how lucky am I? as lucky as I have them

Pagi ini saya bangun telat lagi.. Hummmm… Kebiasaan begadang ini sepertinya semakin sulit dihilangkan atau diminimalisir, yang ada malah jam begadangnya bertambah.. Setelah melakukan rutinitas mandi dan berpakaian, serta kebiasaanku mengutak-atik wajah dan rambut di depan cermin yang memakan waktu 15 – 20 menit, hehehe.. Saya pun menyambar handphone dan tasku, lalu menuju ke ruang tamu..

Sambil ngobrol dengan mama mengenai aksesoris lucu dan cantik, saya mencoba melihat hp (baca: handphone), kali-kali aja ada sms atau telepon yang terlewatkan sejak malam tadi hingga pagi yang nyaris memasuki siang ini.. hihihihi.. Dann.. Ahaaaa.. Bener kan! Pasti ada! Tidak tanggung-tanggung, enam sms!..

Lima sms dari sahabat-sahabatku yang akhir-akhir ini menyapaku dengan intens dan menanyakan kabarku, sementara satu sms datangnya dari nomor yang tidak terdaftar di phone book, bunyinya, “Hi sweet girl! How lucky to be you, and the most lucky man to have you!” Hehehe.. Hayooo.. Jangan sirik lho, Ve malah sama sekali gak GeEr.. Setelah membaca sms itu, saya lalu menutup flip hp-ku dan menyimpannya..

Saya pun berangkat menuju kantor.. Tiba-tiba saja dalam perjalanan, saya kembali teringat sms tadi.. Bukan bertanya-tanya siapa pengirimnya, karena jaman sekarang, sms dari pengirim gelap kayak gitu bukan hal yang aneh lagi. Saya hanya mikir, seberapa yakin dia bahwa saya ini adalah seseorang yang beruntung.. Parameter apa yang dia gunakan sampai dia mengatakan bahwa yang memiliki diriku akan sangat beruntung..?? Yakinlah..!! Pacarku akan tertawa terbahak-bahak membaca bunyi sms itu…!

Tiba-tiba saya teringat dengan seorang sahabat di jaman SMA dulu yang kuanggap sangat beruntung dalam hidupnya.. Namanya Yunita (nama samaran), satu dari sekian siswa yang cukup famous di sekolah. Mengapa dia beruntung?? Baiklah akan kuceritakan sedikit mengenai dia, dan setelah kalian membacanya, terserah kalian ingn menilai sejauh mana keberuntungan itu sebenarnya..

Saya mengenal dia sejak duduk di bangku SMP, namun akrab ketika duduk di bangku SMA. Saat itu dia memang sudah menarik perhatian banyak kaum adam di sekolah maupun di sejumlah sekolah lain yang kadang bertandang ke sekolah dalam rangka pertandingan persahabatan ataupun sekedar menyambangi kegiatan fancy fair di sekolahku yang selalu menarik perhatian teman-teman di sejumlah sekolah Katolik swasta lain..

Bagaimana tidak.. Parasnya sangat ayu dan cantik, dia keturunan Tiong Hoa *ya iyyalah secara sekolahku itu sudah seperti kawasan Pecinan tempat berkumpulnya warga bermata sipit, kulit putih mulus, dan cara ngomong seperti hidung tersumbat (hehehe maaphh)* Tapi Yunita memiliki wajah yang khas, matanya tidak sipit, justru bulat nyaris sempurna, dia sepertinya lahir dari hasil peleburan darah Jepang dan Eropa.. kalian bisa bayangkan cantiknya dia.. Kulitnya putih mulus.. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi sangat proporsional, jauhlah dari yang namanya berat badan lebih..

Dia masuk dalam komunitas kelas dimana berkumpullah orang-orang yang tiap hari memaksa otak bekerja lebih giat untuk memahami sejumlah rumus matematika, persamaan reaksi kimia, hapalan biologi yang setumpuk tebalnya, dan lain-lain, "kelas pintar".. Tapi penampilannya tidak kolot dan kutu buku wannabe seperti sejumlah siswi yang saya liat.. Apabila mereka sibuk dengan kacamata yang kacanya setebal pantat botol, rambut yang hanya dikuncir sederhana, dan baju sekolah yang rapi abis plus rok yang panjangnya 7 cm di bawah lutut *aturan sekolah yang paling sering kami kaum perempuan langgar, maklum kepala sekolah kami seorang suster dengan busana yang tertutup*

Yunita justru berbeda.. Tampilannya sangat modis.. Dia menggunakan soft-lense berwarna honey brown, rambut panjang dengan model dikeriting dan berwarna coklat gelap mengingat bahwa kami sangat dilarang mewarnai rambut di sekolah, seragam sekolah yang telah dimodifikasi menjadi lebih ngepas di badan dan rok yang panjangnya selutut, itupun dia sering bersembunyi dan berusaha menarik roknya ke bawah apabila ada razia rok, dan fortunately dia selalu lolos karena bersembunyi di ruang OSIS.

Meskipun tampilannnya yang modis abis membuat dia terkesan menjadi anak pembangkang, tapi dia sangat jauh dari sifat jelek yang dimiliki kaum perempuan modis lainnya di sekolah. Yunita anak yang sangat ramah, baik hati, senang membantu sesama, tidak segan-segan membersihkan ruangan kelas saat giliran piketnya. Dia anak yang sangat menyenangkan dan sangat komunikatif, itulah sebabnya dia selalu diterima baik di komunitas manapun, bahkan para guru pun senang dengannya.

