengan protesku diiringi cekikikan teman-teman di kantor..

Duhhh iyyalah.. Sapa sih yang mau disiram saat berulang tahun.. Namanya juga ulang tahun, usia bertambah, artinya tambah tuir dong… Makin dekat ajal kan.. Ehhh.. Ini malah mau disiram pula.. Ughhhh… Aneh-aneh aja kebiasaan anak-anak di kantor ini.. Entah sudah berapa orang yang menjadi korban habituation seperti itu, hanya karena yang lain ingin meramaikan suasana, dan paling seneeeeeengggg liat orang lain menderita..

Setelah capek protes dan tertawa, saya lalu kembali berkonsentrasi dengan pekerjaanku *bukan pekerjaan siaran yah, pekerjaan utak-atik Facebook* Saya lalu teringat tahun demi tahun yang lalu saat memasuki hari ke dua puluh empat di bulan Februari.. Selalu ada janji dan komitmen yang kubuat untuk memperbaiki diriku.. Untuk memperlihatkan sesuatu yang beda dan jauh lebih positif, sehingga semua proses yang kulalui memiliki arti.

Namun... Ada saja yang tersisa.. Ada saja yang tertinggal.. Tidak terpisahkan dari diriku.. Menjadikanku sebagai sosok yang lemah… Pengecut… Penakut.. Hanya mampu bersahabat dengan riak kesedihan yang tiada reda.. Meski tawa kebahagiaan sempat menghiburku, tapi itu hanya penawar yang sekejap hilang…

Lantas bagaimanakah di hari kedua puluh empat tepat pula di tahun ke dua puluh empat nanti??? Akankah ada sebuah perubahan besar yang terjadi?? Itu semua tergantung diriku.. Dan entahlah.. Saya butuh energi ganda untuk itu….

22 Februari 2009
23:00 wita

......

Baiklah saya mengaku... Saya menyerah.. Saya gak sanggup menyimpannya sendiri.. Nyaris sebulan kuterlantarkan "tempat" ku berbagi dan bercerita ini.. Kubiarkan rasa kecewa, sedih, dan marah ini berakar dan kian tumbuh di dalam sebuah ruang besar di hatiku.. Awalnya kupikir seiring waktu, semuanya akan pulih.. Semuanya akan membaik, akan berakhir dengan bahagia.. Ahhh.. Tapi justru sebaliknya... Yang ada malah keadaan kian memburuk...

Reaksi kimia yang awalnya manis berwarna-warni.. perlahan-lahan kelabu menjadi racun.. Yang membuatku melemah, kehilangan keceriaanku, tidak dapat menikmati cerahnya sinar matahari dan sejuknya udara dingin, ufff... hanya kesedihan.. dan parahnya semua itu tidak bisa kuhempaskan begitu saja lewat bulir air mataku.. Shit!! I can't cry like usually what I've done!

Siapa yang telah melakukan itu padamu?? Siapa??? Jawabannya sangat sederhana.. Saya! Sayalah pelakunya.. Saya yang membawa diriku pergi ke alam fana itu... Menjauh dari kebahagiaan tulus dan suci itu.. Mendekat pada pekatnya benci dan kesombongan...

Ya Tuhann.. Di persimpangan ini.. Kumohon.. Ku pinta itu kembali padaku.. Pabila ada rencana yang lebih baik.. Maka biarkanlah sekali dan terakhir kali.. berakhir dengan indah...

17 Februari 2009
17:05 wita

memasuki Februari

Bagi sebagian orang, bulan Februari adalah kurun waktu yang singkat namun penuh rencana.. Persiapan memasuki hari ke-empat belasnya saja, menghabiskan waktu tiga belas hari. Tau sendiri kan, Februari selalu identik dengan Valentine’s day yang penuh dengan kisah romantis, baik bagi mereka yang telah memiliki pasangan, ataupun mereka yang single alias jomblo.. Cinta dan kasih sayang diterjemahkan dalam berbagai rupa dan makna..

