agnes dulu dan sekarang, memang beda..

Sudah empat kali saya bertemu muka serta bertegur sapa dengannya.. Namanya Agnes, seorang customer service di salah satu bank swasta.. Jujur saja.. Saya sangat senang dengannya, dan itu sejak awal saya melihatnya.. *hehehehe… najis banged yah... Ve udah kayak l*sbi.. Sumpahh!! Ve masih normal, mengagumi sesama jenis, belum tentu memiliki perasaan seperti dengan lawan jenis, kan*

Okehhh… Lanjut.. Dia sepertinya seumuran denganku, hanya wajahnya oriental abis, saya pun jamin darah Tiong Hoa mengalir kental dalam dirinya.. Kulitnya putih, rambut ombak-nya pendek sebahu berwarna hitam pekat, dan matanya sipitttt banged, dihiasi contact lense warna biru tua.... Asal dia senyum aja, maka kelihatan dua matanya itu hanya se-garis.. Namun itu yang lucu dan menarik dari dia….

Sesekali saya menatapnya saat dia melayani customer lain, sembari saya menunggu di tempat antri bersama sejumlah antrian lain yang sudah mulai bete, dan terus saja melihat nomor antrian mereka, dengan harapan nomor itu berubah menjadi nomor paling pertama setelah customer yang sedang dilayani.. Agnes memiliki senyum yang manis.. Bekerja dengan cepat dan lincah, serta sangat ramah.. *jelas aja.. dia kan emang harus terus tersenyum selama melayani customer-nya.. Udah SOP*

Terdapat dua meja customer service di bank tersebut, satu meja Agnes, dan yang satu meja Lidya, begitu nama yang tertera di papan nama berwarna biru yang terletak di meja masing-masing.. Tiba giliran saya, dan saya sepertinya ditakdirkan selalu bertemu Agnes, mengingat saya mengalaminya empat kali selama empat kali pula saya ke bank tersebut.. Awalnya dia seperti robot atau mesin penjawab yang begitu lancar mengucapkan salam serta sejumlah sapaan lainnya kepada customer pada umumnya..

Pembicaraan dimulai dengan tujuan saya mendepositokan sejumlah uang di bank tersebut, kemudian berlanjut pada lowongan kerja yang sedang marak di koran dan media cetak lainnya. Akhirnya pembicaraan itu mulai mencair, dan mengalir apa adanya.. Ternyata Agnes adalah gadis yang sangat cerewet.. Sumpahhh… Tapi saya senang berkenalan dengannya.. Ke-kaku-anku pun mulai melunak..

Untuk pertemuan kedua, ketiga, dan keempat.. Dia tetap mengucapkan salam formal saat saya duduk di depannya namun sambil cengengesan, dan begitupun diriku.. Kami seolah-olah bersandiwara.. Hihihihi.. Tapi setelah itu.. pembicaraan lebih banyak didominasi dengan keluh kesah dan konsultasi mengenai hal yang jauh berbeda dengan atmosfer tempat kami berada saat itu..

Kami membahas mengenai nyaman tidaknya pekerjaan yang kami jalani, keluh kesah mengenai teman-teman di kantornya yang kadang egois dan masih mementingkan ke-senioritas-an *duhhh udah gak nge-trend kaliii.. kapan bisa berkembang kalo selalu merasa ada senior, dan junior harus selalu di bawah senior*. Saya pun sempat membahas mengenai niatku menggunakan contact lense seperti dia, sampai pada dia lebih senang bekerja di Makassar dibanding di luar kota, karena ingin menemani mamanya…

Pada hari keepat kami bertemu.. Saya lalu menyadari bahwa sepertinya saya pernah bertemu dia sebelumnya di waktu dan kesempatan yang berbeda.. De javu?? Awalnya sih pikirku begitu juga… Namun setelah urusanku kelar dan kembali ke kantor, saya pun duduk di depan meja make up-ku untuk melakukan rutinitas persiapan siaran, like I used to do.. Dannnn.. Ahhaaaaa!!!!!! Saya tau sekarang.. Ternyata dia adalah temanku saat duduk di bangku taman kanak-kanak dulu..

Mungkin kalian lalu mengangguk dan mengatakan dalam hati bahwa pantas saja kami cepat akrab layaknya seorang sahabat.. Tapi tunggu dulu!!! Agnes yang sekarang.. Jauh berbeda karakternya dengan yang kutemui 19 tahun silam di taman kanak-kanak.. Astaga.. Saya hanya mampu tergelak dan bersandar di depan cermin yang menampakkan diriku yang penuh gulungan rambut di kepala, serta wajahku yang penuh dempul bedak namun belum usai kuhiasi dengan warna eyeshadow, blush on, lipstick, dan sejumlah item lainnya…

Saya kemudian flashback ke beberapa tahun silam, mencoba mengingat ulahnya yang sering membuatku terganggu dan menyulut emosiku.. Dia dari dulu memang sangat cerewet.. Juteeeeekkkk bangeddd… Diktator, selalu merasa benar dan berkuasa atas apapun di lingkungan kelas bahkan sekolah.. Terkadang saat sedang baris masuk ke kelas, dia sengaja mendorongku ataupun beberapa teman lain, hanya karena ingin mengambil posisi kami dalam barisan…