Kami bersahabat.. Sering tertawa dan berbagi cerita bersama.. Tiap malam, saya dan dia mengahbiskan waktu ngobrol berjam-jam lewat telepon.. Bercerita mengenai aktivitas kami, kedekatan kami dengan sejumlah teman laki-laki, dan lain-lain.. Lalu.. tiba-tiba saja, dia bercerita dirinya yang jauh dari segala keberuntungan yang kulihat pada dirinya..Satu per satu dia ceritakan tanpa ragu..

Mengenai pacarnya.. Yap.. Dengan tampilannya yang nyaris sempurna , maka dia layak mendapatkan mantan senior kami di sekolah yang masuk dalam daftar cowok keren dan full of talented.. Bisa dikatakan idaman kaum perempuan… Postur tubuh tinggi, kulit putih, dan si cowok keturunan Cina – Manado… Namanya Rico (nama samaran).. Sambil melajutkan kuliah di Jakarta, Rico juga menjalankan usahanya sebuah showroom jual-beli mobil. So.. kurang apa lagi pasangan ini????

Dengan suara kian pelan, Yunita berbisik.. “Dia tidak membuatku nyaman, Ve.. Dia banyak nuntut perubahan Ve, seolah-olah dia tidak bisa terima apa yang ada pada diriku sekarang…” Saya menanggapi, “Kenapa mengatakan seperti itu Yun? Bukankah dirimu itu sudah lebih dari cukup.. Harusnya dia merasa beruntung memilikimu, mengingat begitu banyak teman laki-laki di sekolah yang menginginkan dirimu?”

Lalu dia terisak… Tangisannya semakin jelas.. “Justru itu Ve.. Apa kurangnya saya? Mengapa tiap hari selalu ada yang salah denganku? Dia sering memuji perempuan lain tanpa memikirkan perasaanku, Ve… Kadang saat kami punya waktu buat bertemu saat dia liburan, kami hanya menghabiskan dengan bertengkar, bahkan dia kadang memukulku!!! Ah.. Dasar saya bodoh… Mengapa saya harus bertahan dengan kondisi ini?” Tangisnya pun meledak.. Saat itu saya merasa tidak siap, dia yang awalnya ceria, dan memang dia sangat ceria di sekolah, tiba-tiba saja bercerita kisah telenovela-nya.. Penuh derai airmata..

Whattt!!!!! Lalu kenapa bertahan? Kenapa bertahan dengan kondisimu, sementara sama sekali membuat kau tidak nyaman?” tanyaku yang sudah mulai bingung dengan hubungan dua manusia yang nyaris sempurna ini.. “Entahlah.. Saya seperti terjebak dengan perasaanku sendiri…” dia melanjutkan tangis yang sepertinya sudah lama ingin dia tumpahkan pada seseorang, dan yahhh sayalah yang dia pilih… Pembicaraan pun berlangsung hingga memasuki waktu dini hari, dan kami tidak mendapatkan solusi yang tepat baginya, yang jelas saya berusaha menghiburnya dengan cerita-cerita lucu dan keanehan sejumlah teman disekolah..

Terakhir kabar yang kudengar dari dia sendiri, sekitar dua bulan yang lalu, dia saat ini memiliki hubungan spesial dengan seorang pria, dan sepertinya dia sangat bahagia dengan hubungannya itu. Hummm.. Glad for you, sist!.. Saya hanya selalu meyakinkan dia, bahwa bagaimanapun dirinya, saya turut senang untuk kebahagiaannya, dan saya tetap ada saat dia membutuhkan teman untuk berbagi bahkan untuk melepaskan tangisnya.. Hahahaha.. Pembicaraan terakhir kami sangat menyenangkan..

Lalu…. Saya pun teringat dengan diriku… Saya teringat dengan mereka yang selalu memperhatikanku, menyayangiku, mendekapku… Saat diriku sedih dan merasa rapuh sekalipun, mereka tidak pernah jenuh untukku… Mereka tidak pernah mengatakan diriku gadis yang cengeng saat saya menangis berhari-hari, mereka tidak pernah bilang saya manja ketika saya ingin ditemani dalam kamar meski hanya duduk dan bercerita, mereka tidak pernah bilang saya gadis yang malas dan payah ketika saya memilih untuk malas bangun di pagi hari karena kerjaanku seharian kemarin di kantor…

Mereka sangat tau bahwa saya manusia biasa yang selalu ingin mengisi hidup orang lain dengan upayaku dan tetap menjadi diriku sendiri… Mereka mengerti bahwa saya juga ingin diperhatikan, dan melakukannya lebih awal sebelum kuminta.. Mereka bahkan memperlakukanku dengan istimewa karena mereka tau sifat pesimisku yang kupelihara bertahun-tahun lamanya, dan mereka tidak ingin itu terus berkembang biak dalam pikiranku.

Mereka tau bahwa begitu banyak yang memberikan perhatian ekstra kepadaku, tapi bukan itu yang saya cari.. Bukan perhatian palsu yang hanya berumur jagung, lalu menghilang ditelan bumi begitu mengalami penolakan.. Mereka tau bahwa saya tidak suka hal yang hanya bersifat sementara dan tidak tulus.. Ahhhh… Mereka tahu tentang diriku dan selalu ada atau memaksa tetap ada di saat saya membutuhkan mereka..

Yahhh mereka tau bahwa saya beruntung memiliki mereka…


23 Januari 2009
15:00 wita


No comments: