menghias pohon natal bersama mama

Gosh!! Saya terbangun dengan degup jantung yang tak karuan iramanya bahkan nyaris loncat keluar.. Dug.. dug.. dug..!!!! (suara pintu digedor, dan hanya satu orang yang menggedor pintu seperti itu).. “Miraaaaaa!!! Tolong mama dulu.. Mama ini kerepotan, tolong bantu mama menghias pohon natal.. Duhhh…. Mana pekerjaan banyak pula!” suara mamaku yang sudah kuanggap seperti nyanyian merdu di pagi hari dan secara tidak sengaja sering menjadi jam wekerku, hehehehe.. Ahhh.. Pukul 8 pagi, saya teringat subuh tadi sempat melaksanakan ibadah subuhku lalu melanjutkan tidurku, ngantuukkk..

Dug.. dug.. dug..!! (lagi-lagi pintuku digedor dan sepertinya dikit lagi engselnya bakal lepas) “Mira.. Ayooo bangunnn, bantu mama dulu, nak!!” suara mama nyaris mencapai 7 oktaf dan akan memecahkan kaca wastafel samping pintu kamarku apabila saya tidak segera menyahut.. “Iya mam, iya.. Saya cuci muka dan sikat gigi dulu! Pasti saya bantu, mam” akhirnya saya menjawab teriakan mama setelah nyawaku terkumpul 70%.. Malu juga sihhh, sering telat bangun, hehehehe..

Akhirnya mendaratlah saya di ruang tamuku dengan dekorasi yang masih sama dari tahun ke tahun, dan kalian tahu.. bagiku ruangan itu selalu hangat dan nyaman serta terlihat luxury.. Plafonnya beda dengan semua ruangan di rumahku, terbuat dari kayu *entah jenis apa* dengan ukiran yang rapi dan mengilap... Dindingnya yang dilapisi keramik dengan perpaduan corak warna coklat muda-putih ditambah pajangan dinding berupa lukisan air terjun dan suasana alamnya, ditambah lampu kristal yang tergantung di plafon dan terlihat elegan.. Perpaduan ide mama dan papa..

Stopp Ve!!! Mana cerita pohon natalnyaa??? Oh iya, hehehe mahapp.. Di sudut ruang tamuku, ada sebuah pohon dengan daun-daun imitasi warna hijau tua yang sangat lebat dan, dengan tinggi sekitar 3 meter. Pohon itu baru dibeli tahun lalu, sebelumnya kami menggunakan pohon yang lebih kecil dengan tinggi sekitar 1,5 meter dengan bauran daun warna hijau muda dan hijau tua dan tidak terlalu lebat.. Saat papa memutuskan untuk membeli pohon natal yang baru, saya dan ketiga adikku begitu antusias menyambut.. Hehehehe.. Lebih eksis aja kelihatan..


Saya mulai membuka satu per satu kantung yang berisi hiasan pohon natal itu.. Hiasannya lucu-lucu dengan warna meriah.. “Ayo nak, kita mulai, mama ambil kursi dulu yah, supaya kau bisa memasang rumbai warna-warni itu mengelilingi pohonnya” mamaku kembali menyapaku dengan semangat, ekspresinya sangat berbeda saat dia ngomel-ngomel untuk membangunkan 15 menit yang lalu. Mama lalu bergegas mengambil kursi, yahhh.. tinggiku kan tidak seberapa dibanding pohon yang tinggi dan megar itu.. Dan itu pula yang menjadi bahan ledekan sejumlah temanku, pastinya hanya untuk mencuri perhatianku.. Hihihihi... Saya pun mulai memilih rumbai yang kusukai..

Apabila dulunya saya hanya memandang kagum dengan pohon yang telah terhias dipadu kerlap-kerlip lampu yang merupakan hasil kerja keras para pelayan di rumah. Kali ini saya ikut merasakan ke-besar-an pohon itu.. Gila!!! Besar juga pohonnya.. Kutarik nafas dalam-dalam mulai menggapai sisi demi sisi untuk memasang rumbai-rumbai tersebut.. Duhhh ini karma kali yah, soalnya kemarin-kemarin hanya mondar-mandir mengawasi kerjaan mereka.

Tanpa terasa akhirnya setengah “badan” pohon sudah terhias.. Sembari menghias pohon, mama yang awalnya sempat dongkol dan terus menggerutu mengenai aktivitas paginya yang terlihat mengejar tak habis-habis hingga malam nanti, dimana dia berencana membuat beberapa kue kering, *hollleeeeee*, pelan-pelan merubah topik pembicaraan menjadi menyenangkan.. Mulai dari pujian untuk sejumlah hiasan pohon yang papa beli tahun lalu tanpa ditemani mama, “Hahaha. Bisa juga papamu memilih yang bagus dan lucu, saya pikir dia hanya tau menghitung anga-angka” kalimat mama membuat kami berdua tergelak.

Mama lalu melanjutkan dengan pembicaraan mengenai rencana masa depanku, karir, pacar, pernikahan, dan pesta pernikahan! Ugghhh.. saya mulai khawatir kalo mama menyinggung mengenai hal tersebut, biasanya berakhir dengan perdebatan kecil, dan akhirnya menuduhku sebagai gadisnya yang keras kepala. Saya lalu dengan cepat mengganti topik mengenai penampilan perempuan masa kini.. Kami mengkritik dan memuji penampilan sejumlah artis papan atas dan mengandai-andai apabila kami menjadi satu dari mereka, hahaha… Seperti sebuah suguhan humor di pagi hari..

Fiuhhhh... selesai juga…Hohohoho.. Kalian bisa membayangkan gimana puasnya senyumku saat memandang pohon natal itu terhias indah, hasilnya tidak beda dengan kerjaan para pelayan di tahun-tahun kemarin.. Puassss rasanya, apalagi menghias bersama mamaku tersayang, mengingat hari Ibu baru bergeser dua hari dari hari H kemarin, jadi masih kerasa aja betapa mama adalah the real mom… Suasana ruang tamu terlihat meriah.. If you wanna see that Christmas tree, just come to my home, my dad is waiting for your shakehand, guys

24 Desember 2008
14:16 wita

1 comment:

Sang Kreshna said...

kalau saja setiap hari jadi hari natal.. apa yang ve minta kepada tuhan ;)