Dia selalu merasa cantik, meskipun sumpahhhh..!! gak ada cantik-cantiknya sama sekali dengan potongan rambut mirip tokoh kartun yang lagi ‘in’ sekarang, ‘DORA’.. Terkadang saat dia melihat setelan tempat kue dan botol air minumku yang lucu lengkap dengan warna pink yang imut, dia suka nyeletuk, “Aku punya yang lebih bagus dari itu, yang itu murahan!” Ihhhhh.. Rasanya pengen kutimpuk dengan sepatuku.. Mana mukanya jutek banget lagi.. *Maaf, Nes.. Loe dulu nyebelin bangedddd* Tapi selalu kubawa sante saja, karena kalo mengikuti emosi ini, bisa-bisa tuh anak sudah kujadikan 'dendeng' *duhh sadisnya*..

Bahkan dia punya kebiasaan yang kalo dia lakukan di sekitar kompleks rumah-nya ka Abo yang penuh dengan preman, mungkin dia udah diburu parang, bahkan dijadiin gantungan kunci.. Hahahaha… Dia suka mencubit! Mencubit dengan sangat kuat kepada beberapa orang yang dia anggap pasrah dan terima dengan kelakuan anehnya itu.. Salah satu korbannya adalah sahabatku dulu bernama Debi.. Debi sering menangis karena perbuatan teganya itu..

Hingga suatu waktu saat dia melakukan itu ke Debi, saya mendatangi mereka lalu menepis tangannya.. *hihihi Ve udah kayak anggota Power Puff Girls* Dia melihatku dengan tatapan tajamnya, tapi menurutku sangat jelek karena matanya yang sipit itu. “Ngapain kamu?? Sirik aja.. Mau saya cubit juga?* Gileee.. Dia ngomong sudah kayak penguasa sekolah aja, yang ancamannya hanya mencubit..

Sayapun menarik tangan Debi dan berlalu meninggalkannya.. Sejak saat itu, dia pun sering menatapku dengan rasa benci yang akhirnya membuat dia tambah ceking *hehehehe.. itu analisaku lho.. ngapain juga sirik dipelihara, bisa jadi penyakit* Berhubung peraturan di sekolah taman kanak-kanak-ku dulu sangat ketat dengan pengawasan suster serta guru yang disiplin abis, maka saya sama sekali tidak tertarik membuat gara-gara..

Saya tergolong anak yang pendiam *oh yaaaaaa Ve??* dan hanya ingin berteman dan belajar banyak hal.. Tidak tertarik untuk berantem ataupun menjadi preman sekolah seperti si Agnes itu.. Maka sayapun lebih baik menjaga jarak dengannya.. Radius 2 meter saja, hawa usil bin jahilnya udah kerasa, maka lebih baik mencari tempat yang aman sambil menikmati bekal siangku bersama temanku yang memang jumlahnya tak banyak, dibanding pasukan Agnes yang jumlahnya udah kayak jumlah anggota Gang Yakuza dari Jepang itu..

****
Saya kemudian tersadar dari lamunanku… dan tertawa sendiri.. Hahhh.. Agnes.. Agnes… Betapa kau berubah sekarang.. Kau sangat ramah.. Kelihatan lebih manis, namun tetap aja cerewet… Hihihi.. Mudah-mudahan kita bisa tetap seperti tiap kali saling menyapa di tempat kau bekerja.. Dunia memang tidak selebar celana kolor yak.. ehhh.. selebar daun kelor, maksudku.. Hayooo.. Siapa yang ngerresss…??

Hummmm.. Lalu saya berpikir.. Sungguh kurun waktu yang panjang penuh dengan pelajaran bagi hidup kita.. Menjadi tempat kita me-nyekolah-kan diri kita.. Entah menjadi lebih baik ataukah kita terlalu banyak bermain dan bersikap apatis terhadap tiap ilmu sederhana yang kita dapatkan, sehingga justru semakin jauh dari kebahagiaan dan kebaikan…

Apapun itu.. Saya bersyukur kembali melihat Agnes dengan karakter yang beda dan lebih baik dari yang dulu.. Saya berpikir menjadikan dia sahabatku.. Hummm.. Dan setelah itu, akan kuingatkan dia masa 19 tahun silam dimana saya hanya gadis kecil yang pendiam dan pemalu, sementara dia… gadis kecil yang sangat berani dan penindas sejati.. Wakakakakak…

17 April 2009
22:30 wita

3 comments:

Anonymous said...

semuanya tLah ditakdirkan sesuai yang teLah digariskan..
jadi terharu..

ranes said...

kerja di bank mana mbak vero?
jadi pingin ketemu
siapa tau sama dengan agnes impianku

Kyosama said...

Keknya versi singkatnya pernah ditulis ve di status FB deh, dulu dah lama banget (^^)