moment kemerdekaan bagi persahabatan kami

Salam merdeka!!! Hehehe... Kayaknya itu kalimat yang tepat untuk mengawali tulisanku, mengingat kejadian yang akan ku-ulas ini jatuh tepat pada tanggal 17 Agustus 2008, dan merupakan Perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63, yang kian hari kian sirna maknanya... Oh ya... kebetulan perayaan besar bagi bangsa kita itu bersamaan dengan hari Minggu dimana semua orang akan menikmati libur dan akhir pekannya. Namun kali ini hari libur tersebut jadi berbeda... Mengingat bahwa pemerintah kota dan provinsi, para pegawai negeri serta beberapa karyawan swasta mengikuti upacara bendera di pelataran tiap instansi mereka.

Meski makna kemerdekaan sendiri mulai luruh, namun beberapa warga begitu antusias mewarnai ulang tahun kemerdekaan ini dengan berbagai perayaan lomba yang unik-unik, antara lain , turnamen futsal tunanetra, lomba balap becak, lomba panjat pinang di laut, dan masih banyak lagi perlombaan unik lainnya. Bisa dikatakan perlombaan itu sekaligus refreshing dan mempererat silaturahmi.

Hummm... Di tengah krisis yang semakin menjadi-jadi, Ve salut dengan jiwa nasionalis warga yang masih juga mengibarkan bendera merah putih di depan pagar rumah mereka, entah karena himbauan pak RT, ataukah memang keinginan sendiri. Gak percaya??? Pak Takbir kepala biroku adalah salah satu dari sebagian warga Indonesia yang begitu bersemangat memasang bendera merah putih di depan kantor biroku, dan itu berlangsung sejak pertengahan bulan Juli kemarin.

Bukti lain bahwa dia tidak sedang berada dalam tekanan, nada dering ponselnya pun menggunakan lagu kebangasaan kita, “Indonesia Raya”. Lagu karya almarhum W.R. Supratman itu sering sekali terdengar di kantor, dan uniknya lagi, tiap kali ponselnya berdering, Ka Takbir selalu bergaya seolah-olah memberi hormat pada sang merah putih, bendera kebangsaan kita... Hahahaha... Saya sering tertawa sendiri melihatnya...

Oke... oke... Sekarang beralih ke Ve sendiri.... Sepertinya tanggal 17 Agustus kemarin, peruntunganku lagi bagus...

First,
kantor biro Makassar gak mewajibkan untuk mengikuti upacara bendera di pelataran halaman kantor, mungkin karena ukurannya yang gak mampu menampung kapasitas kami, dan moment seperti ini dimanfaatkan para kontributor buat ngeliput.

Second, karena jatuh tepat pada hari Minggu, maka Ve gak ngantor karena that’s my off day... Oh ya, kalo gak salah Ka Takbir juga off, kalau dia gak off... mmm... mungkinnn... hiiii takut deh bayanginnya... Bukan apa... bisa aja kan dia nyuruh kita upacara pake seragam lengkap, dan dia sebagai pemimpin upacaranya... Duhhhh... Hampir saja...

Third, temanku Gita datang dari Gorontalo, dia dalam misinya memasang kawat gigi, berhubung di Gorontalo gak ada dokter gigi yang capable menurutnya. Sebenarnya sihhh dia sudah dari hari Jumat, tapi hanya sampai hari Minggu soalnya Senin dia balik. Selain Gita, si Ayu juga ngacir ke Makassar, karena kantornya juga libur...

Fourth, We made decision to celebrate that, yahhh jalan bareng gituuu... Gileee enam cewek cantik, gokil, dengan sejuta problem tentang mereka dan masa depannya.. Hehehe... Narsis bo’..

Hummm... Dah lama banget... Sudah sekitar enam bulan kami gak pernah ngumpul bareng, ber-enam kayak gini. Sejak Januari lalu, Gita temanku itu sudah balik ke Gorontalo karena diterima di salah satu instansi di sana. Well.. Menurutnya, balik ke kampung halaman adalah solusi terbaik mengingat dia hanya dua bersaudara, dan kedua orang tuanya sangat merindukan berkumpul bersama setelah sekitar lima tahun ditinggal kedua putri mereka, merantu ke Makassar demi proses menggapai masa depan.