Saya teringat kebiasaan teman-teman di sekolahku dulu di bangku SMP dan SMA. Tradisi Val’s day sangat kental dirasakan hampir semua kalangan siswa di bumi Rajawali tersebut. Asalkan matahari telah terbit, dan kita telah memasuki hari pertama di bulan Februari, maka para gadis dan lelaki pun mempersiapkan diri mereka untuk tampil maksimal pada hari ke-empat belas nanti…

Kaum hawa yang biasanya tampil seadanya di sekolah, tiba-tiba sibuk mempercantik diri dan mempermantap penampilan.. Kaum adam pun tak mau kalah, yang dulunya kutu buku dan hanya sibuk dengan rumus phytagoras dan sekawanan rumus lainnya, dalam waktu sehari saja berubah menjadi pujangga, menciptakan kata-kata puitis yang kadang gak nyambung antara bait satu dengan bait lainnya…

Oh yaaa… Itu buat yang udah punya pasangan yahhh… Nah gimana dong buat yang jomblo? Gak ada masalah! Justru bulan Februari adalah moment yang pas bagi mereka untuk menemukan pasangan baru, secara yah…. Akan banyak event yang bertemakan Val’s day, dan buntut-buntutnya hanya sebagai ajang perjodohan.. Hehehehe…

Bagi kami yang sudah setahun lebih menjadi karyawan teladan (cieee… teladan jieeee) di perusahaan ini, bulan Februari bias menjadi moment penting dan jauh lebih penting dari pasangan-pasangan yang sedang dimabuk cinta… Di bulan ini dan tepat di hari keempat belas pula, usia perusahaan ini pun bertambah setahun lagi.. Harapan kami sihh gak muluk-muluk.. Karena pastinya kami akan terus berkarya, tapi di satu sisi.. Ummm… Naik gaji dong bosss… Hehehehe..

Setahun lalu pas launching, dimana euphoria teman-teman di Jakarta, tepatnya di Jakarta Convention Centre Hall begitu tampak.. Kami pun di biro tidak mau kalah… Hihihi… Meskipun hanya skala kecil, tapi acara potong tumpeng sangat melengkapi kegembiraan kita.. Hehehehe.. Secara yah.. Sebelumnya.. TV ini dikenal sebagai TV yang seronok dengan komedi tengah malamnya.. Lantas berubah menjadi sebuah TV news yang ber-edukasi dan berkualitas..

Bagi saya?? Memasuki Februari selalu indah.. Apa yang saya nantikan? Hehehehe.. Tidak ada yang special selain menyadari usiaku akan betambah, dan artinya waktuku semakin sempit untuk memperbaiki diri, untuk mewujudkan semua yang terbingkai di benakku.. Ohh yaaa satu lagi... Simpel... Biasanya… di bulan Februari, hujan lebih sering menyapaku…

….dan Februari kali ini… Entahlahh… Saya seperti menyerah pada keadaan.. Tubuhku lunglai tanpa semangat… Saat ini semua terlihat kelabu dan semakin abstrak.. Tanpa semangat baru… Seolah janji itu… Hanya tinggal janji…

1 Februari 2009
00:00 wita

sanggupkah saya??

Tubuhku jadi merinding setelah mengakhiri pembicaraan dengannya… Itupun tidak dengan mengucapkan salam perpisahan, tapi karena baterei handphone-nya yang udah low banget… Ehmmm… Yahhh saya sudah mengutarakan maksudku dan apa yang sebaiknya dilakukan apabila kerisauan dan kegalauan sudah mulai merajai pikiranku..

Sungguh… Saya hanya ingin menciptakan zona nyaman di antara kami berdua… Saya maunya kami tetap berdamai, apapun dan bagaimanapun kondisinya… Saya tidak ingin kejadian dulu terulang lagi atau bahkan menorehkan sejarah baru yang jauh lebih miris bagi diriku..

