si pengemis cinta

“Apabila sejatinya mausia diciptakan berpasang-pasangan, lalu ada apa dengan pengemis cinta?”

Hehehehe.. Pertanyaan tersebut terbersit di benakku saat senja kian jingganya.. *sejak kapan loe puitis gitu, jangan maksa dehh*… Saya teringat cerita mengenai pengalaman sahabatku, Rina (nama samaran) kemarin malam, saat kami menyempatkan ngobrol lewat telepon seluler. Dia bercerita mengenai lelaki yang begitu antusias menyapanya dengan intens tiap hari.. Bahkan sehari bisa tiga kali, kayak minum obat.. Maklumlah lagi PDKT *ingat tulisanku mengenai PDKT vs pacaran?*

“Duh.. Ve… Bingungka juga.. Padahal sudah saya tegaskan sama dia bahwa saya tidak tertarik menjalani hubungan pacaran dengan dia. Saya hanya menganggap dia sebagai teman” dalih Rina saat saya menuduh dia memberi harapan sama si lelaki. “Waduuhhh.. Pangeran Diponegoro *sebutan bagi pejuang tangguh* juga dia” kataku.. Sambil tertawa, Rina melanjutkan, “Bahkan.. Tau tidak Ve, beberapa hari ini, dia sampe nangis-nangis segala ma saya!”.. “Hahhh..! Nangis???!!!”

Saya bingung dengan tingkah lelaki itu… Lelaki itu layaknya seorang “pengemis cinta”.. Yang berharap pada sesuatu yang tidak pasti yang dia klaim sebagai ‘cinta’ nya. Bahkan sebenarnya sudah pasti, namun dia tetap ngotot. Mengapa dia sampai nangis segala di Rina, sementara keputusan semua ada di tangannya untuk menyelamatkan diri dari kondisi tersebut, mengingat Rina sudah menegaskan gak berniat menjalani hubungan pacaran.

Rina kembali melanjutkan ceritanya, bahwa tidak jarang lelaki itu menawarkan berbagai bantuan dan fasilitas kepadanya. Kadang malah yang paling ekstrim, menawarkan bantuan mencuci seluruh pakaian si Rina.. *isn’t it weird?* Kata seseorang padaku, “itu gak elegant, say” Si lelaki juga sering menghubungi Rina berjam-jam lamanya, umm.. dari pukul 00:00 wita sampai pukul 04:00 wita, lama gak yah? *ya iyyalah.. dikit lagi azan subuh tuhh*.

Heran.. Mengapa dia memilih bertahan dengan semua itu? Tidakkah dia sadari bahwa Rina bukan satu-satunya perempuan di dunia ini??? *maaf Rin… tapi kamu tetap cantik koq, hehehe* Toh… Lelaki itu kan sudah berusaha dan berjuang sampai titik darah penghabisan, eh salah.. sampai airmata berurai.. Hehehe.. *bukan menertawai si lelaki lho* Selebihnya kita kembali berserah kepada Pemilik Kehidupan ini, apakah lelaki layak mendapatkan Rina? Ataukah justru Rina bukan yang terbaik bagi dia?

Well… Bukannya saya gak prihatin dengan nasib Rina yang bingung dengan kondisinya yang diuber-uber sama si lelaki.. Tapi saat ini saya tersesat dengan pikiranku mengenai lelaki “pengemis cinta” itu. Sampai kapankah dia bertahan dalam kondisi yang sejatinya perempuan dan laki-laki diciptakan berpasang-pasangan selama mereka berusaha.. sementara dia memilih mengemis cinta??

Hahhh.. Semoga hal tersebut tidak pernah terjadi dalam hidupku, dan semoga dengan kisah ini, saya belajar untuk menghargai apa yang telah saya miliki, dan siapa yang hingga saat ini menghormati dan menghargaiku…

Wassalam...

21 November 2008
19:31 wita

1 comment:

Anonymous said...

kenapa ga dikasih kesempatan seh? segitu tidak menarikkah atau menyedihkannya kah dia?

Way under her league? I think that is more pathetic

He might be the one, but he is isnt anymore

hehe...