ini eksklusif Ve!

Deringan handphone kembali membangunkanku... Ughhh.. Sial... Orang iseng, “CUMI” alias “cuma missedcall” doank.. Huffff.. Pukul 10.00 wita.. Dasarrrr Ve.. Seandainya saat itu juga ada penyerahan award bagi warga kota Makassar yang termalas bangun pagi, mungkin saya masuk dalam peringkat 10 besar... Hiksss.. Padahal usai shalat subuh, hanya pengen baring-baring dikit.. Ehhhh... malah keterusan..

Nyawaku belum ngumpul, handphone yang satu malah ikut berdering.. Duhhh.. Mana jauh lagi dari tempat tidur.. Hehehe.. Sebenarnya siiiih cuma butuh tiga langkah, dasar Ve aja yang lagi malas bangettt... Uhhhh ngantukk... Tidak! Wake up, and answer the phone! Uppsss... Telepon yang ini kayaknya serius deh, “Ka Takbir...”, kepala biroku.. Pasti penting... Tarik nafas dalam-dalam.. Usahain jangan sampai suaranya kedengaran baru bangun.. “Ehmm... Eheeeemmmmm..”

“Assalamualaikum... Iya Ka Takbir, ada apa?” Saya menjawab deringan telpon dengan suara yang kedengarannya udah siap menuju kantor.. “Ve!! Buruan ke kantor de’.. Ada liputan.. Penting!!!” Jawabnya.. “Ohh ii.. iya.. iya.. siap ka Takbir, Ve ke kantor”, dan setelah mengucap salam, telepon pun ditutup.. Huaaaaaaa!!! Gawaattt!! Mana belum mandi pula.. Belum jas buat siaran, “Duh bawa jas yang mana?” Bodo ahhh.. Yang penting mandi dulu..

Saya lalu mengguyur tubuhku dan mandi seperti biasa, namun dengan durasi yang lebih singkat.. Semuanya dipersingkat.. Dan gak usah dibahas.. Hihihi... Setelah mandi.. Pakaian.. Pesan taksi karena gak berani minta dijemput mobil kantor, soalnya udah telat bangun... Kemudian melesat ke kantor setelah menyambar roti keju vla yang tinggal se-biji di meja makan.. Hahhh.. Untungnya adik-adikku masih berbelas kasih menyisakan sarapan untuk kakaknya yang cantik, keren, smart, Uppss... Sowry.. Narcisku kambuh...

“Bontomene, Pak.. Buruan.. Saya ada tugas penting” Pintaku sama supir taksi yang akan mengantarku ke kantor.. “Sabar non, ini taksi, bukan mobil F1”.. Wahhh ngajak berantem nih supir.. “Iya Pak, tapi kan bisa diusahain..” jawabku ngotot.. “Boleh.. Ada asuransi kesehatannya gak? Kalo ada, saya nebeng yah..” supirnya malah bercanda.. “Yaelahh Pak.... Justru di sinilah bapak membuktikan kepada saya dan seluruh pengguna jalan, bahwa Bapak adalah supir taksi yang hebat, hehehehe.. Buruan Pak!”.. Sambil geleng-geleng kepala, dia pasrah juga, akhirnya tekan gas tinggi demi kepuasan konsumen.. Hehehehe...

“Makasih yah Pak.. Balapannya tadi keren... Nih duitnya, kembaliannya ambil aja” kataku sambil menyerahkan sejumlah uang pada si supir taksi.. “Hehehehe.. Kembaliannya cuma seribu perak juga.. Makasih yeee” Jawab si supir.. Yeee seribu perak uang juga itu.. Bayangin aja.. Para pengamen, pengemis jalanan, tukang parkir, bahkan penjual koran di sore hari, rela menghabiskan waktu di depan wajah orang lain yang beragam, demi seribu perak.. Ini dikasih cuma-cuma.. Malah gak sukur...

