dia menelponku... perempuan itu... saya sangat mengenal suaranya... suara yang penuh kasih sayang... dia menangis terisak-isak sambil menumpahkan segala rasa kecewanya... rasa sedih yang membuncah di dada saling mengejar dengan napasnya, berlomba untuk sampai di telingaku.... antara tumpahan tangis yang keras ataukah suara lantang meneriakkan segala keperihan itu...
saat itu, siaran di televisi yang sejak awal membuatku tak ingin beranjak, tiba-tiba terlihat hitam putih, tak menarik... dia tau saya tidak mampu melakukan apa-apa selain mendengar dan memintanya untuk terus bersabar, tapi dia tidak tau kalo saya pun terpukul... saya pun kecewa...
ahhhh... seandainya saya bisa menegur dia yang membuatmu terluka... tapi kau tau kan, saya sempat melakukannya dan yang ada, saya menjadi musuh baginya... saat ini apapun yang saya katakan tidak akan dia perhitungkan... bersabarlah... saya tau, sepuluh tahun bukan waktu singkat... saya tau sepuluh tahun itu telah menggoreskan luka seperti apa, saya tau karena saya melihat dan mendengar semuanya...
perempuan yang malang... harusnya tidak seperti ini keadaanmu.. kau lebih pantas duduk di singgasana hatinya, mengapa dia mendorongmu ke bawah? mengapa setelah semua pengorbanan itu? tidakkah dia iba melihat airmatamu, melihat tubuhmu yang suatu saat kian rapuh demi kebahagiaannya??
tapi tenanglahh.. kau bukan satu-satunya perempuan yang merasakan sakit itu, bagilah padaku... bagilah sampai waktu membunuh semua sakit itu... kalau saya telah memutuskan untuk berlabuh, jangan segan untuk menawarkan diri ikut bersamaku.. akan kubawa dirimu selama itu baik bagimu...
3 September 2008
22:41 wita
No comments:
Post a Comment