Seperti biasa setelah makan siang, kalo gak ada liputan, saya menghabiskan waktu di teras.. Langit mendung seakan mengundangku untuk menikmati suasana siang menjelang sore kali ini…. Lagu D’Cinnamons – Would you let me be, berulang kali mengalun di telingaku lewat MP4 kesayanganku… Hummm.. Saya pikir suatu saat akan bosan dengan lagu itu karena kebiasaanku memutar lagu berulang-ulang, tapi ternyata hingga hari ini, saya masih menikmatinya..
Oh ya.. Jadi teringat buku berisikan tumpukan cerpen karya seseorang…. Sebelum dia mengutukku jadi batu tawas, ataukah jadi Sarimin pemeran utama topeng monyet yang mengitari lorong demi lorong dan berusaha menampilkan yang terbaik demi mengisi perut tuannya, mending saya lanjutkan bacaanku. Saya teringat kalimatnya yang seolah-olah mendiskriminasikan saya yang lebih tertarik dengan jenis bacaan yang berbeda dengannya. Hihihi, sirik aja..
Setelah membaca tiga cerpen, saya lalu menutup buku itu.. Uhmm.. Kuistirahatkan perasaanku yang entahlah… Seperti dipermainkan bersama sejumlah cerita yang kubaca, dasar penulis ini.. Rencananya ingin kualihkan pikiranku ke hal-hal yang menghibur, yang bisa membuatku tersenyum dan kembali menetralkan perasaanku… Eh malah nyasar..
Saya kembali menelusuri cerita hidupku selama beberapa bulan terakhir ini… Ini disebabkan rasa penasaran dan bingung yang bersarang di kepalaku. Ummm… Jadi teringat saat-saat saya menjatuhkan pilihan dan membuat sebuah keputusan yang menurutku berani, karena saya tidak biasanya seperti itu.. Entah apa yang membuat nyaliku begitu besar untuk menjatuhkan pilihan…
Saya merasa bukan diriku saat ini, meski saya selalu berusaha menjadi siapa saya. Saya bersembunyi dalam ketakutanku… Takut yang amat sangat… Hal itu membuatku menjadi sosok yang setengah, yang tidak mampu memastikan apa yang kulakukan saat ini. Namun saya tetap berusaha konsisten dengan pilihan ini..
Yapp setiap pilihan yang kita jalani, pasti ada resikonya… Dan itu yang sedang membuat pikiranku berputar-putar hingga akhirnya berkumpul seperti benang kusut karena merasa gak ada solusi yang tepat untuk saat ini… Hufff… Lalu saya mulai membuka sebuah ruang baru dalam pikiranku *bisa gak yah?* dan mulai menghakimi diriku sendiri.. “Mengapa kau menanyakan dan meragukan keadaanmu sekarang? Mungkinkah itu bias dari masa lalu?”
Bias masa lalu?? Iyakah…?? Mengapa? Lantas.. Kemana akan saya tanyakan kebenaran itu? Ataukah saya memang layak merasa seperti ini? Dan inikah salah satu sekolah kehidupan bagiku? Sebuah kelas dimana mengajarku menghadapi kemelut dalam rasaku sendiri… Akankah kutemukan jawabnya? Akankah kondisi ini tetap membuatku bersyukur kepadaNya?
“Hmmm.. entahlahhh…”
25 November 2008
19:40 wita
Oh ya.. Jadi teringat buku berisikan tumpukan cerpen karya seseorang…. Sebelum dia mengutukku jadi batu tawas, ataukah jadi Sarimin pemeran utama topeng monyet yang mengitari lorong demi lorong dan berusaha menampilkan yang terbaik demi mengisi perut tuannya, mending saya lanjutkan bacaanku. Saya teringat kalimatnya yang seolah-olah mendiskriminasikan saya yang lebih tertarik dengan jenis bacaan yang berbeda dengannya. Hihihi, sirik aja..
Setelah membaca tiga cerpen, saya lalu menutup buku itu.. Uhmm.. Kuistirahatkan perasaanku yang entahlah… Seperti dipermainkan bersama sejumlah cerita yang kubaca, dasar penulis ini.. Rencananya ingin kualihkan pikiranku ke hal-hal yang menghibur, yang bisa membuatku tersenyum dan kembali menetralkan perasaanku… Eh malah nyasar..
Saya kembali menelusuri cerita hidupku selama beberapa bulan terakhir ini… Ini disebabkan rasa penasaran dan bingung yang bersarang di kepalaku. Ummm… Jadi teringat saat-saat saya menjatuhkan pilihan dan membuat sebuah keputusan yang menurutku berani, karena saya tidak biasanya seperti itu.. Entah apa yang membuat nyaliku begitu besar untuk menjatuhkan pilihan…
Saya merasa bukan diriku saat ini, meski saya selalu berusaha menjadi siapa saya. Saya bersembunyi dalam ketakutanku… Takut yang amat sangat… Hal itu membuatku menjadi sosok yang setengah, yang tidak mampu memastikan apa yang kulakukan saat ini. Namun saya tetap berusaha konsisten dengan pilihan ini..
Yapp setiap pilihan yang kita jalani, pasti ada resikonya… Dan itu yang sedang membuat pikiranku berputar-putar hingga akhirnya berkumpul seperti benang kusut karena merasa gak ada solusi yang tepat untuk saat ini… Hufff… Lalu saya mulai membuka sebuah ruang baru dalam pikiranku *bisa gak yah?* dan mulai menghakimi diriku sendiri.. “Mengapa kau menanyakan dan meragukan keadaanmu sekarang? Mungkinkah itu bias dari masa lalu?”
Bias masa lalu?? Iyakah…?? Mengapa? Lantas.. Kemana akan saya tanyakan kebenaran itu? Ataukah saya memang layak merasa seperti ini? Dan inikah salah satu sekolah kehidupan bagiku? Sebuah kelas dimana mengajarku menghadapi kemelut dalam rasaku sendiri… Akankah kutemukan jawabnya? Akankah kondisi ini tetap membuatku bersyukur kepadaNya?
“Hmmm.. entahlahhh…”
25 November 2008
19:40 wita
No comments:
Post a Comment