Seperti biasa.. Spend the night with myself, and that’s what I’ve chosen.. Tapi setidaknya dalam sendiriku, tidak pernah ada kebohongan, kepalsuan, pura-pura… Yang ada hanya kejujuran.. Jujur pada diri sendiri… Jujur pada sekujur tubuh yang melemah, namun tak kunjung letih untuk mengantarku pada lelap.. Jujur dengan bulir yang kian menetes dan membuat pandanganku hampa sesaat…
Karena tidak ada lagi yang mampu kupandangi, tiba-tiba mataku menangkap sepasang sepatu dengan kombinasi warna coklat tua dan coklat muda dengan bahan yang berkilau.. Sepatu kesayanganku, modelnya simple tapi memikat, hak-nya standar, dan tidak sedikit kaum wanita yang memuji tampilannya yang sederhana namun indah dipandang mata..
Melihat sepatu itu, kembali teringat dengan kesendirian yang selalu berusaha kunikmati saat saya memilih kesendirian itu.. Sepatu itu selalu sepasang, bersinergi, dan terlihat indah saat satu dengan yang lain diayunkan bergantian. Saya terpikir, betapa bahagianya sepatu itu.. Meski letih karena terayun di langkahan kaki tiap manusia, namun akan selalu memiliki teman cerita di kala beristirahat, apakah di rak sepatu, di kolong meja, di depan pintu rumah, atau bahkan dalam sebuah dus yang pengab..
Pasti tidak pernah merasa kesepian… Saling berbagi susah dan senang.. Terbiasa dengan kebersamaan, bahkan saling mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan pasangannya.. Mereka tidak peduli berapa lama menunggu majikannya yang berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, karena mereka akan selalu bersama. Saling bercerita dan berbagi sembari membunuh waktu..
Huffff… Jadi iriiii… Inginku juga menemukan pasangan yang pas seperti sepasang sepatu itu.. Berbagi dengannya, bercerita dan menyampaikan keluh kesah yang telah dia mengerti sejak awal lewat garis wajahku, lewat kalimatku yang terbata-bata, lewat bahasa tubuhku yang mulai kacau… Meski malam kian larut, saya tidak perlu khawatir, karena ada dia di sisiku, menjagaku dan tidak akan membiarkanku mengakhiri malam dengan “kesendirian”…
Sampailah diriku pada kesimpulan sesaat.. Mungkin inilah yang dinamakan keadilan.. Bahwa meski sepasang sepatu itu selalu bersama dan bahagia walaupun kuayunkan ribuan kali bersama kakiku dalam kondisi apapun… Mereka tetaplah sepasang sepatu, yang tidak akan pernah merasakan nikmatnya nafas yang kurasakan…
Dan diriku dan kesendirian ini, meski saya sudah muak, namun segala desahan nafas ini menjadi irama yang menghiburku dalam.... sekali lagi kesendirianku…
18 November 2008
01:02 wita
…dan kapankah saya lebih dari sepasang sepatu, memiliki pasangan dan melangkah bersama, diiringi nafasku dan nafasnya…
Karena tidak ada lagi yang mampu kupandangi, tiba-tiba mataku menangkap sepasang sepatu dengan kombinasi warna coklat tua dan coklat muda dengan bahan yang berkilau.. Sepatu kesayanganku, modelnya simple tapi memikat, hak-nya standar, dan tidak sedikit kaum wanita yang memuji tampilannya yang sederhana namun indah dipandang mata..
Melihat sepatu itu, kembali teringat dengan kesendirian yang selalu berusaha kunikmati saat saya memilih kesendirian itu.. Sepatu itu selalu sepasang, bersinergi, dan terlihat indah saat satu dengan yang lain diayunkan bergantian. Saya terpikir, betapa bahagianya sepatu itu.. Meski letih karena terayun di langkahan kaki tiap manusia, namun akan selalu memiliki teman cerita di kala beristirahat, apakah di rak sepatu, di kolong meja, di depan pintu rumah, atau bahkan dalam sebuah dus yang pengab..
Pasti tidak pernah merasa kesepian… Saling berbagi susah dan senang.. Terbiasa dengan kebersamaan, bahkan saling mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan pasangannya.. Mereka tidak peduli berapa lama menunggu majikannya yang berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, karena mereka akan selalu bersama. Saling bercerita dan berbagi sembari membunuh waktu..
Huffff… Jadi iriiii… Inginku juga menemukan pasangan yang pas seperti sepasang sepatu itu.. Berbagi dengannya, bercerita dan menyampaikan keluh kesah yang telah dia mengerti sejak awal lewat garis wajahku, lewat kalimatku yang terbata-bata, lewat bahasa tubuhku yang mulai kacau… Meski malam kian larut, saya tidak perlu khawatir, karena ada dia di sisiku, menjagaku dan tidak akan membiarkanku mengakhiri malam dengan “kesendirian”…
Sampailah diriku pada kesimpulan sesaat.. Mungkin inilah yang dinamakan keadilan.. Bahwa meski sepasang sepatu itu selalu bersama dan bahagia walaupun kuayunkan ribuan kali bersama kakiku dalam kondisi apapun… Mereka tetaplah sepasang sepatu, yang tidak akan pernah merasakan nikmatnya nafas yang kurasakan…
Dan diriku dan kesendirian ini, meski saya sudah muak, namun segala desahan nafas ini menjadi irama yang menghiburku dalam.... sekali lagi kesendirianku…
18 November 2008
01:02 wita
…dan kapankah saya lebih dari sepasang sepatu, memiliki pasangan dan melangkah bersama, diiringi nafasku dan nafasnya…
No comments:
Post a Comment