“Sebuah bendera kebangsaan Belanda, berkibar di pulau Kodingare Keke perairan Makassar, Sulawesi Selatan”, begitulah sekenanya liputan EKSKLUSIF yang diambil oleh kontributor kami di tvOne biro Makassar, Muhammad Fajar, yang akrab kami panggil dengan sebutan “Aja”, mengingat jarang ada kontributor yang nama panggilannya se-sempurna nama yang telah dianugerahkan oleh Ayah dan Ibu mereka.
Tiba-tiba Ka Takbir mondar-mandir dengan gayanya yang memegang handphone berusaha menghubungi seseorang, sambil mengatakan “Bagus itu Aja! Bikinko cepat naskahmu, keren itu.. Keren!!!” Ka Abo pun yang bertugas sebagai korlip siang tadi, kurang lebih melakukan dan mengatakan hal yang nyaris sama. Aja masuk ke dalam ruang komputer dan mendapati saya dan anak magang yang lagi ngobrol. Lalu tiba-tiba saya mempersilahkan Aja menempati kursiku yang berhadapan dengan komputer, karena saya tahu, dia akan mengetik naskah dari berita eksklusif yang disebut-sebut keren oleh Ka Takbir. Saya pun bertanya, “Liputan apa Aja?”, Aja menjawab, “Anu... Ada bendera Belanda berkibar di pulau”. “Well, silahkan ketik naskahnya, sepertinya beritamu akan dicamcast” jawabku. Sambil duduk dia agak berpikir dan sedikit ngos-ngosan, “Duh... Saya cerita mulai darimana di’.. Bingungka ini buat naskahnya”. “Humm.. Sama meq, saya bantuko, hitung-hitung saya juga mau tau kronologisnya”, berusaha membuat Aja lebih santai. Saya juga cukup iba melihatnya agak letih dari liputan dan memaksa otak untuk membuat naskah liputannya.
Kembali ke liputan eksklusif tersebut, bendera berwarna merah, putih, biru itu dikibarkan oleh salah seorang kebangsaaan Belanda bernama Yan Yakobus. Konon kabarnya, bendera asing itu dikibarkan sejak bulan Mei lalu di pulau Kodingare Keke, sebagai bentuk partisipasi pada negara asalnya (dalam hal ini Belanda) dalam pertandingan Euro Cup 2008, sampai sekarang??? Hellouuwww udah lewat kali... Sementara pulau Kodingare Keke sendiri adalah satu dari dua belas pulau yang berada di kawasan perairan Makassar, atau yang kita kenal dengan "spermonde", dan telah di kontrak selama 20 tahun oleh seorang pengusaha Warga Negara Indonesia, Nurjannah, kepada Pemerintah Kota Makassar. Nurjannah adalah istri dari Yan Yakobus si pelaku pengibaran bendera asing itu, mereka membuka sebuah usaha penginapan di pulau itu. Ternyata sebelumnya, Nurjannah dan Yan telah mendapat peringatan dari pihak Pemkot Makassar terkait pengibaran bendera asing tersebut, akan tetapi mereka tidak menggubrisnya. Alhasil, siang tadi aparat kepolisian Polres pelabuhan Makassar, menurunkan dengan paksa bendera asing itu karena menurut mereka telah melanggar Peraturan Pemerintah (PP) nomor 41 mengenai “Bendera Kebangsaan Asing”.
Naskah pun akhirnya selesai, dan sedikit diedit oleh ka Takbir, dia menambahkan beberapa point sebagai data pelengkap, kemudian dikirim melalui e-mail. Berita tersebut merupakan berita eksklusif, karena hanya Aja satu-satunya kontributor dari media elektronik yang mendapatkan gambarnya. Mulai dari gambar rombongan polisi yang tiba di pulau Kodingare Keke, sampai pada penurunan bendera Belanda tersebut. Dan semakin sempurnalah berita tersebut saat ditayangkan secara eksklusif di program “Kabar Petang”. Kami pun bersorak untuk Aja, dan tentunya untuk biro Makassar. Selama delapan bulan tvOne biro Makassar berdiri, akhirnya lagi-lagi kami melahirkan sebuah liputan yang.. sekali lagi.. ekslusif bo’.
Rencananya usai “Kabar Petang” seperti biasa saya akan balik ke rumah untuk beristirahat, Tapi Ka Takbir mencegah saya dan Ka Budi untuk keluar dari kantor karena ternyata... nih yahhhh... ada acara makan ikan bakar di kantor biro. Memang sih.. gara-gara Belanda yang menjajah bangsa kita selama 350 tahun, nenek moyang kita harus terkungkung dalam penderitaan yang amat dalam.. Tapi... nihhh... (maaf) gara-gara bendera Belanda itu berkibar, uang makan malam kami jadi tersimpan rapi di dompet karena ditraktir sama Aja... Hehehe...
Ka Abo dan beberapa teman kontributor pulang membawa dua ekor ikan bakar yang besar (sepanjang lengan orang dewasa), tapi entah apa nama ikannya dan kurang lebih 15 bungkus nasi putih. Hahahaha... Dasarrr anak-anak di kantor..... Gak bisa liat makanan nganggur ibaratnya semut-semut yang liat gula, kata si Itol, “nunggu ikannya dibakar sih berjam-jam.. tapi.. makannya cuma beberapa menit!”.. Pokoknya suasana malam ini, meriah bersama mereka... Rumah putih itu tidak kelihatan redup dan sepi meskipun malam nyaris membungkusnya, karena terdengar riak tawa teman-teman menuai kesuksesan sebuah liputan eksklusif..
4 Agustus 2008
23:56 wita
3 comments:
Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses
...emmm...kata - kata bijak buat ve..
met sukses ya ve slalu menjalani waktu dengan apa adanya...
hidup adalah perbuatan...buat susah orang...bunuh orang...gigit orang... dan seterusnya....
if there is will... there is way...
merdeka!!!!!!!!!!!!
Hai Fahri... Makasih buat commentnya... Tapi kayaknya ada yang 'ngawur' juga yah.. Hehehe.. Yuppp... Kayak tagline sebuah iklan di televisi deeehhh... "If there is a will, there is a way".. Mudah-mudahan 'rumah danau'ku memberikan kedamaian sendiri buat Fahri...
Post a Comment