Tiap kali mengulang kalimat-kalimat yang telah kusampaikan kepadanya, seperti merewind sebuah kaset demi mendapatkan lagu yang kusuka, perasaanku perih.. Ada rasa kecewa yang mengiris pelan organ-organ inti dalam tubuhku.. Di satu sisi, saya tidak ingin kehilangan, di sisi lain, masih adakah pilihan bagiku?

Apakah ini berarti?? Ahhh.. Entahlah… Saya masih tidak percaya dengan kata itu.. Dan.. maafkan saya.. Ini karena rasa itu semakin menguasai diriku, dan semakin aku mengecapnya, maka semua itu serasa oase di tengah gurun yang gersang… Namun saya hanya mencoba kembali menjaga diriku… Saya takut oase itu mengering, dan dahaga itu membunuhku...

Akan tetapi.. Sanggupkah aku tanpa semua itu???

29 Januari 2009
22:40 wita


how lucky am I? as lucky as I have them

Pagi ini saya bangun telat lagi.. Hummmm… Kebiasaan begadang ini sepertinya semakin sulit dihilangkan atau diminimalisir, yang ada malah jam begadangnya bertambah.. Setelah melakukan rutinitas mandi dan berpakaian, serta kebiasaanku mengutak-atik wajah dan rambut di depan cermin yang memakan waktu 15 – 20 menit, hehehe.. Saya pun menyambar handphone dan tasku, lalu menuju ke ruang tamu..

Sambil ngobrol dengan mama mengenai aksesoris lucu dan cantik, saya mencoba melihat hp (baca: handphone), kali-kali aja ada sms atau telepon yang terlewatkan sejak malam tadi hingga pagi yang nyaris memasuki siang ini.. hihihihi.. Dann.. Ahaaaa.. Bener kan! Pasti ada! Tidak tanggung-tanggung, enam sms!..

Lima sms dari sahabat-sahabatku yang akhir-akhir ini menyapaku dengan intens dan menanyakan kabarku, sementara satu sms datangnya dari nomor yang tidak terdaftar di phone book, bunyinya, “Hi sweet girl! How lucky to be you, and the most lucky man to have you!” Hehehe.. Hayooo.. Jangan sirik lho, Ve malah sama sekali gak GeEr.. Setelah membaca sms itu, saya lalu menutup flip hp-ku dan menyimpannya..

Saya pun berangkat menuju kantor.. Tiba-tiba saja dalam perjalanan, saya kembali teringat sms tadi.. Bukan bertanya-tanya siapa pengirimnya, karena jaman sekarang, sms dari pengirim gelap kayak gitu bukan hal yang aneh lagi. Saya hanya mikir, seberapa yakin dia bahwa saya ini adalah seseorang yang beruntung.. Parameter apa yang dia gunakan sampai dia mengatakan bahwa yang memiliki diriku akan sangat beruntung..?? Yakinlah..!! Pacarku akan tertawa terbahak-bahak membaca bunyi sms itu…!

Tiba-tiba saya teringat dengan seorang sahabat di jaman SMA dulu yang kuanggap sangat beruntung dalam hidupnya.. Namanya Yunita (nama samaran), satu dari sekian siswa yang cukup famous di sekolah. Mengapa dia beruntung?? Baiklah akan kuceritakan sedikit mengenai dia, dan setelah kalian membacanya, terserah kalian ingn menilai sejauh mana keberuntungan itu sebenarnya..

Saya mengenal dia sejak duduk di bangku SMP, namun akrab ketika duduk di bangku SMA. Saat itu dia memang sudah menarik perhatian banyak kaum adam di sekolah maupun di sejumlah sekolah lain yang kadang bertandang ke sekolah dalam rangka pertandingan persahabatan ataupun sekedar menyambangi kegiatan fancy fair di sekolahku yang selalu menarik perhatian teman-teman di sejumlah sekolah Katolik swasta lain..

Bagaimana tidak.. Parasnya sangat ayu dan cantik, dia keturunan Tiong Hoa *ya iyyalah secara sekolahku itu sudah seperti kawasan Pecinan tempat berkumpulnya warga bermata sipit, kulit putih mulus, dan cara ngomong seperti hidung tersumbat (hehehe maaphh)* Tapi Yunita memiliki wajah yang khas, matanya tidak sipit, justru bulat nyaris sempurna, dia sepertinya lahir dari hasil peleburan darah Jepang dan Eropa.. kalian bisa bayangkan cantiknya dia.. Kulitnya putih mulus.. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi sangat proporsional, jauhlah dari yang namanya berat badan lebih..

Dia masuk dalam komunitas kelas dimana berkumpullah orang-orang yang tiap hari memaksa otak bekerja lebih giat untuk memahami sejumlah rumus matematika, persamaan reaksi kimia, hapalan biologi yang setumpuk tebalnya, dan lain-lain, "kelas pintar".. Tapi penampilannya tidak kolot dan kutu buku wannabe seperti sejumlah siswi yang saya liat.. Apabila mereka sibuk dengan kacamata yang kacanya setebal pantat botol, rambut yang hanya dikuncir sederhana, dan baju sekolah yang rapi abis plus rok yang panjangnya 7 cm di bawah lutut *aturan sekolah yang paling sering kami kaum perempuan langgar, maklum kepala sekolah kami seorang suster dengan busana yang tertutup*

Yunita justru berbeda.. Tampilannya sangat modis.. Dia menggunakan soft-lense berwarna honey brown, rambut panjang dengan model dikeriting dan berwarna coklat gelap mengingat bahwa kami sangat dilarang mewarnai rambut di sekolah, seragam sekolah yang telah dimodifikasi menjadi lebih ngepas di badan dan rok yang panjangnya selutut, itupun dia sering bersembunyi dan berusaha menarik roknya ke bawah apabila ada razia rok, dan fortunately dia selalu lolos karena bersembunyi di ruang OSIS.

Meskipun tampilannnya yang modis abis membuat dia terkesan menjadi anak pembangkang, tapi dia sangat jauh dari sifat jelek yang dimiliki kaum perempuan modis lainnya di sekolah. Yunita anak yang sangat ramah, baik hati, senang membantu sesama, tidak segan-segan membersihkan ruangan kelas saat giliran piketnya. Dia anak yang sangat menyenangkan dan sangat komunikatif, itulah sebabnya dia selalu diterima baik di komunitas manapun, bahkan para guru pun senang dengannya.

Kami bersahabat.. Sering tertawa dan berbagi cerita bersama.. Tiap malam, saya dan dia mengahbiskan waktu ngobrol berjam-jam lewat telepon.. Bercerita mengenai aktivitas kami, kedekatan kami dengan sejumlah teman laki-laki, dan lain-lain.. Lalu.. tiba-tiba saja, dia bercerita dirinya yang jauh dari segala keberuntungan yang kulihat pada dirinya..Satu per satu dia ceritakan tanpa ragu..

Mengenai pacarnya.. Yap.. Dengan tampilannya yang nyaris sempurna , maka dia layak mendapatkan mantan senior kami di sekolah yang masuk dalam daftar cowok keren dan full of talented.. Bisa dikatakan idaman kaum perempuan… Postur tubuh tinggi, kulit putih, dan si cowok keturunan Cina – Manado… Namanya Rico (nama samaran).. Sambil melajutkan kuliah di Jakarta, Rico juga menjalankan usahanya sebuah showroom jual-beli mobil. So.. kurang apa lagi pasangan ini????

Dengan suara kian pelan, Yunita berbisik.. “Dia tidak membuatku nyaman, Ve.. Dia banyak nuntut perubahan Ve, seolah-olah dia tidak bisa terima apa yang ada pada diriku sekarang…” Saya menanggapi, “Kenapa mengatakan seperti itu Yun? Bukankah dirimu itu sudah lebih dari cukup.. Harusnya dia merasa beruntung memilikimu, mengingat begitu banyak teman laki-laki di sekolah yang menginginkan dirimu?”

Lalu dia terisak… Tangisannya semakin jelas.. “Justru itu Ve.. Apa kurangnya saya? Mengapa tiap hari selalu ada yang salah denganku? Dia sering memuji perempuan lain tanpa memikirkan perasaanku, Ve… Kadang saat kami punya waktu buat bertemu saat dia liburan, kami hanya menghabiskan dengan bertengkar, bahkan dia kadang memukulku!!! Ah.. Dasar saya bodoh… Mengapa saya harus bertahan dengan kondisi ini?” Tangisnya pun meledak.. Saat itu saya merasa tidak siap, dia yang awalnya ceria, dan memang dia sangat ceria di sekolah, tiba-tiba saja bercerita kisah telenovela-nya.. Penuh derai airmata..

Whattt!!!!! Lalu kenapa bertahan? Kenapa bertahan dengan kondisimu, sementara sama sekali membuat kau tidak nyaman?” tanyaku yang sudah mulai bingung dengan hubungan dua manusia yang nyaris sempurna ini.. “Entahlah.. Saya seperti terjebak dengan perasaanku sendiri…” dia melanjutkan tangis yang sepertinya sudah lama ingin dia tumpahkan pada seseorang, dan yahhh sayalah yang dia pilih… Pembicaraan pun berlangsung hingga memasuki waktu dini hari, dan kami tidak mendapatkan solusi yang tepat baginya, yang jelas saya berusaha menghiburnya dengan cerita-cerita lucu dan keanehan sejumlah teman disekolah..

Terakhir kabar yang kudengar dari dia sendiri, sekitar dua bulan yang lalu, dia saat ini memiliki hubungan spesial dengan seorang pria, dan sepertinya dia sangat bahagia dengan hubungannya itu. Hummm.. Glad for you, sist!.. Saya hanya selalu meyakinkan dia, bahwa bagaimanapun dirinya, saya turut senang untuk kebahagiaannya, dan saya tetap ada saat dia membutuhkan teman untuk berbagi bahkan untuk melepaskan tangisnya.. Hahahaha.. Pembicaraan terakhir kami sangat menyenangkan..

Lalu…. Saya pun teringat dengan diriku… Saya teringat dengan mereka yang selalu memperhatikanku, menyayangiku, mendekapku… Saat diriku sedih dan merasa rapuh sekalipun, mereka tidak pernah jenuh untukku… Mereka tidak pernah mengatakan diriku gadis yang cengeng saat saya menangis berhari-hari, mereka tidak pernah bilang saya manja ketika saya ingin ditemani dalam kamar meski hanya duduk dan bercerita, mereka tidak pernah bilang saya gadis yang malas dan payah ketika saya memilih untuk malas bangun di pagi hari karena kerjaanku seharian kemarin di kantor…

Mereka sangat tau bahwa saya manusia biasa yang selalu ingin mengisi hidup orang lain dengan upayaku dan tetap menjadi diriku sendiri… Mereka mengerti bahwa saya juga ingin diperhatikan, dan melakukannya lebih awal sebelum kuminta.. Mereka bahkan memperlakukanku dengan istimewa karena mereka tau sifat pesimisku yang kupelihara bertahun-tahun lamanya, dan mereka tidak ingin itu terus berkembang biak dalam pikiranku.

Mereka tau bahwa begitu banyak yang memberikan perhatian ekstra kepadaku, tapi bukan itu yang saya cari.. Bukan perhatian palsu yang hanya berumur jagung, lalu menghilang ditelan bumi begitu mengalami penolakan.. Mereka tau bahwa saya tidak suka hal yang hanya bersifat sementara dan tidak tulus.. Ahhhh… Mereka tahu tentang diriku dan selalu ada atau memaksa tetap ada di saat saya membutuhkan mereka..

Yahhh mereka tau bahwa saya beruntung memiliki mereka…


23 Januari 2009
15:00 wita


naek angkot lagiii...

Yuukkk… cerita lagi yuuukk… Hehehehe.. Hatsyiii!!.. Hatsyiii!! (ingus nyaris meler).. Hikkssss… Maaph nieehh rada flu, pasti gara-gara main hujan tadi sore… *ya ampuunn Ve.. umur berapa mako itu*.. Sebenarnya sih gak niat main hujan, ini akibat saya mutusin buat naik angkot… Tau kan.. dibanding naik mobil pribadi, naik angkot pasti lebih ribet, tapi ada sensasi berbeda bowww…Hummm… Terakhir Ve naik angkot itu.. ummm… err… sekitar 8 atau 9 bulan yang lau, nah lohhh.. udah nyaris setaon kan…

Jadi gini… Tadi siang setelah siaran dan shalat, gerombolan cacing di perutku beraksi, mereka berorasi menuntut perutku untuk segera diisi makanan.. Secara yah.. cuaca dingin karena Makassar diguyur hujan deras hari ini, jadinya malah tambahhh lapeeerrrrr… Pulang ke rumah kayaknya tindakan paling aman buat maksiat… hayooouu jangan ngeres lho! Maksiat alias makan siang dan istirahat.. gituuwww…

Anchu teman kantorku yang baikkk.. Eh nggak!.. Semuanya baik dahh sama Ve.. Mereka itu laki-laki bertampang seram tapi berhati lembut… Ceilleeeehhh.. Wehh anak-anak biro! Bayarka cepat! Saya sudah promosiko gang!! Okeh balik ke ceritanya.. Ancu yang hanya berkostum baju kaos hitam tipiiissss dan celana puntung yang senada warnanya, dengan percaya dirinya mengantarku pulang padahal hujan sudah mulai rintik, dan dikit lagi hujan deras….

Tiba di rumah.. Saya pun segera menerobos masuk, soalnya hujan udah mulai “rame”, belum lagi laperr banget nihh, gak tau dehh cacing-cacing di dalam udah melakukan aksi lanjutan apa, bakar ban kali.. Simpan tas, cuci tangan, ambil piring, sendok, garpu, anddd…. It’s time to have lunch! Begitu tudung saji kubuka, hummm… dan saya gak pernah meragukan kemampuan mamaku dalam memasak..

Alhamdulillah.. Kenyaaanggg.. Pengen balik kek kantor.. Naik apa yah ke kantor? Gak enak kalo nelpon Ancu buat jemput, karena pasti dia udah kehujanan, bisa dibayangkan bagaimana dongkolnya dia saat baru setengah jam merebahkan diri di karpet, lalu tiba-tiba deringan telepon keramatku kembali menyibukkan dia untuk berpacu melawan rasa letih.. Palagi anak-anak yang lain juga pasti sedang sibuk dengan naskah liputan serta pengiriman gambar, sebelum dapat teriakan keraassss! dari ka Abo.. Keep spirit guys! Peace ka Abo.. Hehehe..

Ahaaaa… Gimana kalo naik angkot!.. Wahhh sudah lama banget.. Kayaknya perlu nih sekali-sekali “menikmati” kendaraan umum itu… Mobil juga pada keluar semua.. Yapp.. Lagian hujan juga hanya rintik doang.. Tiba-tiba penasaran dengan angkot.. Maka segera kusambar MP4-ku, handphone, tas, dannn.. waktunya balik ke kantor naik angkott!!!.. Mama sampai kaget waktu dengar keputusanku naik angkot, tapi gitulah mama.. selalu berusaha santai dan menyuruhku berhati-hati..

Sebelum naik angkot, saya harus berjalan sekitar 200 meter.. Uuffff… Hujan kayaknya lagi asyik-asyiknya mengguyur Makassar.. Awalnya sih rintik-rintik kecil (itu istilahku), tapi sembari berjalan kaki, rintikan itu semakin banyak, hehehe.. kena dehhh.. Ahh gak masalah, ini gak parah koq, dibanding dulu liputan sama Itol di kantor Pertamina, basah kuyuuuppp, jas hujannya gak ngaruh sama sekali…

Jelang 5 menit… Nah ada juga angkot yang mendekat… dann… ciiitttt *suara angkot*… berhenti juga.. Ketika menengok ke dalam, terdapat sekitar 7 penumpang… Hummm.. sudah lumayan penuh, tapi gak masalah, masih ada tempat koq.. Himpit-himpitan kan udah resiko kalo naik angkot.. Dannnn.. Tadddaaaaa!!! Here I am! Di atas angkot, saya mutusin duduk di bagian paling belakang di samping wanita berjubah muslim warna merah maroon dengan jilbab ukuran besar

Agak pengab dan lembab suasana di dalam angkot, tentu kita udah tau bersama bahwa ada sejuta aroma, ekspresi, dan karakter yang akan kita temui di atas angkot… Hahhh.. Jadi teringat pertama kali naik angkot, yapp waktu duduk di bangku SMP.. Ini karena temanku yang biasa ngajak jalan sementara gak ada akomodasi berupa kendaraan pribadi, alhasil naik angkot dehh, 3M, murah-meriah-mengancam.. Hehehehe..

Balik ke ceritaku di atas angkot hari ini.. Tiba-tiba hujan jadi deras… Huaaa, gawat… mana gak bawa payung pula *dan memang malesss bangett*.. Tapi tenang Ve.. paling cuma lewat.. *berusaha menenangkan diri*.. Jumlah penumpang pun kian bertambah.. 9 orang… 11 orang.. dan whattt!! Masih pengen nambah dua orang?? Gila!! Mana bisa, udah sempit gini juga… Yahhh resiko naik angkot.. Dan 13 orang.. hupp.. muatt abis dah, cempiiittt.. Untungnya lagu Craig David – world full with you melantun dengan damai di telingaku.. kalo nggak… gak tau deh mulutku manyun kayak apa..

Fiuhhh ternyata hujan mulai bersahabat, derasnya berkurang dan akhirnya kembali rintik kecil.. Kupandangi sejumlah wajah di atas angkot, ada yang sibuk liat jam tangannya, ada janji kali yah, sabar neng pak supirnya lagi ngebut koq sampe-sampe nyawa kita terancam.. Jadi ingat temanku Nuni.. Dia gak bisa berada di atas angkot yang kecepatannya udah melebihi standar… Standar apa nih? Standar papanya Nuni saat mengendarai mobil, ehhmm.. 20 km/jam.. Duhh Nunieee.. kapan tibanya..

Ada juga yang sibuk bercanda dengan temannya, mereka sepertinya membahas hasil kopi darat mereka dengan seorang yang dulunya menjadi pria misterius lewat sms dan ternyata eh.. ternyata.. adalah penjual mie pangsit di kampus mereka.. Hehehe.. *gak nguping lho, tapi volume suara mereka ke-gede-an* Oh yahh ada juga se-sosok cowok yang dari awal saya naik angkot, sudah pasang posisi termenung bak seorang penulis ataupun pelukis yang sedang mencari ilham *sekali lagi bukan Ilham Husen*, atau bisa juga dia sedang memiliki banyak masalah dan hanya mampu pasang "gaya" kayak gitu..

Hehehe.. Begitu banyak rupa ajaib serta ekspresi yang normal, lucu, unik yang bisa kutemui di angkot sore ini.. Tiba-tiba saja senyumku tersungging.. Di angkot emang kayak gitu, banyak cerita meskipun resikonya besar juga… Akhirnya saya sampai juga di kantor dengan selamat setelah turun di lampu merah dan melanjutkan perjalanan menuju kantor dengan menggunakan becak.. Hummm.. Sepertinya saya akan memulai lagi perjalanan hidupku dengan menggunakan angkot.. Maybe taste for different side from my journey again….

7 Januari 2008
19:00 wita

perlindungan Truman? my lake house? I need that now!

Hahhhhhhhhhh... Bingung! Tiba-tiba jadi pengen memiliki sebuah dunia fantasi sendiri.. Saya teringat dengan mata kuliahku dulu, "Berpikir Kreatif".. Kenapa? Kalian gak percaya di fakultas yang identik banget dengan tanaman, mempelajari hal seperti itu? Well.. So do I.. Dalam mata kuliah tersebut, kami membahas beberapa hal yang berhubungan dengan sejumlah cara mengaktifkan kemampuan berpikir kreatif.. Salah satunya adalah “lubang perlindungan Truman”

Yappp… Ide tersebut dicetuskan oleh Harry Truman, presiden Amerika Serikat ke-33.. Truman sepertinya tiba-tiba mendapat ilham *bukan Ilham Husen lhooouuwww* menciptakan ide tersebut, ketika dia berada di bawah tekanan karena menjadi presiden. Secara yahhh.. berada dalam posisi sebagai pemimpin, really not easy case, palagi pemimpin sebuah negara, liat aja presiden SBY yang dulunya kelihatan fresh, sekarang kantung matanya, duhhhh… harus rajin-rajin masker pake mentimun tuhh.. Hehehehe..

Meskipun masalah yang menumpuk, namun tidak mengurangi rasa optimis dan tingkat vitalitasnya. Semua itu karena dia memiliki “lubang perlindungan” dalam pikirannya, dengan menggunakan filosofi prajurit perang yang membutuhkan tempat bersembunyi ketika diserang musuh, begitulah dia memaknai “lubang perlindungan” tersebut. Dia seolah-olah menarik dirinya dalam “lubang” itu untuk melindungi mentalnya, dimana dia berada di suatu tempat dan tidak ada yang dapat mengganggunya.

Oh yahhhh… Kita juga bisa menciptakan “lubang perlindungan” bagi diri kita sendiri. Kita tidak membutuhkan batu bata, semen, air, atau apapun yang digunakan untuk membangun sebuah tempat berlindung.. Caranya, hanya dengan menutup mata dan membuat diri se-rileks mungkin. Bayangkan diri kita berada dalam dunia ideal, tempat apapun yang menarik. Entah itu sebuah hutan, laut, pegunungan, padang rumput, atau bahkan dunia hasil kreativitas sendiri.

Dan saat ini... Saya menjadikan rumah danau-ku ini sebagai lubang ataupun tempat perlindunganku.. Tampilan luarnya bisa kalian lihat pada gambar pembuka rumah danau ini.. What a beautiful view.. Ruangan di dalamnya bertekstur kayu, dengan suasana ruang tamu yang sangat nyaman. Diterangi lampu ruang tamu dengan cahaya yang temaram memberi efek sedikit dramatis dan warm. Sofa krem yang terbuat dari beludru dengan sejumlah bantal empuk, buat selonjoran, sebuah tungku penghangat tubuh di kala dingin menyusup hingga ke tulang.

Saya ingin menikmati empuknya sofa, ditemani lantunan lagu beautiful girl-nya Jose Mari Chan atau Canon instrument, lalu menikmati sajian hot chocolate plus cheese dounat.. Hummm.. Love it! Ohhh iya.. satu lagi.. wangi aromatherapy.. Lalu hanya dengan melayangkan pandangan ke setiap ruang di rumah danau itu, maka kutemukan keindahan yang artistik dari setiap ukiran furniture maupun penataan sejumlah perlengkapan rumah yang terletak di setiap sudut dan sisi ruangan.

Kenapa Ve?? Lagi suntuk? Sedang hopeless? Nobody be there for you? Need a hug? Or just wanna spend your time with someone.. Hahhhh lebih dari itu! Lebih dari itu semua! Sekarang… tempat itu menjadi tempat istimewa yang dapat saya kunjungi saat membutuhkan kedamaian dan ketenangan.. Ain’t be with myself.. But with you.. Please.. Just stay beside me..


6 Januari 2009

8:30 wita