Sejak Sabtu malam, kami sudah komunikasi via sms mengenai jadwal jalan rame-rame buat hari Minggu.... Mulai dari foto bareng, makan bareng, dan karaoke bareng.... Huhhhh... Gak sabar banget pengen ketemu, aku udah bisa bayangin kalo ngumpul dan ngobrol sama mereka ber-lima, seolah-olah ada 18 orang yang lagi rebutan cowok cakep kayak Fauzi Baadilah dan Christian Sugiono, atau bisa juga seperti ibu-ibu yang jumlahnya kurang lebih puluhan di sebuah acara arisan yang sekalian obral barang.. Pokoknya rameee bangetttt...Hahahaha..

Aku turun dari mobil yang terparkir di depan kios jualan lumpia, dan pamit sama adikku Debi. Uppss... ada Rolita, Immi, dann... Heiii! There she is! Gita.. Hummm dia kelihatan lebih subur deh dibandingkan terakhir ketemu dengannya... Aku memeluk dan mencium pipinya, kangennn... Dan itupun kulakukan ke Immi dan Rolita, yaappp... hal-hal seperti itu yang membuat kami selalu percaya bahwa inilah persahabatan kami, meskipun kami sering reseh satu sama lain atau mengganggu satu sama lain. Sambil menyantap lumpia, kami pun mengobrol seputar aktivitas terakhir kami kemarin, dan mengomentari penampilan serta hal-hal yang dipaksa aneh supaya ada alasan buat saling menghina, tapi dalam konteks candaan donk..

Kawat gigi itu sudah terpasang rapi di gigi bagian atas dan bawah, dan membuat Gita seperti anak kecil yang kesakitan dan kerjanya ngeluuuhhh mulu.. Capeee dehhh dengarnya... Padahal aku udah jelasin sama dia kalau rasa sakit itu cuma berumur 2 – 3 minggu, secara aku kan dulu pernah rasa... Ya ampuuunn pegalll plus sariawan yang jumlahnya tiba-tiba membludak.. Sampe-sampe "bubur hambar" jadi menu favorit tiap hari, makanya gak heran tuh kalo orang yang baru pasang kawat gigi, berat badannya bisa turun beberapa kilogram. Kalau bukan untuk bertahan hidup, mending gak makan dehh..

Kemudian kami melanjutkan menuju mushollah yang letaknya pas di depan kios lumpia tempat kami nongkrong. Sambil nunggu Gita dan Rolita shalat, saya dan temanku Immi ngobrol membahas beberapa hal. Immi tiba-tiba bercerita tentang hubungannya dengan si ‘dia’ yang akhir-akhir ini menjadi pikiran.. Saya begitu antusias mendengar dan memberikan masukan buatnya sambil memandangi dirinya yang kelihatan jelas sedang dibebani masalah. Dia termasuk seseorang yang introvert, bahkan kepada sahabatnya, kami sekalipun.

Namun hari ini dia sepertinya gak mampu memikul itu semua sendirian, tapi dari segi fisik dia baik-baik saja, tetap kurus dan kecil, saya kadang mutar otak mikir gimana caranya supaya tubuhnya sedikit lebih berisi dan lebih tinggi, sama halnya dengan Gita. Fisik mereka berdua seperti anak kecil, untung mereka tertolong dengan benda yang bernama high heels shoes. Immi tetap memaksa senyumnya itu mengembang, meskipun saya tahu itu senyum yang penuh dengan beban. Humm.. Saya selalu mendoakan yang terbaik buat kau dan 'dia', sist... Mungkin perasaan kalian lagi tersesat di suatu tempat. Insya Allah, masih ada kehendak-Nya untuk menyatukan kalian dalam suatu ikatan sakral yang menjadi impian semua orang. Amin..

Setelah Gita dan Rolita shalat, temanku Nuni pun masuk ke dalam mushollah setelah sebelumnya sempat berkoordinasi dengan kami. Nuni seperti biasa datang sendiri, wajahnya yang sabar gak pernah berubah, dia selalu kelihatan sangat polos, dan satu lagi! selalu membahas mengenai lowongan kerja... Huuhhhh... Sangat berbeda dengan si Ayu, si centil yang gak bisa diam, tapi lucunya minta ampun. Dari mushollah, kami menyempatkan diri untuk singgah di sebuah toko, dan meramaikan toko itu dengan suara-suara cempreng serta ketawa yang ngakak abis, hehehe.. maklum lama sudah gak ketemuan, so... yang garing pun jadi lucu banget..

Sebenarnya kami sekedar mengisi sedikit waktu karena menunggu si Ayu yang konon kabarnya beberapa waktu lalu sudah lepas landas dari rumahnya menuju ke lokasi tempat kami berkumpul, studio foto, tapiiiii sampe sekarang gak ada kabarnya.. Hahhhh dasar si Ayu, kerjanya itu kerjain orang... Hahahaha.. Dia udah sempat buat Immi, Gita, apalagi Rolita panik, sabtu malam lalu, karena dia gak menanggapi satupun sms, kesannya mau bilang dia bete karena telat dikabari mengenai acara jalan bareng.. Saya juga sempat mengabari dia dan mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu gak membalas smsku. Tapi saya pikir pulsanya lagi habis kali, atau lagi sibuk bergosip sama teman kantor, bisa juga telpon-telponan sama “replika Yoga”-nya..

Ponselku berdering, “Wee... Ssstt.. Diam ko semua, Ayu nelpon..” kataku.. Dan teman-temanku dengan kompaknya mengecilkan volume suara mereka...
V : “Assalamualaikum Yu.. Dimanaki say?”
A : “Wee dimana mako semua? Dekatma ine studio foto”
V : “(sambil kode anak-anak keluar dari toko) Lagi menuju situ”
A : “Dimana sede? Boteko to...
Dekat sekolah Rajawali mako?”
V : “(mempercepat langkah) Iyo! Lagi lewat ini
depan Rajawali”
A : “Mana? Sa nda liatko, m
aumi sede ine napatolo-toloika..!”
V : “(Gubrakk.. Ketahuan bo’...)
Tunggumi di situ, cerewet!"
A : “Okey nah.. Cepatko, nanti banyak cowok cakep naksir saya”
V : “Hahahaha... Puihhhhh...!! Justru kau harus waspada,
karena yang paling cantik sudah mendekat... Sudahmi nah say... Assalamualaikum”

Hahhh... Dengan mengandalkan kendaraan yang paling sederhana, “kaki”, kami berjalan secepatnya menuju lokasi yang jaraknya kira-kira 300 meter... Hiiii... Aku dan Gita ngotot pengen naik taxi, tapi mereka sepakat jalan kaki, Ughhhh... Entah makhluk mana yang mersuki mereka sampai mutusin jalan kaki dengan dandanan rapi jali kayak gini... Belum lagi disuit-suitin sama perjaka ataupun om-om yang lewat, bahkan tukang becak yang lagi bawa penumpang.... Ya ampunnn... Harusnya kan mereka sudah terlampau letih karena mengayuh becaknya... Eeeehhh... ini masih sempetin buat godain cewek-cewek cantik nan rupawan kayak kita-kita innniiiiiieee... Maaf narsis lagi... Hihihi...

Fiuhhh.. sampe juga di studio foto, bak putri keraton yang turun dari kereta kuda, si Ayu pun langsung melangkahkan kaki keluar dari mobilnya sambil pamit ke mama dan papa nya. Kami yang sudah seperti anak-anak bagi mama dan papanya Ayu, ikutan pamit seperti anak pamit kepada orang tuanya. Mereka pasangan yang serasi, ayah yang sabar tapi tegas, serta ibu yang cerewet tapi penyayang... Kami pun memasuki studio foto tersebut, namanya “mirror”, kenapa? Karena hasil potret fotografer mereka akan diedit dan penampakan objek seperti lagi bercermin, two side... Ruangan dengan konsep minimalis, indah, hening, dan ada beberapa koleksi busana serta sepatu yang terpajang rapi, katanya sih itu kostum buat yang pengen gonta-ganti busana saat dipotret. Dasar kami pengen yang praktis, jadinya kami pake kostum sendiri aja, udah cakep koq kelihatan.. Hihihihi..

Setelah registrasi, kami naik ke atas.. Bertemu dengan sang fotografer yang awalnya siieeehhhh kelihatahn ramah banget... Tapi entah karena kami yang ribut dan banyak gerak, membuat dia jadi temperamen, ataukah karena jadwal janjian sama pacar gelapnya udah terlambat 10 menit, mmm.. mungkin tiba-tiba kebelet pengen BAB... Oh ya... Bisa jadi dia juga pengen kasih liat ke kita-kita kalau dia itu oke dan professional, sampe-sampe jadinya nyebelin banget... Ihhhhh!!! Gemes dehhh pengen nimpukin pake Kamus Besar Bahasa Indonesia 3 biji...!

Kami mutusin ambil empat background... Akhirnya selesai juga foto-fotonya... Gilaaa... Meskipun wajah fotografernya udah bengkok, kami ber-enam tettteeeepppp aja becanda kayak orang gila... Ambil angle yang aneh bin ajaib, terus saling ganggu satu sama lain... Belum lagi ide-ide gila yang kami tawarin ke fotografernya, lima belas menit lalu, rambut si fotogafer itu kayaknya lurus dan rapi banget, tapi sekarang koq jadi keriting gak karuan yahh... Hahahaha... Akhirnya selesai juga, dan kami menyelesaikan administrasi di bawah sambil memilih angle yang kami anggap layak buat dipamerin ke kalian, fans-fans kami... Hihihi..

“Aduhhh.. Laparku kawe... Rolita traktir to... Ke Mall Pankkukang dule, makan di sana meq..” ajakku yang udah lapar banget.... Ternyata berpose untuk pemotretan itu capek juga yah... Gimana para model kayak Luna Maya, Catherine Wilson, dan sekawanannya yahhh.... Sambil senyum-senyum Rolita meng-iyakan, kebetulan memang tanggal 19 Juli kemarin dia berulang tahun, dan saatnya melunasi traktiran... Hehehe... Maaf yah Lita... Itu sudah hukum rimbanya..

Kami pun menuju Mall Panakkukang (MP) dengan menggunakan taxi. Di taxi saja ributnya minta ampun, membahas kelakuan teman-teman kantor kami yang anehnya luar biasa... Belum candaan-candaan kecil hasil obrolan kami, sampe-sampe pak supir taxi-nya ikut ketawa... Belum posisi duduk kami yang.. umm... huuhhh... sesak bo’.. Kalian bisa bayangkan kan.. Enam orang perempuan dewasa di atas taxi... Sempiiittttt... Mana banyak gerak pula... Tapi tetep aja kayak pasar cakar...

Sesampainya di MP, saya dan Nuni sempat antri di toilet... Duhhh dimana-mana antri... Bahkan dari toilet di lantai satu, eh... saya dan Nuni malah dirujuk ke toilet lantai dua... Kenapa yah sebagian pengunjung mall pasti gak pernah melewatkan kunjungan khusus ke toilet.. Hehehehe... Untungnya kami masih sangat menghargai yang namanya tulisan “antri. Dari toilet kami menuju salah satu tempat makan di mall, tempatnya cukup nyaman, makanannya sihhh hampir sama dengan semua tempat makan yang menyajikan fastfood. Tapi... seperti kata beberapa orang yang kukenal, bahwa “bukan masalah makan dimana, melainkan makan sama siapa”.. Yapp.. Pelan-pelan saya mulai menyadarinya...

Beda dengan keributan yang kami ciptakan di toko, studi foto, dan di taksi... Saat makan justru kelihatan lebih tenang, kami hanya membahas mengenai beberapa teman angkatan yang sudah hampir mengakhiri masa lajang mereka, sampai pada bahasan mengenai rencana menginap di rumahku malam itu... Menginap?? Wahhh asiiikkkk... Saya sangat setuju...

Setelah makan, mereka pun menunaikan ibadah ashar... Rolita sahabatku yang tidak pernah lupa mengingatkan kami untuk shalat lima waktu... Hahhh... Dia masih saja seperti itu, wajahnya masih sangat teduh dibalik jilbabnya, masih sering salah tingkah dan salah langkah yang membuat kami tertawa.. Setelah shalat.. acara karaokean gak bisa ditunaikan... Pertama, karena Nuni sudah harus balik.. Biassalah dia, sepertinya jadwal keluar dan jadwal tidurnya gak pernah berubah deh... Kedua, Immi dan Gita ingin keluar bersama sang kekasih mereka masing-masing, deuuhhh bahagianya... Ketiga, saya dan Ayu sudah cukup lelah setelah sebelumnya berbelanja peralatan toilet di carrefour... Hehehehe...

Setibanya di rumahku, saya dan Ayu menuju kamar setelah sempat menyapa mama.. Kelihatannya sihhh mama, papa, dan adik-adikku akan keluar menikmati malam mereka... Sambil menunggu Immi dan Gita datang, saya dan Ayu ngobrol banyak tentang diri kami masing-masing. Mulai dari sosok masa lalu yang nyaris tidak teracuhkan lagi, sampai pada masa depan yang masih kabur... Belum lagi tingkah laku orang-orang sekitar yang baik, lucu, aneh, dan segala macam sifat pada manusia.. Untung gak ada yang hobi mutilasi kayak “Ryan” Hiiii... Takkuuttt... Kami menertawai diri kami yang berada dalam kesesatan namun kami menikmatinya... Kami bersedih untuk beberapa hal yang memang tak sanggup kami tutupi.

Malam itu semakin sempurna, saat Gita dan Immi datang. Yappp... Cukup menyayangkan juga sih karena gak ada Rolita dan Nuni. Kami bercerita tentang apa yang meresahkan, tentang penawar rasa saat racun asmara ini mulai menggerogoti otak yang merupakan sumber logika, tentang 'dia' yang kadang menyebalkan tapi kami gak bisa bohong kalau 'dia' menyenangkan.. kalau 'dia' adalah essens dalam hidup di tengah kesibukan dan kepenatan... Gelak tawa kami, tidak tertahankan dan meramaikan suasana rumahku yang kian sepi..

..... dan bahwa persahabatan ini tidak akan pernah menjadi sesuatu yang kusesali, melainkan suatu anugerah yang kusyukuri, yang menjadikanku tetap dan akan selalu seperti ini, menyayangi sekaligus menghardikmu saat kau berada di jalan yang salah, dan memelukmu saat kau tak mampu menahan rasa itu.....

18 Agustus 2008
23:56 wita
Bagiku... inilah makna kemerdekaan... saat dimana semua yang sulit menjadi begitu mudah...

1 comment:

Anonymous said...

assalamualaikum...maaf uhtina, saya sedikit terpojokkan dengan makna kemerdekaan, mengapa keadilan tidak mampu memerdekakan bagi mereka yang bertindak benar??? terbukti, saya masih mendekam di penjara mapolda metro jaya, jika kebebasan berpendapat dan bereaksi terus digalakkan di indonesia ini apa kata dunia!!! contohnya saja para pejabat yg tak habis2nya korupsi, lalu dia beralasan " ini adalah kebebasan berexpresi, berpendapat, dan berbuat, karena negara ini adalh negara demokrasi, merdeka!!!" mmm... semoga keadilan tidak ditegakkan antasari saja....