Suasana kantor memang terlihat rame.. Anak-anak terhambur di lantai.. Ka Abo, Ka Takbir, dan Ka Budi juga kelihatan semangatt... Mereka bahkan menyambutku seolah-olah di tangan kananku sedang membawa dua bungkus roti dan di tangan kiriku membawa sekantong minuman kaleng. Ada kasus apa yah.. Sepertinya saya malah dikerjain deh sama anak-anak di kantor. Jangan-jangan mereka ingin memberi efek jera padaku yang hobi telat bangun... Yeee... Kurang kerjaan banget.. Mereka gak liat, saya tadi udah kayak orang kebakaran jenggot, kalo bahasa sini sih, kajili-jili...

“Ve jadi gini... Kita punya liputan keren, kita mau Ve yang turun.. Ternyata di pasar #####.. Daging sapi yang dijual oleh para pedagang, adalah daging babi..” Ka Takbir mulai menyampaikan apa liputan yang membuat dia membangunkanku dari kemalasanku.. “Nah Ve... Tadi saya sudah suruh Chandra pergi beli dagingnya, dan ada di teras. Ve bawa itu ke laboratorium Veteriner, Maros, untuk diteliti lebih lanjut. Usahakan Ve dapat hasilnya hari ini, dan kalo bisa itu positif daging babi” Ka Takbir dan Ka Budi terus nyerocos dan lagi-lagi info eksklusif itu datangnya dari ka Abo, herann deh.. sebesar apa sihh jaringannya.. hebat bangettt.. Jangan-jangan dia mantan anggota Badan Intelijen Negara dehhh..

Kamera siap, Mic siap, Tripot juga udah siap.. Tinggal berangkat.. “Ingat yah Ve, hasil uji nya usahakan sebelum jam tiga siang.." Saya mengangguk dan berpikir bahwa memang akan semudah itu mendapatkan hasil uji sampel daging tersebut.. Saya sangat antusias melaksanakan liputan itu mengingat lokasinya di luar kota Makassar, yaitu di kabupaten Maros.. Hitung-hitung jalan-jalan sambil menghirup udara daerah lain.. Kabupaten Maros sendiri letaknya gak jauh-jauh amat, apalagi kami memilih lewat jalan tol.. Menghabiskan waktu 60 menit, tapi kalo Chandra yang mengemudikan mobil, bisa jadi 45 menit, bahkan bisa 30 menit!

Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Besar Veteriner, Laboratorium Veteriner, Kabupaten Maros.. Humm.. begitulah tulisan yang tertera di papan berwarna hijau-putih tepat di depan bangunan putih tersebut. Saya lalu bertemu dengan pimpinan laboratorium Veteriner, saat itu yang bertanggung jawab adalah Bapak Tangguh.. Hehehehe.. Agak beda sih dengan namanya.. Orangnya sangat ramah dengan logat Jawa-nya (maaf) yang medok banget... Tidak memperlihatkan sosok lelaki yang telah aral-melintang mengarungi samudera Hindia dan Pasifik, ataukah benua Asia dan Australia.. Bayanganku seorang Tangguh adalah mereka yang telah mempertaruhkan hidupnya di belantara alam.. Weizzz... Jauh banget yahh..

Setelah ngobrol panjang-lebar, saya bahkan jadi ikutan medok juga.. Hehehehe... Ternyata hasil uji sampel daging yang kami bawa, baru dapat diketahui esok harinya.. Whattt??? Waduhh.. Gak bisa gini dong.. Nanti gak eksklusif.. Ibaratnya saya pulang tanpa hasil.. Cukup lama juga saya tawar-menawar, akan tetapi alat yang mereka gunakan untuk mendeteksi sampel daging tersebut memang membutuhkan waktu yang cukup lama.. Jadi gak bisa dipercepat ataupun diperlambat..

Setelah koordinasi dengan korlip yang kebetulan adalah ka Budi, saya diarahkan ke Fakultas Peternakan UNHAS, mungkin hasilnya bisa lebih cepat, tapi tetap meminta bantuan laboratorium Veteriner untuk menguji sampel yang daging yang kami bawa, meski hasilnya baru bisa ketahuan besok. Saya sempat masuk dulu ke laboratorium uji organoleptik mereka, dimana untuk mengeatahui apakah daging tersebut layak dikonsumsi atau tidak karena bisa saja sudah menagalami pembusukan awal. Pemeriksaannya simpel, hanya menggunakan pandangan mata dan indera penciuman.. Ngomong-ngomong mengenai indera penciuman, sepuluh menit lagi saya dan ka Tody berada dalam lab tersebut, kami bisa jatuh pingsan.. Duhhh baunya.. Astagfirullah...

Pasti kalian udah bete, soalnya tulisanku panjangnya kayak toilet paper, alias tissue roll yang nongkrong di toilet-toilet hotel atau rumah makan.. Hiksss.. Baik.. Singkatnya akhirnya kami menemukan seseorang yang mampu membantu kami menguji sampel daging yang kami bawa, dan itu di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.. Beliau adalah Prof. Dr. Ir. Effendi Abustam, merupakan kepala Laboratorium Teknologi Olah Ternak, Fak. Peternakan-UH.

Orangnya sangat ramah.. Dengan antusias dia bersama dua asistennya, membantu kami menguji sampel daging tersebut.. Dan beruntungnya lagi, dia punya sampel daging sapi yang asli, sebagai bahan pembanding sampel daging yang kami bawa. Saya pun oncam dan mempersilahkan Prof. Effendi menjelaskan hasil pengujiannya. Dia menduga sekitar 70%-80% sampel daging yang kami bawa adalah daging babi, dan untuk mengetahui lebih jelas ke-akuratannya menggunakan mesin dengan teknologi canggih seperti VCR yang digunakan di laboratorium Veteriner.

Iya.. iya.. Sabarrr... Saya tau.. Udah terlalu panjang kan ceritaku.. Singkat cerita.. Akhirnya kami kembali ke kantor sekitar pukul setengah empat sore, dengan membawa liputan yang eksklusif tersebut untuk dikirim lewat camcast ke pusat.. Mas Rojes salah satu produser eksekutif kami, sepanjang jalan kenangan.. hallahh lagu kallliiii... Beberapa kali menghubungi saya untuk mengetahui kelanjutan hasil liputanku. Tapi syukurlah dia kelihatannya puas dengan hasil kerjaku. Dia pun meminta kami untuk meminta kesediaan Prof. Effendi hadir di studio, akan ada dialog terkait hasil uji sampel daging tersebut..

And.. You know what???!!
Mas Rojes dan produser kabar Petang yang lain, memberikan kesempatan kepada saya sepenuhnya untuk berdialog dengan Prof. Effendi.. Oh thanks God, this is a good chance for me.. Thanks Mas Rojes!! Saya yang masih setengah pesimis menyelesaikan seluruh tugas kami sampai usai kabar Petang, gak percaya dengan semuanya yang berjalan dengan sukses dan lancar.. Finally.. I did it again! Ucapan selamat dan hujan pujian dari ka Budi, ka Abo, ka Takbir, dan beberapa teman lainnya terus-menerus dilontarkan kepada kami yang terlibat langsung dalam peliputan.. Duhhh senangnyaaa...

Ini seperti penghargaan tapi seperti beban juga, karena pada akhirnya kami dituntut untuk melakukan yang lebih baik lagi agar bisa menjadi yang terbaik.. Oh ya.. dan hari ini.. berdasarkan wawancara eksklusifku dengan manager Teknis Epidiomiologi Balai Besar Veteriner, kabupaten Maros, hasil uji laboratorium Veteriner memastikan bahwa sampel daging tersebut positif daging babi dan beberapa sampel lainnya adalah oplosan daging babi dan daging.. emmm.. err.. apa yahh?? Gila yah.. Kasian masyarakat, mereka pasti merasa tertipu habis oleh sejumlah penjual daging di pasar tradisional, masyarakat lebih memilih untuk tidak mengkonsumsi daging dulu, jadi paranoid gitu dehh.. Tapi lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali.. Ya kan?

14 November 2008
22:30 wita
..bukan hanya masyarakat, saya pun sepertinya harus say NO!! to bakso dan coto.. hiksss.. hikss..

No comments: